Anemia Defisiensi Besi, Penyebab Tubuh Mudah Lelah yang Perlu Diwaspadai

u10-IMG-20251121-WA0002
Foto: ilustrasi/ist.

BANYAK orang sering merasa cepat lelah, pusing, dan tampak pucat. Gejala ini kerap dianggap sepele, padahal bisa menandakan anemia defisiensi besi, yaitu anemia akibat kekurangan zat besi yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin.

Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Bila tubuh kekurangan zat besi, produksi hemoglobin menurun, sehingga pasokan oksigen berkurang dan tubuh menjadi lemah.

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar sepertiga penduduk dunia mengalami anemia, dan sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kondisi ini paling sering dialami oleh anak-anak, remaja perempuan, ibu hamil, serta wanita usia subur, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa dan lanjut usia.

Mengapa Bisa Terjadi Kekurangan Zat Besi?

Tubuh dapat kekurangan zat besi karena berbagai alasan. Penyebab yang paling sering adalah asupan makanan yang tidak mencukupi. Pola makan yang jarang mengandung daging merah, hati, ayam, ikan, sayuran hijau, atau kacang-kacangan membuat tubuh tidak mendapatkan zat besi dalam jumlah yang memadai.

Selain itu, gangguan penyerapan juga dapat terjadi. Walaupun seseorang mengonsumsi makanan bergizi, sebagian orang tidak mampu menyerap zat besi dengan baik, seperti pada penderita penyakit celiac, peradangan usus, atau setelah menjalani operasi pada saluran pencernaan.

Kehilangan darah dalam jangka panjang merupakan penyebab lain yang sering terjadi, terutama pada orang dewasa. Perdarahan bisa berasal dari menstruasi berlebihan, tukak lambung, wasir, atau kanker saluran cerna.

Penggunaan obat seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) juga dapat menyebabkan iritasi lambung yang menimbulkan perdarahan ringan tetapi berlangsung lama. Selain itu, kebutuhan zat besi meningkat pada masa pertumbuhan, remaja, dan kehamilan.

BACA JUGA:  Astra Motor Gelar Donor Darah Serentak di 12 Main Dealer, Sumbangkan 550 Kantong Darah untuk PMI

Bila peningkatan kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, tubuh akhirnya mengalami kekurangan zat besi yang berujung pada anemia.

Gejala yang Sering Diabaikan

Anemia defisiensi besi berkembang perlahan, sehingga sering tidak disadari. Pada tahap awal, penderita mungkin hanya merasa cepat lelah. Namun, jika berlanjut, dapat timbul gejala seperti:

1. Wajah pucat dan bibir tampak keputihan.

2. Pusing, lemas, atau jantung berdebar.

3. Napas terasa pendek meski beraktivitas ringan.

4. Rambut rontok dan kuku rapuh, bahkan berbentuk cekung menyerupai sendok.

5. Konsentrasi menurun dan mudah mengantuk.

Pada anak-anak, anemia dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan kesulitan belajar. Bila tidak diobati, anemia berat dapat menurunkan daya tahan tubuh dan produktivitas secara signifikan.

Bagaimana Cara Menangani Anemia Defisiensi Besi?

Penatalaksanaan anemia defisiensi besi bertujuan untuk mengganti kekurangan zat besi serta mengatasi penyebabnya. Langkah pertama adalah pemberian suplemen zat besi, seperti ferrous sulfate, ferrous fumarate, atau ferrous gluconate.

Suplemen ini sebaiknya diminum saat perut kosong agar penyerapannya lebih optimal, walaupun kadang dapat menimbulkan keluhan seperti mual atau sembelit ringan.

Bila tubuh tidak mampu menyerap zat besi dengan baik atau anemia sudah tergolong berat, dokter dapat memberikan zat besi melalui infus. Cara ini dikenal dengan terapi zat besi intravena, yang bekerja lebih cepat dalam meningkatkan kadar hemoglobin dan cadangan zat besi tubuh.

Selain pemberian suplemen, perbaikan pola makan memiliki peran penting dalam pemulihan. Mengonsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, hati, ikan, sayuran hijau, serta kacang-kacangan, dapat membantu memperbaiki kadar hemoglobin. Vitamin C, seperti yang terdapat dalam jeruk dan tomat, membantu penyerapan zat besi di saluran cerna.

BACA JUGA:  "KERABAT" Edisi 1 Kupas tentang Kehamilan yang Sehat

Sebaliknya, teh, kopi, dan susu sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan makanan kaya zat besi atau suplemen karena dapat menghambat penyerapannya. Langkah berikutnya adalah mengatasi penyebab utama anemia. Bila anemia disebabkan oleh perdarahan, maka sumber perdarahan perlu dicari dan diobati, misalnya tukak lambung yang diatasi dengan pengobatan khusus atau menstruasi berlebihan yang ditangani secara medis.

Bisakah Anemia Defisiensi Besi Dicegah?

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan memperhatikan pola makan seimbang yang mengandung cukup zat besi. Mengonsumsi makanan bergizi setiap hari lebih baik daripada hanya mengandalkan suplemen.

Pada ibu hamil, suplementasi zat besi rutin direkomendasikan oleh WHO karena kebutuhan meningkat selama kehamilan. Pemeriksaan darah secara berkala juga penting, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti remaja perempuan, ibu hamil, dan lansia.

Selain itu, masyarakat perlu lebih peka terhadap gejala anemia. Rasa lelah yang tidak biasa, pusing, dan wajah pucat bukan hal sepele. Pemeriksaan sederhana di fasilitas kesehatan dapat membantu mendeteksi anemia lebih awal, sehingga pengobatan dapat diberikan sebelum terjadi komplikasi.

Penulis: dr. Ni Putu Yusica Maylasari, S.Ked

BERITA TERKINI

TERPOPULER

Scroll to Top