SEMARAPURA-fajarbali.com | Melandainya kasus Covid-19, rupanya belum memberi imbas positif pada perekonomian di masyarakat. Hal ini sangat dirasakan oleh para pedagang di Pasar Galiran, Klungkung, Kamis (7/10). Bahkan di saat harga kebutuhan pokok seperti telur sedang anjlokpun, angka penjualan tidak naik signifikan.
Seorang pedagang telur, Wayan Sumiata menuturkan, sejak sebulan terakhir harga telur di Pasar Galiran menurun. Tak hanya telur ayam ras, telur bebek juga bernasib sama. Dikatakan, sebelumnya harga telur ayam ras stabil di angka Rp40 ribu per kerat (30 butir). Namun, itu tak berlangsung lama, harga terus menyusut hingga kemarin harga telur ayam ras mencapai level terendah yaitu Rp30 ribu perkerat. “Harga telur ayam ras turun Rp10 ribu per kerat dari harga sebelumnya,” ujarnya.
Tak hanya telur ayam ras, harga telur bebek juga ikut-ikutan merosot tajam. Semula harga telur bebek di Pasar Galiran mencapai Rp60 ribu perkerat. Namun, kini merosot hingga di harga Rp48 ribu perkeratnya. Sumiata tak mengetahui secara pasti, apa penyebab anjloknya harga telur di pasaran tersebut. Yang dia tahu, penurunan harga terjadi semenjak tidak ada pengiriman telur ke luar pulau Bali. Sehingga stok telur di Bali melimpah.
“Informasinya karena tidak ada pengiriman ke Jawa, jadi stok di Bali menjadi banyak. Hal ini yang menyebabkan harga telur di pasaran semakin anjlok,” ungkapnya.
Semula Sumiata sempat berharap, dengan turunya harga telur, maka daya beli masyarakat akan semakin meningkat. Namun kenyataan justru sebaliknya, meski harga telur berada di level terendah, permintaan dari konsumen justru tetap rendah. Dalam sehari rata-rata dirinya hanya sanggup menjual 15 krat telur saja. Ia menduga, rendahnya daya beli masyarakat ini masih diperngaruhi oleh pandemi Covid-19.
“Walau harga telur murah, pasar tetap sepi. Tidak ada peningkatan penjualan. Mungkin karena masih pandemi, jadi ekonomi masih lesu,” imbuhnya. (dia)
Save as PDF