NEGARA – fajarbali.com | Selain pekerja harian yang terdampak ekonomi akibat mewabahnya virus Covid-19 atau Corona, ternyata juga berdampak pada usaha kecil. Salah satunya adalah usaha jual beli barang bekas. Meskipun bukan pengolahan barang bekas, tetapi pengiriman untuk penjualan ke luar Bali jadi tersendat. Bilapun dipaksakan dijual, harganya pun anjlok dan dipastikan merugikan. Tentu saja modalpun jadi tertanam, karena permodalan tidak berputar.
Nur Hariri salah seorang pelaku usaha pengepul barang bekas di Jembrana mengalami penurunan pendapatan , bahkan pengiriman tertunda sehingga usahanya tidak berjalan maksimal. Saat ditemui, di rumahnya di Lingkungan Ketugtug Kelurahan Loloan Timur, Nur Hariri , Selasa (7/4/2020) menyebutkan kondisi ini terjadi setelah mewabahnya virus Corona. Dampak ekonomi ini sangat terasa bagi usaha yang sedang dijalaninya. Pembelian barang bekas di bawah atau tangan pertama ke pengepul di Jawa, harganya tidak seimbang. “Bahkan untuk penjualan barang bekas jenis plastik tidak bisa dijual, hanya saja jenis besi atau logam serta kertas bisa dijual tapi harganya turun drastis,” ujarnya kemarin.
Dampak penurunan ekonomi, mau tidak mau harus dirasakan. Namun dia pun dilema, jika dijual harganya pun turun dan modal tidak bisa kembali. “Sekarang modal tertanam, sehingga tidak bisa berputar. Belum lagi tagihan ansuran bulanan,” keluhnya.
Menyikapi masalah ini, dia mengaku tetap akan menampung barang bekas sambil menunggu harga stabil. Dia mencontohkan jika beli barang jenis besi misalnya harganya 3200 rupiah perkilogram, sedangkan harga jualnya turun terkadang hanya 3000 rupiah perhari. Ditengah tengah kurang stabilnya ekonomi ini, demi untuk kebutuhan sehari-hari harus banting stir berjualan nasi jinggo dan itu pun untuk menutupi kebutuhan setiap hari.
Untuk melanjutkan usaha jual beli barang bekas, memohon bantuan permodalan kepada Pemprov Bali. Harapannya , usahanya bisa bangkit lagi dan stabil. (prm).