Oleh : dr. Dewa Ayu Rina Wiana Dewi, S.Ked
Definisi GERD
Gastro-esophageal Reflux Disease atau yang biasa disebut GERD adalah suatu penyakit dimana terjadi refluks atau aliran balik secara berulang dari isi lambung yang sifatnya asam ke esofagus atau kerongkongan. Akibat dari terjadinya refluks tersebut dapat melukai dinding kerongkongan dan menyebabkan berbagai macam gejala atau komplikasi yang mengganggu.
Diantara Lambung dan kerongkongan terdapat katup yang disebut lower esophageal sfingter yang mencegah isi lambung masuk kembali kedalam kerongkongan akan tetapi pada penderita GERD sfingter ini melemah dan mengalami relaksasi sehingga dapat terjadi refluks ke dalam kerongkongan. Cairan lambung memiliki sifat keasaman yang tinggi, mengandung enzim pepsin, garam empedu (terbentuk di usus dua belas jari saat mengkonsumsi makanan tinggi lemak) yang dapat melukai dinding kerongkongan sehingga terjadi peradangan pada lapisan esofagus.
GERD dapat terjadi pada seluruh kalangan usia dan merupakan salah satu penyebab gangguan kualitas hidup yang dapat berlangsung secara kronis. Angka kejadian GERD melalui Survey di Indonesia dengan menggunakan gastroesophageal refluks disease questionnaire (GERDQ) mencapai 57,6%.
Faktor risiko GERD
Faktor risiko yang dapat menyebabkan GERD salah satunya adalah stress yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan. Pada penelitian smith dkk mengatakan merokok dapat menyebabkan pelebaran pada dinding otot esofagus. Konsumsi alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan produksi asam lambung sehingga berisiko terjadi refluks. Konsumsi makanan berlemak dan berat badan yang berlebih juga merupakan faktor risiko dari GERD.
Gejala GERD
Gejala GERD terbagi menjadi dua yaitu gejala typical yang terdiri dari heartburn atau panas didada, regurgitasi atau cairan yang kembali ke dalam kerongkongan atau disekitar mulut dan adanya disfagia atau nyeri saat menelan.
Terdapat pula gejala diluar saluran cerna yaitu terjadi refluks ke saluran nafas yang dapat menimbulkan gejala seperti mual, batuk atau mengi, suara menjadi serak atau nyeri tenggorokan, serta nyeri dada yang bukan tipikal dari jantung.
Gejala GERD biasanya terjadi perlahan-lahan jarang menimbulkan keadaan akut atau mengancam nyawa. Selain ditemukannya gejala-gejala seperti diatas dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan endoskopi ditemukan kerusakan lapisan terluar di esofagus (esofagitis refluks).
Pengobatan dan Pencegahan GERD
Pengobatan dari GERD terdiri dari modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa, terapi pembedahan dan terapi endoskopi. Target dari pengobatan GERD adalah menyembuhkan luka yang terjadi pada esofagus, menghilangkan gejala atau keluhan, mencegah kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup dan mencegah komplikasi.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya hidup adalah 1). meninggikan posisi kepala saat tidur dan menghindari makan sebelum tidur, dengan harapan tidak terjadi refluks makanan; 2). berhenti merokok, minum alkohol, kopi, coklat, teh karena meningkatkan produksi asam lambung; 3). mengurangi konsumsi makanan berlemak karena dapat terjadi penumpukan pada lambung; 4). menurunkan berat badan dan menghindari menggunakan pakaian ketat.
Untuk mendapatkan terapi medikamentosa disarankan berkonsultasi dengan dokter bila dengan modifikasi gaya hidup keluhan tidak membaik.