MANGUPURA - fajarbali.com | Pemerintah pusat berencana akan membangun jalan tol Gilimanuk-Mengwi tahun 2021 mendatang. Jalurnya, sebagian besar akan memanfaatkan lahan kering, termasuk kebun dan persawahan. Nah, khusus di Mengwi, Kabupaten Badung masyarakat bertanya-tanya terkait sistem pengairan sawah jika aliran subak nantinya dilewati oleh tol.
Pertanyaan tersebut muncul ketika ada peninjauan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mochamad Basoeki Hadimoeljono, Kamis (6/8/2020). “Bagaimana jika nantinya sawah kita dilewati jalan tol ini? Terutama terkait aliran air di sawah,” tanya warga yang namanya enggan disebutkan.
Gubernur Bali, Wayan Koster saat ditanya terkait perkiraan lahan produktif yang nantinya terdampak, belum bisa menjawab pasti. “Itu masih dihitung,” ujarnya.
Sementara Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta usai menghadiri sidang DPRD Badung di gedung dewan, Jumat (7/8/2020) menjelaskan rencana pembangunan tol tersebut bukan hal baru. “Pada prinsipnya ini kan tol yang sudah direncanakan sejak awal dan mudah-mudahan itu Bapak Menteri PUPR sudah turun ke lapangan, sehingga actionnya itu bisa jalan,” ungkapnya.
Secara prinsip, kata Giri Prasta, pihaknya di Kabupaten Badung pasti akan mendukung. Karena menurutnya pembangunan menyangkut transportasi ini penting. “Paling tidak rasa aman dan nyaman dan jarak tempuh,” ujarnya.
Nah, terkait dengan nantinya ada lahan warga yang terdampak pembangunan tol sepanjang total 95 km tersebut, pihaknya selaku pemerintah daerah akan berupaya memfasilitasi. “Contoh kemarin kita buat underpass di simpang Ngurah Rai, itu kan saya banyak dapat hujatan. Saya macet, saya sampai dua jam nyampe di Badung dari daerah selatan. Tapi itu kan saat pengambilan pekerjaan dan saatnya sekarang luar biasa nyaman, lancar, aman, dan terkendali. Itu manfaat,” paparnya.
Hal ini menurutnya harus dijelaskan secara gamblang kepada masyarakat. Sehingga terjadi transparansi. “Inilah impact yang perlu kita sampaikan sehingga program ini yang kita lakukan untuk khalayak umum, bukan untuk kepentingan pribadi dan kelompok,” katanya.
Terkait dengan pertanyaan masyarakat terkait nasib lahan persawahan, menurutnya akan ditindaklanjuti dengan komunikasi bersama pemerintah pusat. “Terkait teknis, kita di Badung harus ada link and match dengan pemerintah pusat. Dan kami akan sampaikan kapan saatnya itu diadakan sosialisasi dan kapan saatnya kami berikan masukan kepada pusat,” jelasnya.
Terkait hal ini, kata mantan Ketua DPRD Badung ini aka nada langkah penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM). Sehingga nantinya bisa ditindaklanjuti. “Kami urusan masalah teknis mohon maaf tidak ada urusan andai-andai. Kalau berbicara andai-andai itu saya kira ndak perlu. Karena urusan teknis sudah stating point elegant,” tandasnya.
Seperti diketahui, Pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi akan memanfaatkan sebagian lahan di Kabupaten Badung, khususnya di Kecamatan Mengwi. Tol ini rencananya membentang dari daerah Cekik, Gilimanuk, Jembrana kemudian melewati Kabupaten Tabanan hingga sampai ke Mengwi. Biaya yang dihabiskan diperkirakan Rp 13-14 triliun. Namun pendanaannya dari pihak ketiga, karena bersifat prakarsa. Jika mulai dibangun 2021, diperkirakan selesai awal 2024
Sementara, terkait rencana pembangunan jalan lingkar selatan pihaknya mengatakan akan tetap berlanjut. Pihaknya bahkan Senin (10/8) ini akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait pembangunan tersebut. "Mudah-mudahan tidak ada halangan. Karena kami dijaminkan oleh Kementerian Keuangan. Karena KPBU yang pertama itu kami di Kabupaten Badung. Kenapa Badung? Karena kami melakukan langkah," ujarnya.
Giri Prasta mengungkapkan, proyek jalan lingkar selatan tersebut sudah berproses, bahkan sudah ada pembebasan lahan. Dalam pembangunannya, kata Bupati yang dikenal bares ini akan menggunakan teknologi, akan ada ring road dan sudah termasuk shortcut.
"Komitmen ini harus tetap jalan. Astungkara kita tidak perlu berangkat ke Jakarta karena Badung Smart City. Semua proses kami lakukan lewat virtual. Karena kami komitmen. Sekali bilang A, A harus tetap jalan. Tinggal waktu yang menentukan kapan akan selesai," ujarnya.
Selesainya pembangunan jalan lingkar selatan itu nanti, kata Giri Prasta akan menjadi wujud destinasi yang luar biasa. Pihaknya mengaku, sudah melakukan kajian dengan sangat matang. "Karena akan dibangun terowongan bahkan dibawah terowongan itu ada utilitas terpadu bawah tanah. Safetynya juga sudah terjaga terkait oksigennya. Dan kami sudah presentasi di Jakarta. Termasuk jalan barat Tanjung Benoa sudah kami presentasikan," jelasnya.
Jalan lingkar selatan Kabupaten Badung sebetulnya sudah direncanakan sejak tahun 2018. Bahkan, proyek tersebut sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Badung 2016-2021. Jalan lingkar selebar 24 meter ini diproyeksikan untuk memudahkan koneksi antar destinasi pariwisata di Badung selatan, khususnya Kuta dan Kuta Selatan. Desain yang dibuat pun digadang-gadang tidak akan mengesampingkan aspek estetika. Sebisa mungkin, keberadaan jalan lingkar tersebut menambah indah kawasan yang dilewati. Di samping menggunakan konsep Bebadungan dalam tampilannya, juga akan dibangun dua stop over sebagai titik pemberhentian dan pengendara bisa bersantai sejenak sembari menikmati pemandangaan. Tak tanggung-tanggung dalam proyek tersebut membutuhkan biaya yang cukup fantastis yakni sekitar Rp. 4 triliun.(put).
Pertanyaan tersebut muncul ketika ada peninjauan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mochamad Basoeki Hadimoeljono, Kamis (6/8/2020). “Bagaimana jika nantinya sawah kita dilewati jalan tol ini? Terutama terkait aliran air di sawah,” tanya warga yang namanya enggan disebutkan.
Gubernur Bali, Wayan Koster saat ditanya terkait perkiraan lahan produktif yang nantinya terdampak, belum bisa menjawab pasti. “Itu masih dihitung,” ujarnya.
Sementara Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta usai menghadiri sidang DPRD Badung di gedung dewan, Jumat (7/8/2020) menjelaskan rencana pembangunan tol tersebut bukan hal baru. “Pada prinsipnya ini kan tol yang sudah direncanakan sejak awal dan mudah-mudahan itu Bapak Menteri PUPR sudah turun ke lapangan, sehingga actionnya itu bisa jalan,” ungkapnya.
Secara prinsip, kata Giri Prasta, pihaknya di Kabupaten Badung pasti akan mendukung. Karena menurutnya pembangunan menyangkut transportasi ini penting. “Paling tidak rasa aman dan nyaman dan jarak tempuh,” ujarnya.
Nah, terkait dengan nantinya ada lahan warga yang terdampak pembangunan tol sepanjang total 95 km tersebut, pihaknya selaku pemerintah daerah akan berupaya memfasilitasi. “Contoh kemarin kita buat underpass di simpang Ngurah Rai, itu kan saya banyak dapat hujatan. Saya macet, saya sampai dua jam nyampe di Badung dari daerah selatan. Tapi itu kan saat pengambilan pekerjaan dan saatnya sekarang luar biasa nyaman, lancar, aman, dan terkendali. Itu manfaat,” paparnya.
Hal ini menurutnya harus dijelaskan secara gamblang kepada masyarakat. Sehingga terjadi transparansi. “Inilah impact yang perlu kita sampaikan sehingga program ini yang kita lakukan untuk khalayak umum, bukan untuk kepentingan pribadi dan kelompok,” katanya.
Terkait dengan pertanyaan masyarakat terkait nasib lahan persawahan, menurutnya akan ditindaklanjuti dengan komunikasi bersama pemerintah pusat. “Terkait teknis, kita di Badung harus ada link and match dengan pemerintah pusat. Dan kami akan sampaikan kapan saatnya itu diadakan sosialisasi dan kapan saatnya kami berikan masukan kepada pusat,” jelasnya.
Terkait hal ini, kata mantan Ketua DPRD Badung ini aka nada langkah penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM). Sehingga nantinya bisa ditindaklanjuti. “Kami urusan masalah teknis mohon maaf tidak ada urusan andai-andai. Kalau berbicara andai-andai itu saya kira ndak perlu. Karena urusan teknis sudah stating point elegant,” tandasnya.
Seperti diketahui, Pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi akan memanfaatkan sebagian lahan di Kabupaten Badung, khususnya di Kecamatan Mengwi. Tol ini rencananya membentang dari daerah Cekik, Gilimanuk, Jembrana kemudian melewati Kabupaten Tabanan hingga sampai ke Mengwi. Biaya yang dihabiskan diperkirakan Rp 13-14 triliun. Namun pendanaannya dari pihak ketiga, karena bersifat prakarsa. Jika mulai dibangun 2021, diperkirakan selesai awal 2024
Sementara, terkait rencana pembangunan jalan lingkar selatan pihaknya mengatakan akan tetap berlanjut. Pihaknya bahkan Senin (10/8) ini akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait pembangunan tersebut. "Mudah-mudahan tidak ada halangan. Karena kami dijaminkan oleh Kementerian Keuangan. Karena KPBU yang pertama itu kami di Kabupaten Badung. Kenapa Badung? Karena kami melakukan langkah," ujarnya.
Giri Prasta mengungkapkan, proyek jalan lingkar selatan tersebut sudah berproses, bahkan sudah ada pembebasan lahan. Dalam pembangunannya, kata Bupati yang dikenal bares ini akan menggunakan teknologi, akan ada ring road dan sudah termasuk shortcut.
"Komitmen ini harus tetap jalan. Astungkara kita tidak perlu berangkat ke Jakarta karena Badung Smart City. Semua proses kami lakukan lewat virtual. Karena kami komitmen. Sekali bilang A, A harus tetap jalan. Tinggal waktu yang menentukan kapan akan selesai," ujarnya.
Selesainya pembangunan jalan lingkar selatan itu nanti, kata Giri Prasta akan menjadi wujud destinasi yang luar biasa. Pihaknya mengaku, sudah melakukan kajian dengan sangat matang. "Karena akan dibangun terowongan bahkan dibawah terowongan itu ada utilitas terpadu bawah tanah. Safetynya juga sudah terjaga terkait oksigennya. Dan kami sudah presentasi di Jakarta. Termasuk jalan barat Tanjung Benoa sudah kami presentasikan," jelasnya.
Jalan lingkar selatan Kabupaten Badung sebetulnya sudah direncanakan sejak tahun 2018. Bahkan, proyek tersebut sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Badung 2016-2021. Jalan lingkar selebar 24 meter ini diproyeksikan untuk memudahkan koneksi antar destinasi pariwisata di Badung selatan, khususnya Kuta dan Kuta Selatan. Desain yang dibuat pun digadang-gadang tidak akan mengesampingkan aspek estetika. Sebisa mungkin, keberadaan jalan lingkar tersebut menambah indah kawasan yang dilewati. Di samping menggunakan konsep Bebadungan dalam tampilannya, juga akan dibangun dua stop over sebagai titik pemberhentian dan pengendara bisa bersantai sejenak sembari menikmati pemandangaan. Tak tanggung-tanggung dalam proyek tersebut membutuhkan biaya yang cukup fantastis yakni sekitar Rp. 4 triliun.(put).