Denpasar-fajarbali.com | Sejumlah wilayah di Bali sejak April lalu telah memasuki musim kemarau yang diprakirakan mencapai puncaknya Agustus mendatang. Kendati telah memasuki musim kemarau, tidak menutup kemungkinan Bali masih diguyur hujan terutama di wilayah Bali Tengah seperti Bangli akibat fenomena La Lina.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto mengatakan, dari 342 zona musim (ZOM), tercatat 22,8 persen wilayah zona musim di Indonesia termasuk Bali mengalami kemarau lebih awal. Ia menjelaskan, musim kemarau 2021 di Bali diprediksi kecil mengalami kekeringan ekstrem, meski begitu kewaspadaan dan antisipasi dini tetap harus ditingkatkan.
“Sekarang sudah memasuki musim kemarau, sudah ada beberapa daerah yang tidak turun hujan. Puncak musim kemarau di Bali itu Agustus. Oleh karena itu, kita harapkan masyarakat mengetahui langkah antisipasi bencana apapun itu bentuknya secara mandiri untuk meminimalisir korban jiwa sebelum bantuan datang,” ujarnya, Selasa (7/6/2021).
Baca Juga :
Partai Golkar Support Penuh Tamba-Ipat
Percepat Terbentuknya Herd Immunity, Proses Vaksinasi Harus Gencar Dilakukan
Dwi Hartanto mengungkapkan, peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini terkait kekurangan air bersih saat musim kemarau, perlu dilakukan penyimpanan air termasuk gerakan memanen air hujan. Langkah mitigasi lainnya juga dilakukan di wilayah rawan kebakaran hutan maupun lahan.
“Kalau musim kemarau, kita himbau masyarakat untuk lebih menghemat air. Selain itu kemarau juga sering terjadi kebakaran. Jadi supaya menghindari terjadinya kebakaran, kita minta agar seluruh masyarakat membakar sampah tidak dekat dengan pemukiman. Sebab, biasanya kita lalai karena memang suhunya panas kering jadi mudah terbakar,” pesan Dwi Hartanto.
Daerah di Bali yang paling awal memasuki musim kemarau yakni Nusa Penida, Gianyar dan Karangasem. Sedangkan daerah yang paling akhir memasuki musim kemarau yakni Tabanan, Badung dan Buleleng dengan puncak musim kemarau Agustus mendatang. (dha)