Mengompol pada Lansia: Bukan Takdir, Tapi Bisa Diatasi

IMG-20250827-WA0003
(ilustrasi)-Inkontinensia pada lansia.

“Saya jadi takut bepergian karena sering pipis tiba-tiba.”

“Saya malu karena harus pakai popok setiap hari.”

“Kalau batuk atau tertawa, suka keluar sendiri.”

Keluhan seperti ini sering terdengar dari lansia maupun keluarga mereka. Banyak yang menganggap bahwa buang air kecil yang tidak tertahankan atau bahkan mengompol adalah bagian alami dari proses menua.

Padahal, kondisi ini disebut inkontinensia urin, dan bukan hal yang harus diterima begitu saja. Dengan penanganan yang tepat, kondisi ini bisa dikurangi, bahkan diatasi.

1. Mengenal Inkontinensia Urin

Secara sederhana, inkontinensia urin adalah kondisi saat seseorang tidak mampu menahan keluarnya urine, baik sedikit maupun banyak.

Air seni bisa keluar tiba-tiba saat tertawa, batuk, bersin, berjalan, atau bahkan tanpa disadari saat tidur. Kondisi ini bisa dialami oleh wanita maupun pria, meskipun memang lebih sering terjadi pada wanita.

Yang perlu ditekankan, inkontinensia urin bukan bagian normal dari penuaan, melainkan gejala dari masalah kesehatan yang dapat ditangani.

2. Mengapa Lansia Lebih Rentan?

Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami berbagai perubahan, termasuk pada otot-otot yang mengontrol kandung kemih. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko inkontinensia urin pada lansia antara lain:

• Kelemahan otot dasar panggul dan otot kandung kemih

• Gangguan sistem saraf seperti stroke, Parkinson, atau demensia

• Penyakit kronis, misalnya diabetes, gagal jantung, atau pembesaran prostat

• Infeksi saluran kemih yang berulang

• Obesitas, jarang bergerak, atau terlalu lama duduk

• Efek samping obat-obatan tertentu

• Konsumsi kafein, teh, alkohol berlebihan, dan minuman manis

Kadang, beberapa faktor ini terjadi bersamaan, dan semakin memperparah keluhan.

3. Dampak pada Kehidupan Lansia

Inkontinensia bukan hanya sekadar keluhan fisik, tetapi berdampak luas:

BACA JUGA:  Gencarkan Vaksinasi Remaja, Kodim 1609/Buleleng Sasar 550 Murid SMAN 1 Kubutambahan

• Kesehatan fisik: infeksi saluran kemih, ruam kulit, gangguan tidur, dan luka tekan (dekubitus) akibat kulit yang terus lembap

• Kesehatan mental dan sosial: rasa malu, minder, menarik diri dari lingkungan, hingga depresi

• Risiko jatuh: lansia sering tergesa-gesa ke kamar mandi, meningkatkan risiko jatuh yang bisa berakibat fatal

• Beban ekonomi: penggunaan popok dewasa secara rutin dan biaya pengobatan lainnya

Oleh karena itu, kondisi ini tidak boleh dianggap sepele.

4. Bisakah Hal ini Dicegah?

Hal ini bisa dicegah melalui beberapa langkah sederhana yang dapat memperbaiki keluhan inkontinensia urine antara lain:

• Menjaga berat badan ideal supaya tidak obesitas

• Menghindari minuman pemicu seperti kopi, teh, soda, alcohol dan minuman manis

• Bergerak aktif, jangan duduk terlalu lama

• Cegah sembelit, karena mengejan saat buang air besar bisa memperlemah otot panggul

• Berlatih senam otot dasar panggul (senam Kegel) setiap hari

• Minum cukup air, tapi batasi di malam hari agar tidak sering terbangun untuk buang air kecil

5. Bagaimana Penanganannya?

Terdapat beberapa penanganan yang bisa dilakukan antara lain :

a. Latihan dan Perubahan Gaya Hidup

• Latihan otot dasar panggul (senam Kegel)

Membantu menguatkan otot-otot yang mengontrol kandung kemih. Dapat dilakukan sendiri di rumah setelah diajarkan dengan benar. Minimal 8–12 kontraksi per sesi, tiga kali sehari. Latihan ini sederhana dan bisa dilakukan kapan saja.

• Bladder training (latihan menahan buang air kecil)

Bertujuan memperpanjang jarak waktu antar buang air kecil. Misalnya, dari setiap 1 jam menjadi 1,5 atau 2 jam secara bertahap (tambah 15–30 menit/minggu) hingga interval mencapai 3–4 jam.

• Scheduled toileting (jadwal buang air kecil)

BACA JUGA:  Dinas Kesehatan Provinsi Bali Terima Bantuan Woods ATT Dari KCH

Berguna bagi lansia dengan gangguan ingatan (demensia) atau keterbatasan mobilitas. Buang air kecil dilakukan pada jadwal tertentu, misalnya tiap 2-3 jam, walau belum terasa ingin.

• Menghindari pemicu

Hindari konsumsi kafein, alkohol, dan minuman bersoda yang dapat meningkatkan produksi urine atau iritasi kandung kemih.

• Mengatur asupan cairan secara tepat

Hindari minum berlebihan di malam hari, tetapi jangan sampai dehidrasi.

b. Terapi Obat (Jika Diperlukan)

Beberapa jenis obat dapat membantu mengurangi keinginan berkemih yang terlalu sering. Namun, pemilihan obat harus disesuaikan dengan kondisi lansia dan harus diawasi dokter, karena efek samping bisa berbeda-beda.

c. Dukungan Keluarga dan Lingkungan

Peran keluarga sangat penting dalam membantu lansia mengelola kondisi ini. Lingkungan yang suportif dan tidak menghakimi akan membuat lansia lebih percaya diri dan kooperatif terhadap pengobatan.

d. Alat Bantu atau Tindakan Medis

Dalam beberapa kasus tertentu, penggunaan popok dewasa, pelapis tempat tidur, atau tindakan medis seperti operasi bisa menjadi pilihan, namun biasanya dilakukan bila penanganan awal tidak cukup membantu.

Kesimpulan : “Kiatnya adalah Jangan Malu untuk Membicarakan tentang Mengompol”

Mengompol atau Inkontinensia urin adalah kondisi yang umum terjadi pada lansia, tapi bukan hal yang harus dianggap biasa atau dibiarkan.

Banyak hal bisa dilakukan untuk mencegah dan mengatasinya, mulai dari latihan ringan hingga pengobatan medis. Yang terpenting adalah tidak merasa malu untuk berkonsultasi, baik oleh lansia itu sendiri maupun oleh keluarga.

Dengan penanganan yang tepat, lansia tetap bisa menjalani hidup dengan nyaman, percaya diri, dan tetap aktif dalam keseharian. Mari kita ubah stigma.

Inkontinensia bukan aib, tapi tanda bahwa tubuh perlu perhatian lebih. Lansia yang sehat dan bahagia adalah cermin keluarga yang peduli.

BACA JUGA:  Ditemukan Masih Banyak Warga Abaikan Prokes, Kodim Bangli Gencarkan Edukasi

Penulis: Ni Putu Yusica Maylasari, R.A. Tuty Kuswardhani. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Scroll to Top