BANGLI-fajarbali.com | Jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bangli acap kali dihancurkan oleh bencana longsor yang melanda. Selain itu bencana membuat pegawai PDAM menguras energi dalam konteks perbaikan, karena medan tempat jaringan berada di lokasi yang terjal.
Karena itu PDAM Bangli melakukan upaya niskala, selain usaha secara skala. PDAM Bangli, Senin (7/5) melaksanakan ritual Mapekelem, di Tukad Cingang, Kayubihi, Bangli, di lokasi yang kena longsor amat dahsyat beberapa bulan lalu. Bahkan upacara Mapekelem dilakukan di tiga lokasi. Lokasi lainnya yakni di sumber air Gamongan, Kayubihi, Bangli dan di Pura Pucak, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku.
Sedangkan pakelem yang dilaksanakan Senin (7/5/2018) dipuput oleh Jero Mangku Kayuselem, asal Kayubihi, dengan dihadiri oleh karyawan/karyawati PDAM.
Adapun ritual mapekelem dilaksanakan untuk memohon keselamatan dan terhindar dari tanah longsor, sehingga karyawan PDAM bisa konsenterasi di pelayanan air bersih. Intinya, dengan ritual tersebut diharap musibah tidak terjadi lagi.
“Kami harapkan musibah tidak terjadi lagi, kalau terus terkena bencana, karyawan kami kuras keringat dalam penanggulangan tersebut, apalagi medan sangat terjal”, ujar Direktur PDAM Bangli, I Wayan Gede Yuliawan Askara, di sela-sela ritual tersebut, Senin (7/5).
Direktur PDAM asal Banjar Kawan Bangli ini, mengatakan musibah longsor yang terus-terusan menimpa jaringan transmisi PDAM Bangli menyebabkan kerugian yang tidak sedikit akibat kerusakan jaringan. Bahkan longsor di Tukad Cingang menyebabkan sekitar 2.200 pelanggan air bersih PDAM tidak mendapatkan air. PDAM pun harus mengambil langkah menggunakan truk tanki untuk pelayanan air bersih untuk menghindari complain konsumen. Dia mengakui kalau bencana acapkali mengancam jaringan air bersih.
Banyak jaringan air bersih berada di medan-medan menyulitkan, karena itu pihaknya kini hanya bisa memohon melalui ritual pakelem. Ditambahkan, melalui upacara pakelem, keharmonisan dengan alam tetap terjaga,sesuai konsep Tri Hita Karana.
Sementara itu, untuk tetap menjaga sumber air, pihaknya juga rutin melaksanakan reboisasi di sekitar sumber mata air. Upacara mendak toya juga rutin dilaksanakan setiap tahun. ‘’Kami juga berharap masyarakat agar membuat biopori, untuk meningkatkan penyerapan air hujan. Air hujan kurang terserap dengan model bangunan sekarang banyak beton, lihat ini”ujarnya menunjuk beton-beton disampingnya.(sum)