Tak Kenal Maka Tak Sayang, Masyarakat Umum Diundang untuk Mengetahui Ajaran Bhaerawa

IMG-20250825-WA0006
Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi,  menunjukkan buku keduanya "Bhaerawa Jnana" yang bakal dibedah Sabtu 30 Agustus 2025 mendatang. 

SEMARAPURA-fajarbali.com | Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat, khususnya penganut Hindu Bali masih memandang negatif ajaran Bhaerawa.

Salah satu indikator termudah yakni menyimak komentar-komentar pengguna media sosial tentang konten yang menyangkut Bhaerawa.

Praktisi ajaran Bhaerawa Ida Pandita Dukuh Celagi, ketika diminta konfirmasi, hanya tersenyum sembari menilai bahwa umat yang memandang negatif itu hanya belum paham esensi dari Bhaerawa.

Sebagai upaya memberikan pemahaman yang lebih jernih tentang ajaran Bhaerawa, Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirthi, pun mengundang masyarakat umum untuk hadir di Pasraman Sri Taman Ksetra, Desa Pikat, Klungkung, pada Sabtu (30/8/2025) mulai Pukul 14.00 Wita.

Peserta akan diajak membedah ajaran Bhaerawa lewat buku Bhaerawa Jnana. Ini merupakan karya kedua Ida Pandita Dukuh Celagi, bekerja sama dengan dr. Wayan Mustika.

Buku ini juga menyambung ini karya pertamanya, Bhaerawa adalah Jalanku, yang disebut mendapat sambutan positif dan diminati banyak kalangan.
Sebagai seorang praktisi Bhaerawa, Ida Dukuh Celagi sangat memahami esensi ajaran serta teknik meditasinya.

Dalam buku keduanya ini dikupas secara mendalam tentang makna serta simbol-simbol yang digunakan para sadaka (penganut) Bhaerawa pada masa lampau.

“Di zaman sekarang, ada pergeseran dalam penggunaan sarana yang sering dianggap terlalu ekstrem. Padahal, simbol-simbol itu bisa digantikan dengan bentuk yang lebih sederhana namun tetap bermakna. Misalnya, tulang diganti dengan kayu yang sudah terbakar, atau tengkorak diganti dengan kelapa maupun kerang yang disucikan,” jelasnya, di Desa Pikat, Dawan, Klungkung, Minggu (24/8/2025).

Bhaerawa Jnana, lanjut Ida Pandita Dukuh Celagi, menegaskan bahwa inti dari ajaran Bhaerawa adalah konsep pembebasan. Konsep ini menekankan pada kemampuan seorang sadaka untuk melepaskan tiga ikatan utama, yaitu ilusi, ego, dan ketakutan.

BACA JUGA:  Mengenal Lebih Dekat Darwin Bali Community 

“Ketika seseorang mampu membunuh ilusi, ego, dan ketakutan, maka ia akan berjalan bebas tanpa ikatan. Artinya tanpa rasa takut, tanpa keterikatan pada ilusi, dan tanpa terbelenggu ego,” ungkap Ida Pandita Dukuh Celagi.

Sayangnya, pemahaman masyarakat umum selama ini kerap melenceng. Ajaran Bhaerawa sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif, bahkan dianggap sesat.

Pandangan tersebut, menurut Ida Dukuh, muncul akibat proses panjang “pembunuhan karakter” terhadap ajaran ini. “Dulu, ajaran Bhaerawa sering dicap buruk, akhirnya orang takut mendalami, bahkan meninggalkannya,” tambahnya.

Hal menarik lainnya, menurut Ida Dukuh Celagi, ajaran Bhaerawa bukanlah sebuah agama, melainkan jalan atau filsafat yang bisa diikuti siapa saja. Karena itu, pengikut ajaran ini tidak hanya berasal dari Hindu.

“Bhaerawa adalah ajaran, bukan agama. Siapapun boleh mengikuti. Namun, kalau karma seseorang tidak terkait dengan ajaran ini, mungkin ia tidak akan pernah bertemu dengan Bhaerawa,” tuturnya.

Ida Pandita Dukuh Celagi menambahkan, meski jarang dipahami, Bhaerawa sejatinya memiliki nilai universal yang sejalan dengan ajaran besar dalam Hindu, seperti Panca Sradha yang mengajarkan tentang moksa atau pembebasan.

Pada kesempatan yang sama, ketua panitia acara, Jro Mangku Wisnu Arta, menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah memberi sudut pandang berbeda kepada masyarakat.

“Selama ini ajaran Bhaerawa selalu dipandang negatif. Padahal sejatinya, Bhaerawa adalah jalan untuk membebaskan diri. Lewat buku ini, masyarakat bisa mendapatkan gambaran yang lebih jernih,” ungkap Mangku Wisnu.

Acara tersebut juga akan menghadirkan sejumlah sulinggih yang akan memberikan tanggapan dan pandangannya terkait ajaran Bhaerawa, sehingga diharapkan mampu membuka dialog yang sehat dan bermanfaat.

Buku Bhaerawa Jnana nantinya dapat diperoleh melalui Rumah Semesta yang menjadi mitra distribusi. “Kami ingin buku ini bisa diakses lebih luas, sehingga masyarakat tidak hanya mendengar stigma negatif, tapi bisa memahami langsung dari sumbernya,” tambah dia.

BACA JUGA:  Pegiat Teater April Artison Luncurkan Buku Puisi 'Renjana'

“Banyak yang hanya mendengar cerita buruk, lalu ikut-ikutan menjelekkan, tanpa pernah tahu apa yang sesungguhnya diajarkan. Melalui Bhaerawa Jnana, saya ingin membuka tabir itu. Semuanya dijelaskan dengan gamblang agar masyarakat bisa menilai dengan pikiran terbuka,” ujarnya.

Ia menegaskan, ajaran Bhaerawa sama sekali tidak merubah kepercayaan atau yang dianut oleh pengikutnya. Malah, kehadiran Bhaerawa lebih memantapkan kualitas spritual masing-masing orang.

Dengan terbitnya buku ini, diharapkan ajaran Bhaerawa tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang gelap atau menakutkan, melainkan sebagai jalan spiritual yang menekankan pembebasan diri dari ilusi, ego, dan ketakutan.

Namun demikian, ia mewanti-wanti mengatakan bahwa pihaknya tidak bermaksud menjual buku. Apalagi meraup keuntungan dari sana. Soal buku, murni diserahkan ke penerbit.

"Jadi di sini biar enggak ada kesan kami jualan buku. Kalau pun ada yang minat (membeli) langsung ke pihak penerbit. Nanti pas bedah buku mereka hadir juga," pungkasnya. Bedah buku akan menghadirkan, pengamat budaya, I Wayan Westa. 

 

Scroll to Top