https://www.traditionrolex.com/27 Hasilkan 130Kg Sampah Organik Per Hari, RSUP Sanglah Produksi Eco Enzim - FAJAR BALI
 

Hasilkan 130Kg Sampah Organik Per Hari, RSUP Sanglah Produksi Eco Enzim

(Last Updated On: 17/04/2022)

Denpasar-fajarbali.com | Untuk mengurangi sampah organik yang ada di instalasi Gizi, K3RS dan Kesehatan Lingkungan, pihak RSUP Sanglah Denpasar mengolah limbah-limbah organik tersebut menjadi eco enzim.


Eco enzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran. Menurut Kepala K3RS dan Kesehatan Lingkungan RSUP Sanglah Ni Putu Resiki, pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif. Penanganan sampah harus dilakukan oleh seluruh elemen sebagai sumber daya yang memiliki nilai manfaat. Ia menuturkan, rata-rata per hari sampah organik yang dihasilkan di RSUP Sanglah sebanyak 130kg.

“Sampah organik yang ada di instalasi gizi apabila dibiarkan kapasitasnya akan menumpuk di TPA. Dengan membuat eco enzim kita berusaha mengolah sampah tersebut menjadi bermanfaat. Eco enzim ini adalah wujud nyata partisipasi RSUP Sanglah menyelamatkan Bumi dari pemanasan global,” ungkapnya, Selasa (8/6/2021).

Baca Juga :
Dampak Pandemi, UMKM Masih Butuh Difasilitasi
Sidak Penambangan Pasir dan Batu di Pantai Bugbug, Amankan Sopir dan Truk

Resiki menjelaskan, eco enzim ini selain dimanfaatkan untuk pemeliharaan ipal, juga bisa digunakan sebagai pupuk tanaman di areal RSUP Sanglah. Ia menerangkan jika produk eco enzim merupakan produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat.

“Pembuatan eco enzim hanya membutuhkan bahan-bahan yang cukup sederhana seperti air, gula sebagai sumber karbon, dan sampah organik sayur dan buah. Pemanfaatan eco enzim dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga terutama sampah organik yang komposisinya masih tinggi,” jelasnya.

Dalam pembuatan eco enzim, Resiki memaparkan jika pihaknya tidak membutuhkan lahan yang luas untuk proses fermentasi. Jenis sampah organik yang diolah menjadi eco enzim hanya sisa sayur atau buah. Fermentasi yang menghasilkan alkohol dan asam asetat yang bersifat disinfektan hanya dapat diaplikasikan pada produk tanaman karena kandungan karbohidrat di dalamnya.

“Proses pembusukan dan fermentasi daging berbeda dengan tanaman. Daging akan cepat membusuk dan menghasilkan patogen pada suhu yang tidak teregulasi. Jika ingin membuat eco enzim, atau ingin sampah organik diolah oleh agen sampah, pastikan sampah sisa sayur dan buah terpisah dari sampah organik atau non-organik lainnya. Proses fermentasi akan berlangsung beberapa bulan,” terangnya.

Selain itu, Resiki juga menjelaskan jika eco enzim sangat berguna untuk menyuburkan tanah dan tanaman, menghilangkan hama, dan meningkatkan kualitas dan rasa buah dan sayuran yang ditanam.

“Larutan pembersih komersial yang ada sekarang sering kali mengandung berbagai jenis senyawa kimia yang berpotensi mencemari udara, tanah, air tanah, sungai dan laut. Penggunaan eco enzim sebagai larutan pembersih alami berkontribusi menjaga lingkungan bumi kita,” bebernya. (dha)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Parwata Terima Audiensi THD Bali, Apresiasi Kreatifitas Pemuda Bali bisa Bangkit dan Berkarya

Rab Jun 9 , 2021
Dibaca: 23 (Last Updated On: 17/04/2022)MANGUPURA-fajarbali.com | Ketua DPRD Badung, I Putu parwata, Selasa (8/6/2021) menerima audiensi Pengurus Teruna Hindu Dharma (THD) Bali. Pengurus THD Bali mengharapkan, Putu Parwata untuk hadir dalam perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-3 THD Bali yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2021 serta melakukan kegiatan […]

Berita Lainnya