Ratusan Maba UNR Ikuti AKKI 2025, Nyalakan Api Perjuangan untuk Negeri

IMG-20250928-WA0013
INTERAKTIF-Para mahasiswa baru UNR antusias bertanya saat mendapatkan materi di hari kedua, Sabtu (29/9/2025), dari tiga nara sumber internal dan eksternal. 

DENPASAR-fajarbali.com | Ratusan mahasiswa baru (maba) Universitas Ngurah Rai (UNR), Denpasar, mengikuti Adaptasi Kehidupan Kampus dan Inagurasi (AKKI) 2025, sebagai ajang untuk menempa mental, karakter dan kepemimpinan para mahasiswa baru pada perguruan tinggi yang dikenal sebagai Kampus Perjuangan ini.

"Dari kampus inilah, kami menyalakan api semangat untuk negeri," kata Rektor Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar Prof. Dr. Ni Putu Tirka Widanti, M.M., M.Hum saat membuka AKKI UNR 2025 di kampus setempat, pada Jumat, 26 September 2025.

AKKI atau Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2025 di UNR, mengusung tema Dari Kampus untuk Negeri: Membentuk Mahasiswa Berintegritas, Berinovasi, dan Berdampak Sosial dalam Menjawab Tantangan Era Disrupsi Teknologi dan Perubahan Global.

"Tema ini sungguh relevan dengan tantangan zaman. Kita sedang hidup di era disrupsi, kecerdasan buatan, digitalisasi, dan perubahan global bergerak begitu cepat. Namun, kemajuan teknologi tidak akan berarti tanpa integritas moral dan tanggung jawab sosial," ucap Prof. Tirka.

Oleh karena itu, menurut Prof Tirka, maka di sinilah peran kampus yang tidak hanya mencetak lulusan yang pintar, tetapi juga berkarakter, beretika, dan mampu memberi dampak positif bagi masyarakat serta bangsa.

Ia menambahkan, mahasiswa Universitas Ngurah Rai harus siap menjadi pribadi yang Berintegritas, Berinovasi dan Berdampak Sosial.

"Berintegritas itu bermakna menjunjung nilai kejujuran, tanggung jawab, dan etika akademik maupun sosial," ujarnya.

Berinovasi, tidak hanya mengikuti arus teknologi, tetapi mampu menciptakan solusi baru yang menjawab masalah nyata. Sedangkan Bedampak Sosial, dimaknai bahwa mahasiswa harus menjadi agen perubahan, yang mampu menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih baik, berkeadilan, dan berkelanjutan.

"Kegiatan AKKI ini saya harapkan tidak hanya menjadi rutinitas akademik, tetapi benar-benar menjadi wadah pembentukan mental, karakter, dan kepemimpinan mahasiswa," ucapnya.

BACA JUGA:  Peduli Wisata Sangeh, BEM FKH Unud Beri Pakan Satwa

Prof Tirka meyakini mahasiswa Universitas Ngurah Rai adalah generasi yang tidak hanya siap bersaing, tetapi juga siap mengabdi untuk negeri.

"Mari kita jadikan momentum AKKI ini sebagai langkah awal menuju mahasiswa yang unggul secara intelektual, matang secara emosional, dan kokoh dalam integritas moral," katanya memotivasi mahasiswa.

Di hari kedua, para maba mendapatkan pembekalan dari tiga narasumber, yakni Wakil Rektor III UNR Dr. Gede Wirata, S.Sos., SH., MAP., dan dua nara sumber eksternal; Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan (Rumah KaKek) Pasraman Satyam Eva Jayate I Ketut Udi Prayudi dan Ketua Dewan Eksekutif Perkumpulan Institut KAPAL Perempuan Misiyah.

Gede Wirata menyampaikan materi mengenai pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan perguruan tinggi dan mensosialisasikan Satgas P2KPT (Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi).

"Kami berkomitmen penuh untuk menciptakan kampus ramah, inklusif dan bebas kekerasan. Kampus yang aman adalah syarat utama mencetak generasi yang unggul. Mari kita wujudkan Universitas Ngurah Rai bebas kekerasan, berlandaskan Tri Hita Karana," ujar Wirata.

"Jika setelah kuliah adik-adik mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, jangan ragu melaporkan. Identitas kami rahasiakan," imbuhnya. 

Sementara itu, Udi Prayudi berbagi wawasan tentang Kebhinekaan. Materi ini dinilai sangat penting karena mahasiswa merupakan kaum intelektual sebagai agen perubahan di segala lini kehidupan.

Terlebih kampus ini membawa nama besar Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai yang dikenal memiliki jiwa nasionalisme sangat tinggi, bahkan sampai mengorbankan jiwa raga bersama pasukannya demi membela negara. 

"'Rumah Kakek' adalah tempat berinteraksi seluruh pemuda Nusantara. Bangunannya dibangun dari batu dari seluruh penjuru negeri yang mengandung makna bahwa negara ini dibangun oleh keragaman suku, agama dan golongan," jelasnya.

BACA JUGA:  KKN di Kayu Kapas, Kintamani, Ini yang Dilakukan Kelompok 23

Sementara itu, Misiyah mengupas tentang isu-isu penting terkait kesetaraan gender. Misiyah meluruskan bahwa gender bukanlah soal perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).

Lebih dari itu, kesetaraan gender adalah kondisi di mana laki-laki dan perempuan, serta individu dengan identitas gender lainnya, memiliki akses yang sama terhadap hak, peluang, dan sumber daya tanpa diskriminasi berdasarkan gender mereka. 

Hal ini mencakup kesamaan dalam hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya, serta kesempatan yang setara dalam partisipasi masyarakat dan menikmati hasil pembangunan, yang pada akhirnya memberdayakan semua individu untuk mencapai potensi penuh mereka.

Ia pun memuji pengelola UNR yang mana di antara 25 jabatan yang ada, 14 di antaranya diisi kaum perempuan. Maba UNR tahun ini didominasi fresh graduate. Mereka terbagi dalam lima program studi (sarjana) dari empat fakultas yang ada.

Scroll to Top