GIANYAR – fajarbali.com | Diperkirakan membludak saat Banyupinaruh (sehari setelah Saraswati) nanti, pengempon Pura Tirta Empul akan membatasi warga yang akan melakukan ritual melukat. Walau demikian, setiap harinya ada saja warga yang Melukat, namun pada hari raya jumlah warga akan dibatasi dengan menerapkan sisoal distancing.
“Melukat di Pura Tirta Empul tidak hanya untuk hari-hari tertentu saja, melukat bisa dilakukan kapan saja,” ujar Bendesa Adat Manukaya Let, Made Mawiarnata, Senin (29/6/2020).
Mengantisipasi ramainya kunjungan nanti, Desa Adat bersama Polsek Tampaksiring melakukan persiapan, utamanya penerapan protocol kesehatan. “Yang jelas kami awasi, tidak boleh berdekatan. Kita siapkan sejumlah kartu akan berwarna, yakni Merah, Kuning, Hijau untuk diberikan kepada pemedek yang tangkil,” jelas Mawiarnata.
Dibeberkannya, teknis penglukatan yang berlaku nanti merujuk pada protokol kesehatan. Sejak parikir kendaraan sudah ada pengawasan untuk tidak berdesakan. Kemudian memasuki madya mandala pemedek akan diberikan kartu sebagai bukti antrean. Hal yang berbeda adalah warga menaruh canang disetiap pancoran di kolam penglukatan. Namun cukup menghanturkan canang dan sembahyang di madya mandala sebelum melakukan penglukatan, “Pengunjung tidak lagi menghaturkan canang di pancoran, sehingga waktu penglukatan bisa lebih cepat,” jelasnya. Sedangkan kapasitas yang masuk dibatasi maksimal 30 orang.
Kapolsek Tampaksiring, AKP Wayan Sujana menjelaskan, khusus dalam rangka Hari Saraswati, Banyupinaruh tatanan New normal dalam penglukatan, masyarakat akan diatur. “Tidak boleh ada yang berkumur, meludah, kencing di dalam kolam,” jelasnya. Desa adat bersama Polsek Tampaksiring berupa melakukan pembatasan masyarakat yang masuk ke kolam, kamar ganti, dan di halaman. “Nanti sembahyang hanya sekali di halaman, selanjutnya di tempat melukat tinggal melukat saja, tidak perlu menghaturkan canang kembali,” tutup Wayan Sujana.(gds).