Maraknya Kasus Bunuh Diri, Sosiolog Unud Sebut Lemahnya Support Sistem

“Karena memang Tupoksi kita bukan ke sana, fokus kita masih pada lima pelayanan dasar, yakni disabilitas, lansia terlantar, anak terlantar, gepeng dan pasca bencana,” jelasnya.

 Save as PDF
(Last Updated On: 22/11/2022)
GIANYAR-fajarbali.com | Maraknya kasus bunuh diri di Kabupaten Gianyar beberapa waktu belakangan ini, memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Dari data yang ada dalam dua tahun terakhir kasus bunuh diri sudah terjadi hampir puluhan kasus. Sedangkan kasus terakhir di Desa Padang Tegal Kelurahan/kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. 
Dijelaskan Sekdissos Gianyar, Nurwidyaswanto, Selasa (22/11/2022) mengakui kasus bunuh diri marak akhir-akhir ini. Namun hal tersebut dikatakan sebagai mental healty. Sementara Dinas Sosial sendiri hanya melakukan penanganan pasca dan pra dalam kasus sosial. “Pasca misalkan dalam pelayanan mobil jenazah, dan pra dalam kemiskinan di bantu melalui program. Nah sekarang kan yang bunuh diri itu apakah yang miskin saja kan tidak juga,” ujarnya. 
 
Selama ini pihaknya tidak melakukan pencatatan terhadap kejadian tersebut, termasuk kajian terhadap fenomena tersebut. “Karena memang tupoksi kita bukan ke sana, fokus kita masih pada lima pelayanan dasar, yakni disabilitas, lansia terlantar, anak terlantar, gepeng dan pasca bencana,” jelasnya. Sementara jika faktornya kemiskinan, dalam SK Bupati terdapat 7.554 KK miskin ekstrim di Gianyar. Data tersebut hasil dari pendataan OPD yang ada di lingkungan kabupaten Gianyar. “Upaya kami memberikan bantuan sesuai lima pelayanan dasar kami,” ujarnya. 
 
Terkait fenomena tersebut, Sosiolog Unud, Wahyu Budi Nugroho memandang hal kasus tersebut dari melemahnya support sistem di masyarakat. Bunuh diri merupakan fakta sosial yang dipengaruhi luar diri Individu, bukan semata-mata individu (psikologi). Dalam hal ini mestinya menurut Wahyu Budi Nugroho pada individu yang memiliki persoalan bisa dibantu oleh orang-orang terdekat. “Paling tidak, ada yang mau mendengar keluh kesah persoalan, walau kerabat dekat tidak bisa membantu, setidaknya ikut mencarikan jalan keluar,” jelas Wahyu. 
 
Lemahnya support sistem ini mengakibatkan individu menanggung sendiri persoalannya dan ketika menemui jalan buntu, maka jalan pintas diambil dengan mengakhiri hidup. Lingkungan terdekat dari individu yang mempunyai persoalan, selain keluarga adalah kerabat, teman atau kenalan. “Sehingga fenomena bunuh diri ini bisa saya sebut sebagai bunuh diri ekoistik, dimana individu menyelesaikan persoalan dengan caranya sendiri,” jelasnya. Jalan keluar yang bisa dilakukan adalah membangun kembali support sistem, di lingkungan masing-masing. “Tentu hal ini dimulai dari keluarga masing-masing, sehingga kalau ada persoalan, keluarga ikut mencari jalan keluar,” tandasnya.sar
 Save as PDF

Next Post

Peringati Hakordia, KPK Talkshow di Radio Gelora Gianyar

Sel Nov 22 , 2022
“Masing-masing lembaga tersebut berkontribusi untuk mengkampanyekan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah korupsi secara lebih massif dan dikemas se-edukatif mungkin, se-informatif mungkin dan juga dengan cara kampanye yang menyenangkan misalnya dengan kegiatan kesenian dan senam antikorupsi,” kata Handayani.
WhatsApp Image 2022-11-22 at 12.37.16 (1)-a406d510

Berita Lainnya