Pembangunannya Belum Tuntas, Kondisi Dermaga Gunaksa Makin Memprihatinkan

SEMARAPURA-fajarbali.com| Dua belas tahun rupanya belum cukup untuk menuntaskan mega proyek Dermaga Gunaksa, di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung. Sempat diuji coba dua kali, namun hingga kini tak kunjung beroperasi. Justru sebaliknya, kondisi dermaga yang dibangun dengan dana sharing pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten tersebut makin memprihatinkan.



Berdasarkan pantauan Rabu (7/2/2018), bangunan di Dermaga Gunaksa banyak yang mengalami kerusakan. Tidak hanya karena gelombang tinggi, tapi juga hujan disertai banjir lumpur yang terjadi sejak Gunung Agung erupsi menjadi penyebab utamanya.

Bahkan akses jalan menuju dermaga yang menelan dana puluhan miliar tersebut sudah lenyap. Tak hanya itu, kondisi terbaru bangunan Padmasana yang sebelumnya berdiri di sisi timur juga sudah tergerus aliran sungai. 

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Klungkung, Nyoman Sucitra juga tak menampik kondisi tersebut. Ia mengatakan, akibat luapan air hujan bangunan gardu listrik milik PLN juga sudah miring. Hal itupun sudah disampaikan ke pihak PLN agar segera ditindaklanjuti.

“Kondisi sekarang jalannya hilang semua kena lahar dingin. Tempat listrik dulunya ada gardu di sana milik PLN, sekarang bangunannya sudah miring. Kita sudah laporkan ke PLN mengenai keadaanya.  Pandmasana juga sudah habis tergerus,” papar Sucitra.

Mantan Kasatpol PP Klungkung ini juga menyampaikan, untuk kerusakan-kerusakan tersebut pihaknya belum mengambil tindakan. Lantaran pembangunan dermaga ini menjadi tanggung jawab pusat. Sedangkan Pemkab Klungkung hanya memiliki tanggung jawab pengadaan lahan untuk akses jalan.

Hal inipun dikatakan belum sepenuhnya tuntas. Sebab terdapat sejumlah serifikat tanah yang masih ada di pihak kejaksaan. Sejauh ini dari 86 sertifikat, hanya 5 yang sudah dituntaskan urusannya dengan pemilik lahan. 

Sucitra menegaskan, memang banyak kendala yang dihadapi dalam pengadaan lahan 30 x 7,11 kilometer tersebut. Tak hanya banyak yang masih berada di Kejaksaan, tapi ada juga pemilik lahan yang sudah tidak tinggal di Bali.



Ia mengungkapkan, ada sertifikat lahan yang ahli warisnya 3 orang. Tapi 2 orang diantaranya sudah menetap di Lampung dan Jakarta. Sehingga cukup menghambat proses pembebasan lahan. 

“Ganjalannya ada beberapa sertifikat yang ada di BPN tapi masih dipegang Kejaksaan. Sedangkan sertifikat yang diambil dari kita (Dishub) sudah kita dapatkan semua. Karena kami sudah bersurat ke Pengadilan Negeri dan sudah keluar. Sekarang yang kami kejar masih lagi 3 orang, sedangkan 2 saudaranya ada di Jakarta dan di Lampung. Dokumen aslinya sudah kami dapat, tapi hanya tanda tangan dua orang ini yang belum, karena tidak ada di Bali,” ungkapnya. 

Sementara seorang warga yang dijumpai di lokasi, Jro Mangku Darma mengatakan kondisi gelombang di pelabuhan Gunaksa tidak bisa ditebak. Gelombang yang terjadi sangat besar sehingga membuat abrasi di sekitarnya. Namun, kondisi akan semakin parah bila hujan deras. Tak hanya gelombang semakin tinggi, tetapi juga menyebabkan aliran sungai meluap dan banjir. 

“Setahu saya gudang gardu listrik mereng bukan karena lahar dingin, tapi karena diterjang banjir pada tanggal 1 Februari lalu ,” ujar Jro Mangku Darma. (dia)