YOGYAKARTA-fajarbali.com | Lesunya harga penjualan properti di Bali, membuat Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Bali melakukan survei properti.
Analis Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan, Ni Luh Made Ayu Wahyuni mengatakan, dilakukannya survei ini untuk mengetahui perkembangan harga properti residensial di Bali. Dimana hasil survei selama triwulan, harga rumah pasar primer turun tipis. Sedangkan harga rumah pasar sekunder naik stabil dibandingkan dengan harga pada triwulan III-2017.
Menurutnya Terdapat penurunan harga properti residensial primer di Bali untuk ketiga tipe Tipe kecil turun -0,42% (qtq), tipe menengah turun -0,27% (qtq), dan tipe besar turun -0,15% (qtq).
Sedangkan pada triwulan I-2018 diperkirakan akan rebound. Dimana hal tersebut terkonfirmasi dari hasil survei yang mencatat pertumbuhan perkiraan harga properti residensial sebesar 1,4% (qtq).
Pasalnya peningkatan harga terjadi pada Pasar Properti Residensial sekunder pada triwulan IV-2017 meneruskan tren peningkatan rata-rata sebesar 0,66% (qtq) Tipe menengah naik sebesar 0,62% sedangkan tipe besar naik 0,71%.
“Pertumbuhan harga tanah secara rata-rata naik menjadi 1,89% (qtq) lebih tinggi dengan triwulan 2017 sebesar 0,91% (qtq), dengan kenaikan 2,04% di tipe besar dan 1,73% di tipe menengah,” papar Ni Luh Made Ayu Wahyuni saat acara Lokakarya Kehumasan dan Kebanksentralan Bank Indonesia KPw BI Prov Bali, Jumat (9/2/2018).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, peningkatan dikarenakan membaiknya beberapa indicator perekonomian Bali. Meskipun laju pertumbuhan ekonomi dikhawatirkan akan tertahan akibat erupsi Gunung Agung. Namun, pergerakan pasar sekunder relatif tidak terlalu terpengaruh.
Penyaluran kredit perbankan untuk kepemilikan rumah tinggal (Kredit Pemilikan Rumah), apartemen dan Ruko (Rumah toko), Rukan (Rumah kantor) yang naik sebesar Rp244 miliar, dari Rp9.358 miliar pada triwulan 2017 menjadi Rp9.602 miliar pada triwulan IV-2017 (tumbuh sebesar 4,86% qtq.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi penurunan penyaluran kredit sebesar Rp1.328 miliar (atau 12,16% yoy dengan penurunan terbesar pada penyaluran KPR rumah tipe kecil (-73,09%) dan apartemen tipe menengah (-3,28%). Kdk