DENPASAR-fajarbali.com | Pengelola sebuah ashram di Klungkung, Indra Udayana akhirnya angkat bicara menyikapi ‘serangan’ terhadap dirinya atas dugaan melakukan paedofilia kepada anak asuhnya.
Melalui tim kuasa hukumnya yang dipimpin I Wayan Mudita, Togar Situmorang dkk, Indra Udayana mengisyaratkan membuka pintu damai, asalkan oknum yang selama ini menuduhnya, bersedia menarik kembali pernyataannya dan meminta maaf dalam waktu 3 kali 24 jam, terhitung dari (26/2/2019). Jika syarat itu tak dipenuhi, kuasa hukum akan menempuh jalur hukum.
Ketua tim kuasa hukum Indra Udayana, I Wayan Mudita menjelaskan, saat ini kliennya sedang berada di India menindaklanjuti kerja sama bidang agama dan kebudayaan dengan Dubes RI. Sehingga kliennya mengutus dirinya untuk melakukan perlawanan.
“Klien kami (Indra Udayana) masih di India sejak beberapa pekan. Kami diutus untuk meluruskan berita liar yang menuduh dia melakukan faedofilia,” kata Mudita di sela menyampaikan asprasi kepada Senator Gede Pasek Suardika di Denpasar, Selasa (26/2).
Mudita menceritakan, kliennya sama sekali tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam Solidaritas Warga Anti Faedofilia (SWAP). Pemberitaan yang terus menjadi head line beberapa media di Bali, termasuk media sosial, membuat Indra Udayana resah. Sehingga menganggap perlu membentuk tim hukum sebelum ia tiba di Bali.
Tim hukum ini, lanjut Mudita, bertujuan untuk mengimbangi berita-berita yang muncul. “Berita yang beredar selama ini terkesan sepihak, tak berdasar, tanpa bukti, dan menyudutkan klien kami. Bahkan seperti peradilan jalanan,” imbuhnya, sembari menegaskan pihaknya telah menginventarisir sejumlah bukti pemberitaan termasuk sejumlah oknum di media sosial.
Gusti Ngurah Artana yang juga kuasa hukum Indra Udayana meminta Senator Pasek Suardika memberi atensi serius terhadap persoalan ini karena menyangkut nama baik Bali. Ia mengaku sangat keberatan dengan kalimat ‘Bali pulau surga bagi pelaku faedofilia’ yang acap kali dilontarkan anggota SWAP.
“Kami mohon kepada Pak Pasek, dengan segala kewenangan yang dimiliki sebagai Senator dapil Bali agar memperhatikan persoalan ini dengan serius. Demi menjaga citra Bali,” pintanya.
Menanggapi hal itu, Senator yang karib disapa GPS mengaku sejak berita ini muncul sudah memberi perhatian serius, baik di media sosial mau pun secara langsung mengundang anak-anak ashram dan pengajar. Bahkan ia juga telah membuat pernyataan sikap secara resmi. “Belum lama ini, kami terima anak-anak ashram. Setelah kami dengar tidak ada potret seperti yang dituduhkan selama ini. Mungkin dalam waktu dekat kami berkunjung lansung ke sana (Ashram, red),” jelas dia.
Lebih lanjut, ia mencium “bau amis” adanya upaya merusak citra lembaga pendidikan Hindu, yakni ashram. Ia mengaku telah menerima keluhan dari sejumlah pengelola ashram akibat pemberitaan yang bertubi-tubi selama ini, seluruh ashram terkena getahnya. Baginya, anak-anak dan ashram sendiri adalah korban dari media sosial.
Pemberitaan tentang dugaan faedofilia ini sejatinya muncul tahun 2008 silam. Namun tahun 2019 ini kembali dibawa kepermukaan. Menariknya, tepat di saat Indra Udayana ke India dalam jangka waktu yang cukup panjang. “Saya nggak tahu ya, kok berita ini kembali muncul saat Indra Udayana pergi ke India. Ini kebetulan atau sengaja dirancang, agar dia tidak bisa membela diri,” katanya. Ia menyarankan, cara yang paling tepat adalah menguji kebenaran lewat jalur hukum. Apalagi menurut dia, pilihan kata yang digunakan oknum SWAP di media sosial sangat biadab. Ia berjanji akan selalu memberi ruang bagi semua pihak untuk ‘buka-bukaan’ demi penyelesaian kasus tersebut. (her)