Pelatihan membuat menu sehat bagi peserta didik SMPN 9 Denpasar yang memiliki berat badan berlebihan.
DENPASAR-fajarbali.com | Penelitian menunjukkan angka kegemukan atau obesitas pada anak dan remaja sekolah di Provinsi Bali cukup tinggi, yakni antara 17,5 hingga 21,8 persen pada usia 12-17 tahun.
Jika fenomena ini dibiarkan, dikhawatirkan menghambat cita-cita Indonesia menuju generasi emas. Sebab, anak-anak obesitas berpotensi terserang berbagai jenis penyakit tidak menular.
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Denpasar, merespons hal itu dengan menggelar pengabdian masyarakat (pengabmas), menyasar peserta didik SMPN 9 Denpasar dengan tema “Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Tentang Jajanan Sehat melalui Cooking Class sebagai Upaya Pencegahan Obesitas pada Remaja Sekolah”.
Ditemui di sela pengabmas, Jumat (30/8/2024), Ketua Tim Pengabdi Dr. Ni Komang Wiardani, SST., M.Kes., mengatakan, kegiatan yang dilakukannya merupakan tindak lanjut implemnetasi hasil penelitian Pengembangan Model Integrasi Berbasis Sekolah di Provinsi Bali.
Wiardani mengungkapkan, risiko obesitas pada remaja sekolah dilatarbelakangi oleh pola kebiasaan makanan yang kurang memenuhi gizi seimbang.
Remaja [anak-anak usia sekolah] cenderung mengonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak dan karbohidrat tetapi miskin serat, vitamin dan mineral, gemar mengonsumsi makanan dan minuman manis, fast food dengan frekuensi cukup sering.
Di samping aktivitas fisik pada remaja masih tergolong rendah yang lebih banyak disebabkan karena pemakaian gadget dalam waktu lebih dari tiga jam perhari.
“Untuk itulah melalui sekolah maka perlu dilakukan upaya yang terintegrasi untuk mencegah dan mengatasi obesitas pada anak dan remaja melalui edukasi gizi dan perbaikan perilaku makan sehat dan peningkatakan aktivitas fisik,” jelas Wiardani, didampingi angota pengabdi IGA. Ari Widarti , DCN. M. Kes., Made Diah Anggreni, Ni Luh Putu Yudhani Angelina Putri, Gusti Ayu Kadek Pramutia Dwi Iswari, Safni Fayza Azzura dan Ni Putu Diva Ardyan Mas Cahyani.
Ia melanjutkan, kebiasaan makan sehat pada remaja dapat diterapkan dalam bentuk konsumsi gizi seimbang yang dilakukan dalam bentuk makan bersama di sekolah setiap minggu sehingga mengurangi jajanan yang kurang sehat dan juga kelas memasak (cooking class).
Kelas memasak diikuti 45 peserta didik SMP N 9 Denpasar, baik yang mengalami kegemukan (obesitas) maupun status gizi normal yang berjumlah sekitar 45 orang.
Peserta diajarkan untuk mengenal berbagai jenis makanan dan snack melalui kelas memasak. Selain bertujuan untuk membantu siswa mengenal snack sehat di sekolah, latihan memasak ini juga bertujuan agar bisa diterapkan di rumah dan dalam kegiatan sehari-hari .
“Yang tidak kalah penting, cooking class juga membangun kebersamaan siswa untuk saling berbagi dan mengingatkan tentang bahaya obesitas pada remaja yang dapat mengarah pada penyakit tidak menular,” imbuhnya.
Kegiatan ini juga memberdayakan siswa sebagai duta sekolah yang berperan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada teman sebaya.
Melalui kelas memasak, diharapkan siswa lebih memahami pentingnya makanan dengan gizi seimbang dan snak sehat yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuha, sehingga bisa terhindar dari obesitas.
Program pemantauan status gizi dan berat badan para peserta didik di sekolah akan dilakukan rutin tiap bulan. Wiardani menegaskan, selama ini ada mindset yang keliru di masyarakat, bahwa gemuk identik dengan sehat dan kurus diidentikan dengan sakit.
“Pendapat yang keliru seperti itu harus diluruskan. Untuk mengetahui sehat atau tidaknya seseorang harus diuji dulu. Misalnya status gizinya,” kata Wiardani.
Kegiatan pengabmas tersebut mendapatkan dukungan penuh dari Kepala SMPN 9 Denpasar Dra. Ni Wayan Raiyani, M.Pd. Kepala sekolah yang dikenal inovatif ini, sangat terbuka terhadap semua pihak yang ingin bekerja sama asalkan dengan tujuan membawa kebaikan kepada sekolah, apalagi di bidang kesehatan yang menjadi prioritas bersama.
Pihaknya ingin kerja sama tersebut berlanjut, dengan tema-tema yang menarik lainnya.