Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Pahala Nugraha Mansury. (Tha)
MANGUPURA-fajarbali.com | Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) resmi memimpin Pertemuan Joint Leaders’ Session High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) dan Indonesia Afrika Forum yang ke-2 (IAF 2) di Bali, Senin (2/9/2024). Usai sesi Leaders selesai, pertemuan HLF-MSP dan IAF dilanjutkan dan masih akan berlangsung sampai esok hari, Selasa (3/9/2024). Kegiatan tidak saja dalam bentuk pertemuan pleno, namun juga dalam bentuk Leaders’ talk, business matching, diskusi panel, dan juga side events. Adapun total delegasi yang hadir untuk kedua event tersebut, lebih dari 1.400 orang dari 29 negara.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Pahala Nugraha Mansury saat press conference terkait update pelaksanaan HLF-MSP dan IAF ke-2 di Bali. Dalam laporannya, ia mengatakan bahwa di sela-sela kedua pertemuan tersebut, pihaknya juga akan melakukan pertemuan Konsul Kehormatan Indonesia di Afrika. “Sebagaimana kita ketahui, bahwa Konsul Kehormatan ini adalah “jembatan” Indonesia dalam memperkokoh hubungan bilateral dengan negara-negara Afrika,” jelasnya.
Disebutkan, Indonesia Africa Forum ini adalah forum yang kedua. IAF yang pertama diselenggarakan pada tahun 2018, dan tahun ini tema yang diusung adalah “Bandung Spirit for Africa Agenda 2063. Sebagaimana IAF yang pertama, IAF yang ke-2 tujuan utamanya adalah memperkokoh kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. Hubungan politik dan historis antara Indonesia dan Afrika telah terbangun kokoh sejak 1955, dan fondasi yang kokoh tersebut penting digunakan untuk membangun kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
Mengapa IAF penting? Pahala Mansury dalam kesempatan tersebut menjelaskan ada empat hal yang menjadi perhatian.
Pertama, melalui IAF Indonesia menyerukan soliditas Global South untuk menjadi penggerak perubahan. “Kita tahu, kondisi global saat ini semakin mengkhawatirkan. Ini mengakibatkan perekonomian global menjadi tidak menentu. Dan negara berkembang, negara-negara dari Global South, adalah yang paling terkena dampaknya. Oleh karena itu, negara-negara Global South harus memiliki semangat yang sama untuk menjadi bagian penting dari perubahan dan menjadi bagian dari solusi melalui kemitraan dan kerja sama yang lebih solid,” ucapnya.
“Kita bersyukur, selama pertemuan yang dipimpin oleh Presiden tadi pagi dan kemudian dilanjutkan oleh Pak Menteri Bappenas, keinginan memperkuat kerjasama selatan-selatan sangat jelas. Dan Spirit Bandung dijadikan kompas yang digunakan untuk menavigasi kerjasama selatan-selatan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Pahala Mansury mengatakan, Presiden RI di dalam pembukaan sesi Leaders juga menyampaikan untuk menjadi bagian dari solusi masalah global, Indonesia berkomitmen untuk terus memerankan bridge builder, sebagai jembatan antara perbedaan-perbedaan. Dan juga menjadi jembatan dalam membela kepentingan Global South, serta terus memperjuangkan kesetaraan, keadilan bagi negara-negara berkembang. “Saatnya suara dan kepentingan Global South didengarkan, dan hak Global South atas pembangunan harus dihormati,” katanya.
Kedua, terus mengobarkan Spirit Bandung. Kedekatan historis dengan negara-negara Afrika harus terus dijaga, dan Semangat Bandung perlu terus dikobarkan. “Pada 2013, Uni Afrika telah mencanangkan “Africa Agenda 2063″, yang memuat peta jalan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkesinambungan bagi negara-negara Afrika untuk 50 tahun ke depan. Jadi, dicanangkan 2013, untuk 50 tahun ke depan dan akan dicapai pada 2063,” ungkap Pahala Mansury.
“Kita berharap, dari diskusi tadi pagi, Spirit Bandung tetap menjadi bagian dari agenda tersebut. Tadi saya sampaikan bahwa beberapa negara bahkan menyebutkan bahwa Spirit Bandung akan menjadi kompas dalam menavigasi upaya pembangunan dan kerja sama anatara negara-negara selatan. Dan tahun depan, bertepatan dengan 70 tahun KTT KAA, dan menurut rencana Indonesia akan menyelenggarakan Platinum Jubilee of the Asian African Conference,” imbuhnya.
Ketiga adalah sebagai salah satu ‘kendaraan’ untuk memperkuat kemitraan dengan Afrika. “Kita tahu bahwa Afrika diproyeksikan menjadi continent of the future atau kontinen masa depan. Peluang kerja samanya sangat besar. Tahun lalu, pertumbuhan ekonominya mencapai 4%, melampaui pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,7%. Afrika juga miliki bonus demografi, dengan populasi penduduk usia muda yang besar. Selain itu, Afrika juga diberkahi dengan berbagai sumber daya alam yang melimpah, termasuk mineral kritis,” sebutnya.
Keempat, mendorong percepatan pencapaian target SDGs global. Menurut Pahala Mansury, pencapaian target SDGs yang tinggal beberapa tahun lagi sampai di 2030 masih sangat rendah yaitu baru 17%. “Sebagaimana yang disampaikan Bapak Presiden dalam pertemuan tadi pagi, hasil kemitraan atau deliverables IAF tahun ini sangat nyata. Pada forum kali ini, tercatat kesepakatan bisnis sebesar 3,5 miliar USD, yang terdiri dari sektor energi, kesehatan, pangan, infrastruktur, dan industri strategis. Ini patut kita banggakan, peluang baru kerja sama ekonomi terus terbuka. Tentunya ini tidak sampai di sini saja. Indonesia akan terus mengawal implementasi dari berbagai kesepakatan agar benar-benar dapat memberikan manfaat yang nyata bagi rakyat Indonesia dan Afrika. Dan di dalam pertemuan bilateral saya, beberapa negara sudah menyampaikan adanya rencana kunjungan kenegaraan, kunjungan kerja, tahun depan, ke Indonesia,” pungkasnya.(M-001)