Ratusan Peserta Ikuti International Training on Toponymy

(Last Updated On: )

United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) bersama Badan Informasi Geospasial (BIG) mengadakan International Training on Toponymy, di Padma Legian

 

MANGUPURA-Fajar Bali

United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) bersama Badan Informasi Geospasial (BIG) mengadakan International Training on Toponymy, di Padma Legian. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari mulai 19-23 Juni 2023 ini diikuti sebanyak 132 orang peserta.

Toponimi adalah penamaan tempat atau nama suatu lokasi. Penamaan suatu tempat seringkali memiliki keterkaitan dengan latar belakang, sejarah, budaya, tradisi, maupun adat istiadat yang melekat pada suatu wilayah.

Penamaan rupa bumi menjadi bagian menjaga kedaulatan suatu negara. Rupa bumi atau toponimi juga untuk menjaga warisan kebudayaan geografi.

United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) Cecille Blake menjelaskan, Bali dipilih sebagai penyelenggaraan internasional training toponimi karena kebudayaannya yang unik dan lengkap.

Menurut Blake, peserta akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan karena akan diajak berinteraksi langsung dengan masyarakat Bali.

“Para peserta akan mengikuti survei lapangan dan berinteraksi bersama masyarakat di lokasi Goa Gajah dan Pura Tirta Empul,” kata Blake, Senin (19/6/2023).

Head of the BIG, Prof Muh Aris Marfai menambahkan, training internasional ini merupakan salah satu langkah mengenalkan toponimi. Dalam training ini, para peserta akan berbagi pengetahuan dengan peserta yang lain.

“Lebih sederhana nama tempat atau nama suatu lokasi. Terkait penamaan, itu perlu standarisasi dan pemahaman bersama,” jelas Aris Marfai.

Menurut Marfai, setiap orang bisa menamai sebuah tempat. Tapi, perlu standarisasi dalam penamaan agar tidak menimbulkan dampak negatif.

Dikatakan, banyak kesalahan penamaan, namun karena sering diucapkan maka dianggap menjadi suatu kebenaran. Menurut Marfai, dampak yang ditimbulkan dari penyebutan dan penulisan nama akan sangat signifikan. Sebab, akan mengubah sejarahnya.

Ia berharap, pelatihan yang dilakukan akan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya toponimi. Karena di balik sebuah nama mempunyai makna, arti, dan sejarah yang menyertainya.

“Apalagi di era digitalisasi ini, tag in dan menamakan suatu tempat bisa dilakukan sangat mudah, ini yang harus diluruskan di masyarakat,” jelasnya. Gde

 Save as PDF

Next Post

Pertama Kali Wakili Badung, Sanggar Seni Suda Wirad Desa Cangu Pentaskan Topeng Bondres

Sel Jun 20 , 2023
Adapun cerita yang diangkat pada pagelaran Topeng Bondres ini menceritakan, ritual sejarah awal mula keberadaan Pura Batu Bolong, Desa Canggu, Badung.
Duta badung PKB

Berita Lainnya