Keluarga Berisiko Stunting Dibuatkan Rumah, Menteri Wihaji Bongkar Bangunan Lama

IMG-20250709-WA0005
Penuruman asbes secara langsung oleh Menteri Wihaji terjadi pada salah satu rumah keluarga berisiko stunting (KRS) yang mendapatkan bantuan bedah rumah di Desa Panunggangan, Kecamatan Pinang, Tangerang.

Loading

DENPASAR-fajarbali.com | Peluncuran Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN bersama BNI di Kota Tangerang, Banten, diawali peletakan batu bata, semen dan penurunan asbes tidak layak oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, Selasa (8/7/2025).

Penuruman asbes secara langsung oleh Menteri Wihaji terjadi pada salah satu rumah keluarga berisiko stunting (KRS) yang mendapatkan bantuan bedah rumah di Desa Panunggangan, Kecamatan Pinang.

Menteri Wihaji menggunakan alat keselamatan kerja atau Alat Pelindung Diri (APD) lengkap saat melakukannya. Ia juga mengecek keadaan sanitasi dan air bersih pada rumah Lindar dan Siti Masitoh yang memiliki empat orang anak.

Lindar bekerja sehari-hari sebagai officeboy dan anak terakhirnya masih berusia tiga bulan.

“Saya cek, airnya bagus, air bersihnya bagus. Kemudian mungkin sanitasinya kelihatan tadi gandeng. Bersampingan dengan kamar tidur. Itu punya risiko yang menurut para dokter punya potensi untuk risiko stunting. Karena itu kita perbaiki melalui orang tua asuh (GENTING),” kata Wihaji dalam keterangan yang diterima di Denpasar.

Kolaborasi dalam Program GENTING

Di sela-sela kunjungan dinas, Menteri Wihaji menegaskan pentingnya gerakan gotong royong sebagai gerakan moral dan sosial dalam rangka percepatan penurunan stunting dan melindungi masa depan bangsa.

Sebagai salah satu upaya percepatan penurunan stunting, pemerintah melakukan kolaborasi dengan stakeholder terkait, dalam hal ini pemerintah daerah dan PT. Bank Negara Indonesia (BNI), melalui menghadirkan program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting.

Gerakan ini tidak hanya terkait bantuan makanan, tetapi juga mencakup intervensi gizi, edukasi parenting, pendampingan psikososial, hingga perbaikan lingkungan tempat tinggal yang layak. “Semua dari BNI langsung ke penerima manfaat, tidak melalui kementerian lagi,” tegas Menteri Wihaji.

BACA JUGA:  BPOM Sidak ke Jembrana, persoalkan ijin edar Pengembang Kue

Pemimpin wilayah 10 PT. BNI Tbk, Anak Agung Agustiya Novitayanti, juga ikut ke lokasi bedah rumah.

“BNI berkomitmen untuk memberikan bantuan nutrisi dan bahan makanan bergizi kepada 200 anak stunting serta program non gizi berupa perbaikan rumah tidak layak huni serta perbaikan jamban,” ujarnya ketika memberikan sambutan di Kantor Kecamatan Pinang.

Keputusan BNI untuk berkolaborasi menurunkan angka stunting tidak lepas dari misi ke-5 BNI, yakni meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.

Upaya ini juga dilakukan untuk mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs) ke-2: penghapusan kelaparan dan peningkatan gizi serta SDGS ke-3: kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan, tambahnya.

Kota Tangerang pun terus menunjukkan keseriusannya dalam menekan angka stunting melalui berbagai program terobosan.

Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Tangerang Drs. Sachruddin menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Tangerang telah menjalankan berbagai intervensi dan sinergi lintas sektor seperti program Satu Telur Satu Minggu (Sate Sami) dari seluruh pegawai pemerintah untuk balita berisiko stunting, pemberian makanan tambahan untuk ribuan balita dan ibu hamil, serta penguatan lebih dari 1.000 posyandu di 13 kecamatan.

“Selain pendekatan gizi dan kesehatan, Pemerintah Kota Tangerang juga telah menempuh langkah holistik dengan memperbaiki rumah tidak layak huni. Hingga pertengahan tahun 2025, sebanyak 8.656 unit rumah telah diperbaiki, dan ditargetkan 1.000 unit lagi akan rampung di tahun ini,” ucap Sachruddin.

Sebagai bentuk apresiasi, Kota Tangerang dipercaya menjadi tuan rumah puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tahun ini. Pemkot menyambut penunjukan ini dengan komitmen untuk terus menghadirkan kebijakan yang berpihak pada keluarga.

“Mari, kita wujudkan keluarga berkualitas untuk Indonesia yang lebih tangguh, unggul, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045,” tutup Sachruddin.

BACA JUGA:  Kesehatan Telinga Sering Diabaikan, Fakultas Kedokteran Unmas Denpasar Beri Penyuluhan

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional telah turun menjadi 19,8%. Sementara Kota Tangerang telah mencatat capaian yang membanggakan yakni 11,2%. Artinya, prevalensi stunting di Kota Tangerang lebih rendah dari rata-rata Provinsi Banten (21,1%).

Bahkan, angka ini telah melampaui target nasional 2029 yakni 14%. Hal ini menjadi bukti bahwa kepemimpinan lokal dan kolaborasi lintas sektor berhasil membawa wujud penurunan stunting secara nyata.

Hingga saat ini, dari 72.182.781 keluarga di Indonesia, terdapat sekitar 8,6 juta Keluarga Berisiko Stunting (KRS). Demi menurunkan angka stunting itu, pemerintah lewat Kemendukbangga/BKKBN melakukan intervensi dengan meminimalisir penyebab KRS.

Scroll to Top