Sutradara Film Murder Below Deck, Brian L. Tan (kiri) bersama Produser, Geoffrey Kott. (Tha)
MANGUPURA-fajarbali.com | Moonkey Group mengumumkan perilisan Murder Below Deck, film Amerika pertama yang sepenuhnya diambil di lokasi di Bali, Indonesia. Drama penuh ketegangan ini diproduksi bersama perusahaan produksi yang berbasis di Los Angeles, Goodform LA, sebelum diakuisisi untuk streaming oleh platform TV dan online Amerika, Lifetime. Film ini menceritakan kisah seorang wanita yang berhenti dari pekerjaannya di perusahaan untuk bekerja di kapal pesiar mewah sepanjang 50 meter di Bali bersama sahabatnya hanya untuk menyaksikan sebuah pembunuhan di lautan.
Disutradarai oleh Brian L. Tan “BLT”, yang dikenal terutama melalui pembuatan film aksi pertama Bali, Anomaly, Murder Below Deck adalah thriller yang terinspirasi dari Murder On the Orient Express, namun berlatar belakang keindahan pantai Bali yang menakjubkan.
“Murder Below Deck membawa kita ke perairan biru Pasifik Selatan, tempat perjalanan kapal pesiar mewah berubah menjadi mimpi buruk setelah salah satu tamu menghilang secara misterius. Lauren (Harley Bronwyn) meninggalkan pacarnya yang selingkuh dan kehidupan perusahaannya dan mulai bekerja di kapal pesiar mewah bersama sahabatnya dari perguruan tinggi. Saat pelayaran pertamanya dimulai, Lauren terpikat oleh salah satu tamu, seorang pengusaha gagah, Mark, dan dia melanggar beberapa aturan untuk merayunya. Namun, dia mengungkapkan bahwa dia sudah bertunangan, dan ketegangan meningkat ketika tunangannya tiba-tiba menghilang. Film thriller Lifetime ini menawarkan latar belakang yang eksotis, dan plot utamanya berkisar di sekitar kapal pesiar yang indah, yang menimbulkan pertanyaan tentang lokasi syuting yang sebenarnya,” ungkap Sutradara, Brian L. Tan, Jumat (13/9/2024) malam.
Brian L. Tan mengatakan, ‘Murder Below Deck’ difilmkan di Bali, Indonesia. Hal ini juga berpotensi membantu mempromosikan Bali dikancah internasional. Di sisis lain tim produksi mengalami penundaan karena cuaca dan banyak tantangan yang melekat dalam pengambilan gambar di atas kapal. Fotografi utama dimulai pada awal Juni 2024 dan selesai pada 18 Juni di tahun yang sama. “Pada suatu saat selama pembuatan film, kapal pesiar seharga 20 juta dolar itu terjebak di lautan selama sekitar lima jam, menciptakan situasi yang menakutkan bagi para pemain dan kru di atas kapal. Kru produksi menghadapi berbagai kesulitan saat syuting di atas kapal bahkan tidak dapat beroperasi selama beberapa hari karena mabuk laut,” ujarnya.
Untuk syuting ‘Murder Below Deck,’ tim produksi menjelajah ke provinsi Bali. Negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau yang terletak di antara Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia merupakan tujuan wisata yang populer, dengan Bali sebagai permata mahkotanya. Pulau utama Bali menawarkan monumen bersejarah unik yang terkait dengan agama Hindu Bali, pantai-pantai yang masih asli, dan pemandangan alam yang menakjubkan, termasuk formasi batuan pesisir. Tim mengalami masalah di menit-menit terakhir saat mencari tempat untuk kapal pesiar berlabuh ketika rencana persiapan gagal. Mereka melakukan perjalanan ke sisi selatan Pulau dan disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan dan tidak biasa, tetapi perairannya menghadirkan komplikasi yang tidak terduga.
“Pengambilan gambar di dek menghadirkan sejumlah tantangan. Saat mengambil rangkaian adegan yang lebih panjang, pencahayaan akan berubah seiring waktu saat matahari berubah posisi, dan kapal pesiar harus diorientasikan ulang untuk mempertahankan kondisi pencahayaan yang sama. Karena mereka mengambil gambar tepat di luar dermaga di atas kapal, latar belakang lautan terbuka atau lanskap pesisir sering kali terganggu oleh peselancar layang, yang jumlahnya banyak di area tersebut, yang menyebabkan adegan harus diambil ulang,” jelas Produser, Geoffrey Kott.
“Perbedaan budaya juga menimbulkan tantangan yang tak terduga bagi para produser, karena kami mengandalkan grup produksi lokal Moonkey Creative Productions untuk kru dan peralatan. Ketika bertanya kepada kru lokal apakah mereka sedang mengerjakan tugas, mereka menjawab ya, bukan berarti mereka terlibat dalam menyelesaikan tugas, tetapi mengakui bahwa tugas itu perlu dilakukan. Dengan segala sesuatunya yang sudah dipersiapkan, usaha itu terbukti menjadi mimpi buruk logistik bagi tim. Namun, pada saat syuting selesai, semua komplikasi sudah berlalu, dan tim merayakan pencapaian mereka bersama,” ucap Geoffrey Kott di hadapan awak media.
Film ini dibintangi oleh Harley Alexander, Alex Trumble, Nadine Alexandra, Quisha Saunders, Oliver Pras, Joseph J. U. Taylor, Taylor Davey, dan Caroline Zachrie. Pemeran ansambel ini menghadirkan perpaduan dinamis antara bakat internasional dan lokal Indonesia, mencerminkan keragaman ‘pertemuan Timur dan Barat’ yang menjadi ciri khas Bali yang dikenal dan dicintai dunia. Murder Below Deck menandai sejarah penting dalam sinema Indonesia sebagai film fitur Amerika/Hollywood pertama yang sepenuhnya diambil di Bali, menampilkan tidak hanya pantai ikonis dan keindahan alam pulau ini, tetapi juga kekayaan budaya tersembunyi yang dimilikinya. (M-001)