"Pada tahap awal, sindrom metabolik biasanya tidak memiliki gejala langsung. Namun demikian, tim medis bisa mendiagnosis sindrom metabolik dengan mengukur tekanan darah dan lingkar pinggang dan meminta tes darah sederhana untuk mengetahui kadar kolesterol dan gula darah.Karena jika seorang mengalami sindrom ini, maka akan memiliki tekanan darah dan tekanan kolesterol yang tinggi, baik itu kolesterol jahat maupun kolesterol baik," ungkapnya, Minggu (5/9).
Lebih lanjut dr Rio menuturkan, bahwa penyebab utama seseorang bisa menderita sindrom metabolik ini adalah obesitas sentral atau terjadi penumpukan lemak di perut. Sebagai aturan umum, jika lingkar pinggang di atas 90 cm atau lebih (laki-laki) atau 80 cm atau lebih (perempuan).
Baca Juga :
KM Bali Permai 169 Hilang Kontak Sejak Sebulan Lalu, Angkut 19 ABK
Polemik Pengangkatan Kelian Desa Adat, Warga Liligundi Mengadu Ke Dewan
Maka perlu dilakukan pemeriksaan karena lemak tubuh meningkatkan kolesterol dan trigliserida (salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah) yang merusak sekresi insulin, meningkatkan kadar glukosa darah dan risiko diabetes.
"Selain itu, kelebihan jaringan lemak di perut juga memicu inflamasi sitokin yang meningkatkan resistensi insulin dalam otot-otot rangka. Nah, seorang yang bekerja dari rumah atau WFH sebagian besar menjadi kelompok yang rentan mengalami obesitas hingga mengalami syndrome metabolik. Karena pelaku WFH umumnya kurang melakukan aktivitas fisik dan memiliki beban stress yang tinggi," ucapnya.
Untuk mencegah sindrom metabolik menjadi lebih parah, dr Rio memberikan beberap solusi, mulai dari perubahan gaya hidup, hingga pengaturan pola makan dan penyeimbangan aktivitas fisik. "Bagi kelompok WFH, bisa mulai dengan melakukan aktivitas fisik/olahraga selama 30 menit sehari dengan pilihan latihan yang ringan namun rutin, sehingga bisa membakar timbunan lemak," pungkasnya (car)