DENPASAR-fajarbali.com | Adanya Surat Edaran (SE) Gubernur Bali terkait penggunaan kain Endek setiap Hari Selasa mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Kebijakan tersebut dinilai akan menjadi Multiplier effect bagi perekonomian Bali. Meski demikian, saat ini yang menjadi permasalahan adalah Sumber Daya Manusia (SDM).
Selama ini, para pengrajin kain Endek rata-rata di dominasi oleh para orang tua. Minat dari para generasi muda untuk menenun kain Endek khas Bali sangat kurang. Maka dari itu, Fraksi PDIP DPRD Bali mengusulkan adanya tenun Endek khas Bali bisa dimasukkan dalam pelajaran sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Hal ini disampaikan oleh Anggota Fraksi PDIP DPRD Bali I Nyoman Oka Antara usai mengikuti Webinar di Sekretariat DPD PDIP Bali, Selasa (23/02/2021). Menurutnya, dengan adanya SE Gubernur Bali tersebut tentunya akan dibarengi dengan pembentukan SDM. Memang tidak bisa dipungkiri jika para pengrajin tenun Endek sudah berumur, sehingga perlu adanya generasi penerus untuk mempertahankan serta menjaga warisan budaya.
“Kita harus masuk ke mata pelajaran, satu-satunya cara dengan dibuatkan jurusan tenun di setiap sekolah SMK. Mudah- mudahan pak gubernur setuju, agar ada kebijakan setiap SMK ada jurusna tenun. Tujuannya supaya tidak punah perajin ini, sebab banyak ada di Karangasem perajin namun secara otodidak. Membuat dari dulu segitu aja motifnya,” paparnya.
Nyoman Oka Antara menyampaikan jika pelajaran tenun Endek masuk ke sekolah-sekolah, bisa mencetak generasi penerus yang mampu berinovasi ataupun membuat motiv baru. “Lama -lama akan tidak bosan pakai endek, sebab ada motif baru. Setiap tahun supaya ada motif baru. Kalau tidak, ya tetap segitu-segitu saja perajin mengerjakan yang penting motifnya gampang membuat seakan tidak ada inovasi,” tandasnya.
Nyoman Oka Antara yang berasal dari Karangasem ini mengharapkan juga bantuan dari pemerintah terkait kebutuhan bahan baku benang. Selama ini, bahan baku berupa benang menjadi kendala tersendiri bagi para pengrajin. “Saya harapkan juga agar petani dibantu dengan bibit kapas dan sutra yang nantinya dijadikan benang. Karena perajin kewalahan di benang, kesulitan mencari benang,” harapnya.
Para pengrajin kain tenun Endek, lanjutnya, memenuhi kebutuhan benang dengan membeli di toko-toko. Benang tersebut justru didatangkan dari luar Pulau Bali. Dengan adanya bantuan bibit kapas, para petani bisa menanam dan mengolah sendiri. Kalau pun tidak demikian, tentunya akan muncul peluang petani kapas di Bali yakni pengolahan kapas menjadi benang.
“Kalau produksi kapas dan benanag memang sudah ada, ada perajin khusus benang. Membangkitkan lagi yang sudah ada, sebab jumlah perajin yang ada di Karangsem sampai saat ini centralnya ada di Tenganan, Sidemen, dan Seraya, motifnya juga beda- beda,” pungkasnya. (her)