AMLAPURA – fajarbali.com | Sejak beberapa bulan terakhr ini, aktivitas Gunung Api Agung mulai mengalami penurunan. Selain kegempaan dalam perut Gunung, hembusan, tekonik lokal, tektonik jauh, vulkanik, dan tremor jumlahnya alami penurunan dibandingkaan tahun 2018 hingga 2019. Meski mengalami penurunan, PVMBG masih melakukan evaluasi bersama steakholder terkait.
Kepala Sub – Bidang Mitigasi dan Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur, PVMBG, Devy Kamil Syahbana, mengakui, sejak beberapa bulan terakhir memang aktivitas gunung api agung menurun jika dibandingan tahun 2018-2019 lalu. Akan tetapi, untuk memutuskan penurunan status masih harus menunggu evaluasi bersama. “Aktivitas kegempaan dalam sehari terkadang nihil, bahkan tidak terdeteksi adanya kegempaan didalam,” ujarnya.
Dikatakanya, masa kritis magma dalam gunung agung terekam terjadi pada tahun 2017 lalu dimana saat itu magma dalam Guunung Agung bisa capai 40 juta meter kubik. Tetapi saat ini, magma di dalam Gunung Agung relatif kecil dibawah 500 ribu meter kibik, sekitar 100 – 200 ribu meter kubik. Namun hal itu hanya bersifat fluktuatif, dan sewaktu-waktu bisa berubah. “Untuk lava sekitar kawah Gunung msih tetap sekitar 26 juta meter kubik. Belum ada penambahan signifikaan. Aktivitas kegempaan dalam gunung mengalami penurunan sehingga petugas PVMBG masih mengamati dan melakukan evaluasi terkait aktivitas disekitar Gunung Agung,” ujarnya lagi.
Meski terjadi penurunan aktivitas, katanya, Potensi ancaman erupsi masih tetap ada, tapi jarak dampaknya lebih dekat. Disampaikan, PVMBG masih melakukan evaluasi dengan steakholder terkait untuk memetakan ancaman bahaya saat ini yakni dampak radius sekitar 4 kilometer dari puncak gunung. “Status Gunung Agung masih tetap level III (Siaga) dengan dampak radius sekitar 4 kilometer dari puncak Gunung Agung. Rekomendasi masih tetap, baik wisatawan, berserta pengunjung agar tetap mengikuti rekomendasi yang ditentukn oleh PVMBG agar jangan ada aktivitas diatas radius 4 kilometer dari puncak gunung agung mengingat potensi erupsi masih tetp ada,” ujarnya.
Pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat yang bermukim dan beraktivitas disekitae aliran sungai agar waspada ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan saat terjadi hujan deras. (bud).