https://www.traditionrolex.com/27 Komisi Film Bali Kuatkan Perfilman Lokal dan Bentuk Sineas Berkualitas - FAJAR BALI
 

Komisi Film Bali Kuatkan Perfilman Lokal dan Bentuk Sineas Berkualitas

(Last Updated On: 30/10/2022)
Sosialisasi dan diskusi Komisi Film Bali serangkaian D’youth Fest 2.0 tahun 2022.
 
DENPASAR-fajarbali.com | Dalam upaya mewujudkan industri perfilman Bali yang semakin berkembang sekaligus mendorong terbentuknya sineas lokal yang berkualitas, Komisi Film Bali (KFB) berkomitmen untuk terus melakukan kolaborasi dengan berbagai stake holder guna mengembangkan potensi-potensi Sumber Daya Manusia (SDM) filmmaker di Bali, dimana selama ini Bali selalu menjadi lokasi produksi film, baik oleh production house (PH) nasional maupun Internasional, namun SDM Bali justru tidak dilibatkan.
 
Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi Film Bali (KFB), I Gusti Made Aryadi,S.Sn., M.Sn., saat sosialisasi dan diskusi Komisi Film Bali serangkaian kegiatan D’Youth Festival 2.0 tahun 2022 di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar, Sabtu (29/10) sore. Dalam kesempatan tersebut pihaknya mengatakan, KFB hadir sebagai wujud kepedulian menghadapi kegelisahan filmmaker atau komunitas film di Bali mengingat Bali begitu diminati oleh sineas nasional maupun asing untuk dijadikan tempat produksi film. Namun, SDM di Bali hanya menjadi penonton dan tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi, padahal kemampuan SDM lokal Bali memiliki kemampuan yang berkualitas.
 
“Kemampuan SDM Bali itu sejatinya memiliki kualitas yang sangat baik dan tidak kalah dengan SDM dari luar dalam memproduksi sebuah karya perfilman. Namun selama ini SDM Bali hanya dipandang sebelah mata dan kurang mendapat kesempatan dalam menampilkan karya mereka. Minimnya kesempatan tersebut juga disebabkan masih kurangnya ruang eksibisi untuk memutar karya mereka untuk publik. Selain itu, untuk penguatan SDM mereka kurang mendapat kesempatan belajar,” ujar Aryadi.
 
Aryadi menuturkan, jika KFB belum ada setahun dibentuk namun sudah berbadan hukum. Selain itu, kehadiran KFB ini dibentuk karena pihaknya ingin para filmmaker Bali, bisa menjadi tuan di rumah sendiri. Melalui KFB pihaknya ingin membangun ekosistem perfilman yang baik sekaligus juga ingin mengangkat konten-konten lokal Bali, sesuai pakem dan aturan yang ada di Bali. “Kita merangkul para kreatif di Bali, baik itu filmmaker, konten dan lainnya, untuk berkumpul bersama guna menyamakan persepsi. Para kreatif ini, kemudian menghimpun diri, satu visi dan misi untuk mewujudkan perkembangan film di Bali, dengan membuat suatu komisi yang bernama Komisi Film Bali,” ungkapnya dihadapan awak media.
 
Aryadi menambahkan, dibentuknya KFB ini juga sebagai bentuk dorongan dan dukungan untuk kemajuan perkembangan film di Bali. Yang mana, ketika nantinya ada orang di luar Bali melakukan shooting di Bali, maka pihaknya akan mengarahkan dan menjaga pakem yang ada di Bali. Sehingga, dengan adanya KFB ini, kedepannya juga diharapkan dapat menjadi monitoring dan memfilter semua hal yang tidak sesuai dengan adat budaya Bali.
 
Ketua Komisi Film Bali, I Gusti Made Aryadi (tengah), Wakil Ketua, Kadek Puja Astawa (kanan) dan Dendy Darma Satya (kiri).
 
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Film Bali, Kadek Puja Astawa menyampaikan bahwa, untuk ke depannya, guna lebih menggaungkan industri perfilman lokal Bali, pihaknya melalui KFB akan melakukan roadshow ke desa-desa di Bali yang tidak terjamah bioskop, untuk mengenalkan karya-karya filmmaker Bali. Sebelumnya kata dia, upaya ini telah diawali pada event Digifest, dan saat ini berlanjut pada kegiatan D’Youth Festival 2022. “Saya mengajak semua penggiat film di Bali untuk turut memajukan Bali melalui film. Karena Bali sudah sangat kuat dan layak untuk menunjukkan karyanya ke luar, bahkan bisa ditayangkan di bioskop-bioskop,” ucap konten kreator asal Buleleng ini.
 
Anggota Komisi Film Bali, Dendy Darma Satya yang hadir dalam diskusi tersebut menambahkan, pentingnya regulasi dan pengawasan terkait perfilman di Bali. “Kalau kita lihat, banyak PH nasional dan internasional yang curi-curi kesempatan melakukan produksi Film di Bali. Ini yang kita sayangkan jika terus terulang, apalagi SDM kita di Bali sangat minim terlibat di dalamnya. Seharusnya, jika membuat sebuah karya film di Bali, wajib untuk melibatkan sineas-sineas Bali maupun tim produksi dari Bali, sehingga terbentuk kerja sama yang solid dan tidak terjadinya penyimpangan culture maupun pelecehan simbol agama, adat, dan budaya Bali saat memproduksi film,” pungkasnya. M-001
 Save as PDF

Next Post

10 Bulan, Ratusan Kendaraan Knalpot Brong Ditindak

Ming Okt 30 , 2022
Perlancar KTT G20
IMG-20221030-WA0059-f637b0f4

Berita Lainnya