GIANYAR-fajarbali.com | Tiga hari setelah puncak Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Kahyangan Jagat Samuan Tiga, Bedulu, dilaksanakan tradisi Siat Sampian (Perang Sampian) dengan menggunakan rangkaian janur oleh pengayah laki-laki dan pengayah perempuan, Rabu (2/5/2018).
Dalam tradisi Siat Sampian ini, ratusan pengayan baik laki dan perempuan saling lempar dan pukul dengan menggunakan rangkaian janur yang telah disiapkan sebelumnya. Tradisi ini sebagai simbol memerangi adharma atau kejahatan, disaksikan ribuan pemedek bahkan wisatawan asing tampak ikut mengabadikan tradisi itu.
Sebelum rangkaian dari prosesi Siat Sampian diawali dengan ritual nampyog yakni para pengayah berjalan beriringan mengelilingi halaman madya mandala pura. Para pengayah ini berjalan sembari menari-nari dengan gerakan sederhana. Dari prosesi nampyog ini, ada prosesi yang dikenal dengan nama ngober nyambung. Dalam prosesi ini, pada pinggang pengayah diikatkan selembar selendang putih. Seledang ini pula yang dikibarkan secara sambung menyambung oleh para pengayah di barisan berikutnya.
Usai prosesi Ngober Nyambung, disusul maombak-ombakan, yakni para pengayah saling berpegangan satu sama lain mengelilingi halaman pura. Parekan saling berpegangan berputar selama tiga kali disertai dengan teriakan-teriakan. Mereka pun berusaha agar dapat memegangi bangunan suci yang ada di pura. Prosesi ini disertai dengan alunan gamelan yang menambah semangat parekan dan permas untuk memulai Siat Sampian.
Puncaknya, para pengayah saling lempar sampian yang sudah disiapkan. Mereka kemudian saling pukul serta melempar sebagai simbol dari perang dengan menggunakan janur selama kurang lebih 15 menit.
“Usai Siat Sampian, seluruh pengayah masiram di beji yang mempunyai makna penyucian diri,” ungkap Ketua Paruman Pura Samuan Tiga, Wayan Patera. Menurutnya, Siat Sampian hanya boleh diikuti oleh pengayah yang dimaknai penyucian bhuwana agung dan bhuwana alit yang divisualisasikan pertarungan antara dua kekuatan berbeda yakni kebaikan dan keburukan dan yang menang pada akhirnya adalah kebenaran.
Dipilihnya sampian untuk sarana Siat Sampian, menurut Patera, karena sampian merupakan bagian ujung dari dangsil yang dipersembahkan para pengayah. Selain itu, sampian merupakan lambang senjata milik Dewa Wisnu yang dipergunakan untuk memerangi adharma atau kejahatan dari muka bumi. (put)