DENPASAR-fajarbali.com | Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar kembali menjalin kerja sama internasional dengan Bunditpatanasilpa Institute, Thailand ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Gedung Nawanatya, Kampus ISI Denpasar, Kamis (22/3/2018).
Usai penandatanganan MoU, Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum., menyatakan kerja sama tersebut didasari karena kedua perguruan tinggi beda negara itu memiliki banyak kesamaan. Fakultas yang dikelola Bunditpatanasilpa, yakni seni pertunjukan, seni rupa dan musik, semuanya itu telah ada di ISI Denpasar.
“Jadi sama sekolah seni, memiliki tiga fakultas, kondisinya sama, ingin menjalin kerja sama, dan proses ini sudah disiapkan hampir sebulan,” kata Arya didampingi I Ketut Garwa , Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Kamis (22/3/2018).
Implementasi kerja sama itu, lanjut Arya, nantinya akan ditindaklanjuti masing-masing institusi dengan berbagai kegiatan, seperti menggelar workshop secara bergilir yang melibatkan dosen masing-masing lembaga, pertukaran informasi termasuk pertukaran mahasiswa maupun dosen.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Bunditpatanasilpa Institute Mrs. Nipha Sophasamrith mengaku sangat senang bisa bekerja sama dengan ISI Denpasar. Nipha yang memimpin rombongan menyempatkan diri mengunjungi koleksi gamelan di Kampus ISI. “Kerja sama ini bertujuan lebih merekatkan hubungan antara dua budaya yang memiliki kemiripan , keragamannya, jenis musik dan tarianya,” kata Mrs. Nipha didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama, SE., M.M.
Pihaknya menyebut banyak kemiripan dari jenis musik Bali yang dimiliki kampus ISI, seperti gamelan, angklung, wayang kulit dan beberapa ornamen seni tradisi lainya. “Menarik, dari keragaman jenis musik, gamelan bahkan ada wayang, memang ada kemiripan , tapi dari kemasan, cara menggunakan, mungkin sedikit berbeda, tapi memang mirip, cuma penyebutannya beda. Kami senada dengan Rektor ISI tentang implementasi kerja sama ini ke depan,” ucap Nipha.
Sementara itu, Ketut Garwa yang pernah berkunjung ke kampus itu mengakui keragaman alat musik di Kampus Bunditpatanasilpa sangat kompleks. “Saya pernah berkunjung ke sana, yang populer memang seni rupanya, namun untuk seni pertunjukan yang baik alat musik tarian yang sangat kompleks,” ungkapnya.
Disana kata Garwa, jenis jenis kesenian baik senirupa dan seni pertunjukannya memang memiliki kesamaan tafsir. ” Melalui kerja sama ini mudah- mudahan akan ada sebuah ikatan atau jalinan yang sama – sama memberi andil bagi peningkatan pengetahuan maupun pengembangan lembaga seni kedepannya,” pungkasnya. (gde)