Lumpuh Sejak Usia 7 Tahun, Meiyani Dua Minggu Sekali Harus Ganti Selang Kencing di Rumah Sakit

(Last Updated On: 21/03/2018)

AMLAPURA-fajarbali.com | Hanya mampu berbaring, tanpa bisa beraktivitas bahkan untuk sekadar buang air kecil pun sudah tidak mampu sehingga hanya mengandalkan bantuan dari orang lain.

Itulah keseharian yang harus dilakoni oleh Ni Made Meiyani (22) anak kedua dari pasangan I Nengah Tunas (47) dengan Ni Nyoman Wati (47) warga Dusun Klakah, desa Pidpid, kecamatan abang, Karangasem. Di usianya yang seharusnya sangat produktif, Meiyani yang pada Mei nanti genap berusia 23 tahun ini harus berada di pembaringan karena lumpuh yang dideritanya sejak usai 7 tahun. 

Pagi menjelang siang Rabu (20/3/2018), wartawan Portal Berita fajarbali.com mencoba mendatangi rumah orang tua Meiyani. Rumah yang bisa disebut gubuk ini, menjadi tempat tinggal keluarga Meiyani. Untuk mencapai gubuk mereka, harus menelusuri jalan setapak.

Tidak sulit memang untuk menemukan tempat tinggal keluarga ini, karena warga Dusun Klakah cukup mengenal keluarga ini. Gubuk yang berada di tegalan ini pun hanya ada dua kamar tidur dan satu gubuk lagi di pakai sebagai dapur. Wartawan fajarbali.com ini pun diterima oleh bapak dari Ni Made Meiyani yang bernama I Nengah Tunas. Sedangkan, ibunya sendiri berada di dalam menemai Meiyani. “Rumah ini milik adik saya yang kebetulan tinggal di Gianyar,” ujar Nengah Tunas. 

Nengah Tunas menuturkan, dirinya tidak menyangka jika anak keduanya itu akan mengalami kelumpuhan bahkan sampai membuatnya kurus, serta hampir tidak bisa bergerak lagi. Selain itu, anaknya juga sudah tidak mampu berbicara lagi. Padahal, Meiyani kecil sempat masuk sampai kelas I SD. Disamping itu, imunisasi pun saat kecil rutin diberikan. “Dia sempat masuk SD kelas I, saat itu usianya 7 tahun,” kenangnya. 

Saat itu sebut Tunas, seperti biasa pagi hari Meiyani harusnya berangkat bersekolah. Tetapi, entah kenapa pagi itu dia tidak seperti biasanya, setiap dibangunkan tidak mau. Sampai akhirnya, setelah di paksa barulah bangun. Namun, ada perbedaan mencolok dari biasanya. Kakinya dirasakan sangat sakit dan jalanya pun terseok seok. “Saat bangun kakinya sangat lemah, namun tetap dipaksakan untuk bersekolah,” ucapnya. 

Tunas juga menuturkan, karena dianggap tidak terjadi apa-apa, iapun tidak membawanya ke dokter. Hanya saja, kondisi kakinya semakin hari semakin memburuk. Sampai tidak bisa berskolah lagi. Tiga tahun kemudian,  saat Meiyani berusia 10 tahun ia mendadak step dan panas tinggi. Saat itulah baru di bawa ke seorang dokter. Oleh dokter kala itu, Meiyani dikatakan mengalami polio. “Padahal imunisasinya lengkap, dikatakan dia mengalami polio,” ujarnya. 

Selain itu, Meiyani juga diminta untuk diperiksakan ke dokter saraf, tetapi karena keterbatasan biaya, pihaknya pun tidak bisa berbuat apa-apa. Praktis, sejak saat itu Meiyani tidak diberikan pengobatan secara rutin. Bahkan, kondisinya semakin memburuk saat Meiyani berusia 15 tahun. Kondisinya melemah, dan sudah tidak bisa turun dari ranjang. Sehingga sejak saat itu, ia hanya bisa berbaring ditempat tidur.

“Sejak beberapa tahun juga harus rutin di bawa ke RSUD Karangasem untuk mengganti selang kencing. Apalagi kalau cuaca terlalu panas pasti opname begitu juga kalau terlalu dingin,” ujarnya lagi. 

Beruntung juga bagi keluarga tak mampu ini, sejak beberapa bulan lalu bisa berobat dengan tenang tanpa harus memikirkan biaya perbulanya untuk membayar BPJS. Hal itu karena telah ditanggung oleh pemerintah mempergunakan dana APBD. Berbeda halnya saat pertama, harus membuat kartu BPJS secara mandiri.

“Kalau dulu BPJS bayar sendiri, sekarang sudah di bayar pemerintah katanya. Itu pun tidak tahu siapa yang mengurusnya, yang jelas saat mau membayar dikatakan sudah di bayar pemerintah,” ujar Tunas yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir ditoko bangunan ini. 

Ia pun mengakui, dirinyalah yang menjadi tulang punggung keluarga mengingat sang istri harus selalu berada di rumah. Apalagi dengan kondisi anak keduanya itu, yang sudah tidak bisa bicara. Untuk makanpun, memakai hitungan jam. “Kalau dulu saat dia lapar pasti minta, sekarang karena tidak bisa bicara untuk makanya kami kasi 2 jam sekali,” ujarnya pasrah. (bud)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Klungkung Raih Predikat Universal Health Coverage

Rab Mar 21 , 2018
Dibaca: 12 (Last Updated On: 21/03/2018)SEMARAPURA-fajarbali.com | Pemerintah Kabupaten Klungkung kini boleh berbangga. Lantaran kerja keras untuk merealisasikan jaminan kesehatan kepada penduduknya diapresiasi oleh Deputi Direksi BPJS Kesehatan Wilayah Bali NTT NTB.  Save as PDF

Berita Lainnya