AMLAPURA-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Dampak refocusing anggaran yang diperuntukan untuk penanganan Covid-19 berimbas pada kegiatan di sejumlah OPD. Salah satunya, di Dinas Kebudayaan (Disbud) Karangasem kegiatan yang setiap tahun digelar rekontruksi kesenian yang hampir punah pun harus ditunda alias tidak bisa dilaksanakan. Padahal setiap tahunya, Disbud Karangasem rutin melakukan rekontruksi kesenian khas Karangasem yang nyaris punah.
Kepala Dinas Kebudayaan Karangasem, Putu Arnawa, Minggu (16/5/2021) kemarin, menyampaikan, program rekonstruksi maupun pencatatan ritus kebudayaan juga mengacu pada UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Disampaikanya, untuk melakukan rekontruksi kesenian yang hampir punah ini, pihaknya membutuhkan anggaran puluhan juta rupiah.
“Kegiatan tahunan ini untuk saat ini terhalang oleh minusnya anggaran akibat refocusing untuk penanganan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Baca Juga :
Pengurus RUGBY Karangasem Terbentuk, Siapkan Atlet Untuk Event Di Tabanan
Tata Kota Bangli, Bupati Sedana Arta Targetkan Lima Pembangunan Fisik Tuntas Tahun Ini
Putu Arnawa mengatakan, untuk melakukan rekontruksi sebuah kesenian yang nyaris punah itu, didahului dengan melakukan kajian-kajian akademis. Setelah itu pihaknya juga harus menggali sumber-sumber data maupun saksi hidup pelaku seninya, serta bukti pendukung lainnya. Disbud Karangasem mendata, jenis kebudayaan yang paling banyak punah atau hampir punah adalah kesenian, baik tari hingga musik tradisional.
“Pencatatan terhadap kesenian maupun ritus budaya lainnya dilakukan berkala. Pendataan berupa jumlah kesenian hampir punah maupun sudah punah, serta beberapa kebudayaan yang masih eksis” ujarnya lagi.
Berbeda halnya dengan ritus budaya,kata Putu Arnawa, masih bisa bertahan karena ada unsur sosioteologi di dalamnya. Sementara beberapa kesenian masih eksis karena berkaitan dengan prosesi upacara keagamaan. Sebelumnya, kata Putu Arnawa,Disbud Karangasem telah melakukan rekontruksi sejumlah kesenian seperti rekonstruksi gambuh, rejang lilit di Desa Adat Purwayu, beberapa wayang wong maupun lainya.
“Ada beberapa kesenian yang berkaitan dengan upacara masih bisa bertahan, sepanjang upacara tersebut masih berlangsung, kesenian tersebut tidak punah,” ujarnya lagi.
Disampaikan Putu Arnawa, pihaknya telah mendata sejumlah kesenian yang nyaris punah, seperti tari klasik seperti gambuh, arja, wayang wong, dan beberapa jenis baris. Kesenian itu nyaris punah karena memang tidak ada regenerasi dari penari sebelumnya.
“Untuk tahun ini tidak bisa kita laksanakan karena anggaran di refocusing ke penanganan Covid-19,” ujarnya lagi. (bud)
Kepala Dinas Kebudayaan Karangasem, Putu Arnawa, Minggu (16/5/2021) kemarin, menyampaikan, program rekonstruksi maupun pencatatan ritus kebudayaan juga mengacu pada UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Disampaikanya, untuk melakukan rekontruksi kesenian yang hampir punah ini, pihaknya membutuhkan anggaran puluhan juta rupiah.
“Kegiatan tahunan ini untuk saat ini terhalang oleh minusnya anggaran akibat refocusing untuk penanganan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Baca Juga :
Pengurus RUGBY Karangasem Terbentuk, Siapkan Atlet Untuk Event Di Tabanan
Tata Kota Bangli, Bupati Sedana Arta Targetkan Lima Pembangunan Fisik Tuntas Tahun Ini
Putu Arnawa mengatakan, untuk melakukan rekontruksi sebuah kesenian yang nyaris punah itu, didahului dengan melakukan kajian-kajian akademis. Setelah itu pihaknya juga harus menggali sumber-sumber data maupun saksi hidup pelaku seninya, serta bukti pendukung lainnya. Disbud Karangasem mendata, jenis kebudayaan yang paling banyak punah atau hampir punah adalah kesenian, baik tari hingga musik tradisional.
“Pencatatan terhadap kesenian maupun ritus budaya lainnya dilakukan berkala. Pendataan berupa jumlah kesenian hampir punah maupun sudah punah, serta beberapa kebudayaan yang masih eksis” ujarnya lagi.
Berbeda halnya dengan ritus budaya,kata Putu Arnawa, masih bisa bertahan karena ada unsur sosioteologi di dalamnya. Sementara beberapa kesenian masih eksis karena berkaitan dengan prosesi upacara keagamaan. Sebelumnya, kata Putu Arnawa,Disbud Karangasem telah melakukan rekontruksi sejumlah kesenian seperti rekonstruksi gambuh, rejang lilit di Desa Adat Purwayu, beberapa wayang wong maupun lainya.
“Ada beberapa kesenian yang berkaitan dengan upacara masih bisa bertahan, sepanjang upacara tersebut masih berlangsung, kesenian tersebut tidak punah,” ujarnya lagi.
Disampaikan Putu Arnawa, pihaknya telah mendata sejumlah kesenian yang nyaris punah, seperti tari klasik seperti gambuh, arja, wayang wong, dan beberapa jenis baris. Kesenian itu nyaris punah karena memang tidak ada regenerasi dari penari sebelumnya.
“Untuk tahun ini tidak bisa kita laksanakan karena anggaran di refocusing ke penanganan Covid-19,” ujarnya lagi. (bud)