Denpasar-fajarbali.com | Sanggar Seni Sura Pradnya tampil memukau di ajang Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III Tahun 2021 dengan mementaskan karya tari kontemporer bertajuk “THE LOST OF EQUILIBRIUM SURA PRADNYA TRIBUTE TO SURA” bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Minggu (24/10/2021) malam.
Tari kontemporer Sura Pradnnya Tribute To Sura yang menampilkan profil I Nyoman Sura sebagai tokoh seni tari kontemporer ini melibatkan puluhan penari berbakat. Bahkan, pergelaran yang juga disaksikan Ny. Putri Suastini Koster ini mendapat apresiasi dari penonton di akhir pementasannya.
Pendiri Sanggar Seni Sura Pradnya I Ketut Gede Agus Adi Saputra atau yang lebih akrab disapa Adi Siput mengatakan, pergelaran tari kontemporer The Lost of Equilibrium Sura Pradnya Tribute To Sura secara konsep menampilkan profil I Nyoman Sura sebagai maestro seni tari kontemporer. Profil Nyoman Sura ini disajikan ke dalam bentuk berbagai media ungkap, seperti audio visual, rekonstruksi karya tari yang diciptakannya dan juga pembaharuan karya yang disajikan oleh beberapa murid Nyoman Sura dan tim Sura Pradnya. Dikemas dalam pementasan dengan bertajuk The Lost of Equilibrium (Kehilangan Keseimbangan) merupakan bentuk penyadaran akan pentingnya menjaga alam dan orang yang disayangi.
“Semua orang pernah merasakan kehilangan benda, orang dan bahkan kehilangan keseimbangan. Merasakan kehilangan sering kali menimbulkan kesedihan mendalam. Namun hakekatnya kesedihan tidak serta merta memberi kita jalan terang untuk terlepas dari rasa kehilangan. Ketika kehilangan orang akan sadar bahwa suatu yang hilang itu menjadi penting. Kehilangan keseimbangan ini adalah bentuk penyadaran bagi kita untuk menyeimbangkan diri kita pada segalah hal. The Lost of Equilibrium adalah bentuk penyadaran bagi kita untuk tetap memahami hakekat keseimbangan dalam hidup, namun ketika kita merasa kehilangan, spirit dan kekuatannya akan memberi Harmoni dari penyadaran kita akan keseimbang. Jagalah keseimbangan hidup sehingga kita bisa tetap berbahagia,” ungkap Adi Siput saat ditemui diakhir pementasan.
Ia menerangkan, pergelaran ini mengenang karya almarhum I Nyoman Sura dan dedikasi Beliau ditujukan pada sebuah pementasan tari kontemporer dan juga modern dengan mengangkat keharmonisan hubungan antara murid dan guru menjaga implementasinya kepada banyak orang. Seperti spirit alam dan bumi ini memberi tanpa berharap namun yang diperlukan adalah kesadaran dan penyadaran.
Dalam kesempatan itu pula, Adi Siput menuturkan Sanggar Seni Sura Pradnya adalah sanggar tari yang didedikasikan untuk mengenang alm I Nyoman Sura. Sanggar ini bertempat di Banjar Maniktawang, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Nama Sura Pradnya diambil dari nama I Nyoman Sura, Pradnya diartikan sebagai pengetahuan spirit pagi hari. Jadi Sura Pradnya diartikan sebagai spirit seorang I Nyoman Sura akan selalu berdengung dalam setiap mengawali pagi dalam arti mengawali penciptaan.
“Sura Pradnya didirikan pada 14 September tahun 2015. Awalnya sanggar ini memanfaatkan bangunan bekas percetakan batako dari keluarga kami. Namun karena kondisi bangunan yang rusak, kami pun merenovasi bangunan itu menjadi sebuah tempat nyaman untuk berkreasi. Dari sejarah terbentuknya sanggar ini, kami sangat konsisten dalam mengembangkan bakat dan minat anak-anak diseputaran desa. Sebelumnya dari awal dirintis sanggar ini adalah sanggar gratis tanpa memungut biaya latihan. Memiliki anggota sekitar 60 orang terdiri dari anak-anak remaja dan dewasa. Dengan mengandalkan bantuan dari donator dan sponsor pelatihan sanggar berjalan dengan normal. Namun, ketika masa sulit seperti pandemi ini, sesuai kesepaktan dan kerja sama orang tua anggota. Sanggar memungut biaya dengan sistem uang suka duka,” sebutnya. (dha)