GIANYAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Bupati Mahayastra didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny. Surya Adnyani Mahayastra melihat proses pembuatan ukiran relief di Pura Beji Dalem Jantur Desa Mas Ubud, Senin (17/5/2021) pagi.
Sebanyak 14 orang pemahat yang merupakan pemahat dari Desa Mas bahu-membahu membuat ukiran relief tersebut. Bupati Mahayastra juga sempat menorehkan pahatan pada relief tersebut.
Perbekel Desa Mas, Wayan Gede Darma Yuda, awal dari pembuatan ukiran relief merujuk pada arahan Bupati Gianyar untuk menata taman desa dengan dana yang diberikan sebesar 200 juta. Dengan dana yang lumayan banyak dan melihat potensi dari beberapa pura yang ada di Desa Mas, sangat cocok dibuatkan ukiran relief.
“Pura Beji Dalem Jantur dipilih karena struktur batu yang ada di tebing menuju pura ini sangat cocok diisi ukiran berupa relief,” ucap Darma Yuda.
Baca Juga :
Rentetan Hari Raya Keagamaan dan Pandemi Pengaruhi Ketersediaan Darah
Pemkab Gianyar Berdayakan Kuliner Lokal Desa, Sebanyak 14 Desa Mendapat Pembinaan Kuliner Khas Desa
Lebih lanjut Darma Yuda mengungkapkan, bahwa ukiran relief ini terinspirasi dari ukiran yang berada di Pura Yeh Pulu dan Pura Goa Gajah. Selain menjadi kebanggaan Desa Mas mudah-mudahan relief ini nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri untuk menggugah minat wisatawan berkunjung, tentunya setelah pandemi berakhir.
“Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak Bupati Gianyar yang turun langsung melihat pembuatan ukiran relief ini, membuat masyarakat yang ikut berpartisipasi sangat merasa dihargai oleh pemimpinnya,” jelas Darma Yuda.
Tokoh Masyarakat Banjar Tegal Bingin, I Made Darma menambahkan terkait dengan ukiran relief ini menceritakan perjalanan Maharsi Agastya dimana perjalanan tersebut, merupakan cikal bakal nama dari Desa Mas.
Diceritakan Maharsi Agastya dan istrinya melaksanakan perjalanan, pada saat itu istri beliau sedang mengandung, di tengah perjalanan bayi yang dikandung lahir diberi nama Sang Brahmana Rare Sakti. Kelahiran bayi tersebut sangat mengejutkan karena menggunakan pakaian lengkap dengan mengenakan genitri dan menggenggam bajra.
Kemudian beliau melanjutkan perjalanan dan tiba di dataran yang cukup tinggi dimana dataran tersebut banyak terdapat ilalang. Pada saat itu kebetulan anak beliau terus menangis tanpa henti, dan ditancapkan tongkat beliau ke tanah karena merasa sedih melihat anaknya menangis.
Alhasil tongkat yang beliau tancapkan tumbuh cabang dan berdaun. Pohon tersebut diberi nama Taru Ungu dan bunga dari pohon tersebut bersari emas.
“Dengan pahatan yang menceritakan asal muasal terbentuknya Desa Mas, ke depannya membuat masyarakat ataupun anak muda yang melihat akan memahami terbentuknya dari desa mereka sendiri,” pungkas Made Darma. (sar)
Sebanyak 14 orang pemahat yang merupakan pemahat dari Desa Mas bahu-membahu membuat ukiran relief tersebut. Bupati Mahayastra juga sempat menorehkan pahatan pada relief tersebut.
Perbekel Desa Mas, Wayan Gede Darma Yuda, awal dari pembuatan ukiran relief merujuk pada arahan Bupati Gianyar untuk menata taman desa dengan dana yang diberikan sebesar 200 juta. Dengan dana yang lumayan banyak dan melihat potensi dari beberapa pura yang ada di Desa Mas, sangat cocok dibuatkan ukiran relief.
“Pura Beji Dalem Jantur dipilih karena struktur batu yang ada di tebing menuju pura ini sangat cocok diisi ukiran berupa relief,” ucap Darma Yuda.
Baca Juga :
Rentetan Hari Raya Keagamaan dan Pandemi Pengaruhi Ketersediaan Darah
Pemkab Gianyar Berdayakan Kuliner Lokal Desa, Sebanyak 14 Desa Mendapat Pembinaan Kuliner Khas Desa
Lebih lanjut Darma Yuda mengungkapkan, bahwa ukiran relief ini terinspirasi dari ukiran yang berada di Pura Yeh Pulu dan Pura Goa Gajah. Selain menjadi kebanggaan Desa Mas mudah-mudahan relief ini nantinya akan menjadi daya tarik tersendiri untuk menggugah minat wisatawan berkunjung, tentunya setelah pandemi berakhir.
“Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak Bupati Gianyar yang turun langsung melihat pembuatan ukiran relief ini, membuat masyarakat yang ikut berpartisipasi sangat merasa dihargai oleh pemimpinnya,” jelas Darma Yuda.
Tokoh Masyarakat Banjar Tegal Bingin, I Made Darma menambahkan terkait dengan ukiran relief ini menceritakan perjalanan Maharsi Agastya dimana perjalanan tersebut, merupakan cikal bakal nama dari Desa Mas.
Diceritakan Maharsi Agastya dan istrinya melaksanakan perjalanan, pada saat itu istri beliau sedang mengandung, di tengah perjalanan bayi yang dikandung lahir diberi nama Sang Brahmana Rare Sakti. Kelahiran bayi tersebut sangat mengejutkan karena menggunakan pakaian lengkap dengan mengenakan genitri dan menggenggam bajra.
Kemudian beliau melanjutkan perjalanan dan tiba di dataran yang cukup tinggi dimana dataran tersebut banyak terdapat ilalang. Pada saat itu kebetulan anak beliau terus menangis tanpa henti, dan ditancapkan tongkat beliau ke tanah karena merasa sedih melihat anaknya menangis.
Alhasil tongkat yang beliau tancapkan tumbuh cabang dan berdaun. Pohon tersebut diberi nama Taru Ungu dan bunga dari pohon tersebut bersari emas.
“Dengan pahatan yang menceritakan asal muasal terbentuknya Desa Mas, ke depannya membuat masyarakat ataupun anak muda yang melihat akan memahami terbentuknya dari desa mereka sendiri,” pungkas Made Darma. (sar)