GIANYAR-fajarbali.com | Komunitas peduli lingkungan, Biopori Bersahaja Desa Peliatan, Ubud di Tahun 2022 telah memasang lebih dari 5.000-an biopori. Pemasangan ini selain di rumah-rumah warga juga di tempat suci/pura.
Penggagas gerakan pemasangan Biopori Bersahaja, Wayan Sudiarta menyebutkan gerakannya tidak memasang target. Di Tahun 202 lalu, terpasang lebih dari 5.000 biopori. “Ini hanya gerakan kesadaran lingkungan, pertama untuk mengurangi air hujan terbuang percuma, juga bisa untuk mengurangi sampah rumah tangga terbuang dan bisa jadi pupuk kompos,” terang Wayan Sudiarta, Selasa (31/1/23). Dikatakan lagi, di Tahun 2023 ini berusaha mengajak pemuda untuk mengikuti gerakan pemasangan biopori, sehingga gerakan bisa bersifat massif di seluruh Bali.
Untuk pemasangan biopori, sampai saat ini dua kabupaten belum tersentuh, yaitu Karangasem dan Negara. “Pelan-pelan kita akan ajak teman di sana, kita latih sehari dan pasti bisa,” jelasnya lagi. Sedangkan untuk di Denpasar, Badung, Gianyar gerakan sudah sampai ke desa-desa. Bahka pemasangan sudah sampai di areal tempat suci, seperti di wilayah Mengwi. Hanya saja untuk di Kabupaten Buleleng, gerakan ini mandeg akibat minimnya sosialisasi.
Sedangkan, beberapa kantor pemerintah menurutnya sudah ada yang memasang
biopori, hanya saja efektivitasnya masih rendah. Harapannya, gerakan ini juga diikuti di kantor pemerintahan dan swasta.
Disebutkan Sudiarta, untuk pemukiman padat seperti di BTN, dengan 3 biopori kecil, sudah cukup menanggulangi persoalan limbah air. “Sesungguhnya ini murah, dengan 3 biopori kecil dan uang pengganti Rp 150, sudah dipastikan memiliki biopori,” bebernya. Sedangkan bila ingin memasang biopori ukuran lebih besar, cukup merogoh kocek Rp 180ribu, sudah mendapatkan 3 biopori ukuran besar. “Ini bukan jual beli, ini adalah uang ganti produksi biopori dan pemasangan,” jelasnya lagi. Disebutnya bila ingin menangani sampah organik di rumah tangga, maka setidaknya dibutuhkan 10-15 lubang biopori. “Ingat, sampah organik dicacah kecil masukkan ke biopori. Bahkan puntung rokok sebaiknya tidak masuk, apalagi plastik,” sarannya.
Bagi warga yang ingin memasang sendiri, cukup menghubungi Biopori Bersahaja, dengan mengganti biaya produksi Rp 20ribu ukuran kecil dan Rp 25 ukuran besar. Dikatakannya, pemasangan biopori juga tidak boleh sembarangan, dimana harus mencari titik tangkap air dan lahan bukan bekas urugan. “Biasanya sebelum memasang biopori, kami survey dulu. Agar pasangan biopori menjadi efektif,” jelasnya lagi.sar