https://www.traditionrolex.com/27 Kurang Gerak, Picu Serangan Jantung - FAJAR BALI
 

Kurang Gerak, Picu Serangan Jantung

(Last Updated On: 03/12/2019)

DENPASAR – fajrbali.com | Dokter spesialis jantung Prof. dr. Lukman Hakim Makmun mengatakan, pola hidup masyarakat yang kurang banyak bergerak menjadi salah satu pemicu mudahnya terkena serangan jantung. “Karena kecanggihan teknologi, semakin jarang masyarakat yang rutin mau berjalan kaki dan bersepeda, padahal itu sangat baik bagi kesehatan jantung,” katanya, di Denpasar, Senin (02/12/2019).

 

 

Aterosklerosis sendiri, lanjut dia, merupakan proses penumpukan plak kolesterol yang diendapkan pada dinding pembuluh darah arteri sehingga arteri (pembuluh nadi) menjadi menyempit dan  tidak dapat mengantarkan darah yang cukup untuk  mempertahankan fungsi normal organ tubuh.

“Aterosklerosis awalnya tidak menimbulkan gejala, sampai pembuluh darah arteri sudah sangat menyempit bahkan tertutup hingga tidak lagi dapat menyalurkan darah dalam jumlah cukup ke organ-organ tubuh. Akibatnya, banyak orang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita aterosklerosis hingga timbul komplikasi,” ujarnya. 

Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui, namun penyakit ini dimulai saat terjadi kerusakan atau cedera pada lapisan dalam arteri. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh kolesterol tinggi, tekanan darah yang tinggi, diabetes, peradangan akibat penyakit tertentu, seperti lupus, obesitas, dan kebiasaan merokok.

Saat lapisan dalam arteri rusak, lemak serta zat lain menjadi mudah menempel dan menggumpal di sana. Seiring berjalannya waktu, gumpalan (plak) ini terus menumpuk, mengeras, hingga pembuluh darah arteri menyempit dan kaku.

Penyempitan pembuluh darah akan menghambat suplai oksigen serta nutrisi ke organ-organ yang dialirinya. Hal ini membuat fungsi organ tersebut menurun bahkan terhenti, tergantung seberapa parah sumbatan yang terjadi.

“Sampai terjadinya proses penyempitan pembuluh darah ini, sangat berkaitan karena pola makan dan pola hidup yang dilakukan masyarakat saat ini yang semakin dimudahkan dengan penggunaan teknologi,” tutup dr. Lukman. (dar).

 

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Ditemukan 22.034 Kasus HIV/AIDS di Bali, Paling Banyak Dialami Masyarakat Usia Produktif

Sel Des 3 , 2019
Dibaca: 8 (Last Updated On: 03/12/2019)DENPASAR – fajarbali.com | Dinas Kesehatan Provinsi Bali sampai saat ini menemukan sebanyak 22.034 kasus HIV/AIDS di Dewata Pulau.Dari angka tersebut, penderita HIV/AIDS adalah masyarakat usia produktif, paling banyak masih berusia dewasa muda rentang umur 20-29 tahun sebanyak 37,9 persen.Di posisi kedua ditempati oleh usai […]

Berita Lainnya