DENPASAR-fajarbali.com | Mengusung misi mencerdaskan masyarakat dalam hal literasi keuangan, Universitas Warmadewa (Unwar) program Kuliah Kerja Nyata Literasi dan Inklusi Keuangan (KKN-LIK).
Pembukaan kegiatan yang berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali berlangsung di Kampus Unwar, Jumat (18/7/2025).
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unwar, Dr. Partiwi Dwi Astuti, SE., M.Si., Ak., CA., menjelaskan bahwa ini adalah kali pertama Unwar menyelenggarakan KKN-LIK dengan dukungan penuh dari OJK Provinsi Bali.
Dalam pelaksanaannya, sebanyak 106 mahasiswa dari berbagai program studi akan diterjunkan ke tujuh desa di lima kabupaten, yakni Bangli, Gianyar, Badung, Buleleng, dan Karangasem.
"Mahasiswa akan menjadi agen perubahan terkait literasi keuangan di desa-desa sasaran," kata Partiwi.
Menurut Partiwi, Program KKN-LIK ini tak sekadar rutinitas pengabdian mahasiswa di desa, tetapi memiliki misi strategis dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya literasi dan inklusi keuangan.
Mahasiswa peserta KKN akan berperan sebagai agen literasi untuk mencegah maraknya kasus kejahatan keuangan seperti pinjaman online ilegal, investasi bodong, hingga skimming.
“Mahasiswa tidak hanya tinggal di desa, tetapi akan menjalankan peran sebagai agen literasi dan inklusi keuangan. Ini penting karena hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia, termasuk Bali, masih tergolong rendah,” jelas Partiwi.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar pelaku usaha di pedesaan masih minim akses terhadap layanan keuangan, padahal mereka berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi lokal.
Karena itu, KKN-LIK diharapkan mampu membuka wawasan masyarakat desa terkait pengelolaan keuangan yang bijak, sekaligus memperkenalkan produk dan layanan keuangan formal yang aman.
Selama satu bulan pelaksanaan, mahasiswa akan tinggal di posko yang tersebar di desa sasaran dan menjalankan serangkaian program edukatif.
Kegiatan akan dilanjutkan dengan kunjungan pimpinan universitas, monitoring dan evaluasi lapangan, serta diakhiri dengan lomba video dokumentasi dan ujian KKN.
Pada kesempatan yang sama, Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, dalam sambutannya mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam hal literasi keuangan. Berdasarkan data, tingkat literasi keuangan nasional hanya sekitar 60%, sementara tingkat inklusi mencapai 80%.
“Ini artinya ada 20% pengguna jasa keuangan yang belum paham produk yang mereka gunakan. Ibaratnya, 60 orang belum bisa menyetir tapi sudah punya mobil. Itu bisa berbahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya,” jelasnya.
Karena itu, OJK menerapkan strategi bauran edukasi yang terdiri dari pendekatan online, offline, dan aliansi strategis. Program KKN-LIK ini merupakan bagian dari strategi aliansi dengan perguruan tinggi, yang dianggap efektif menjangkau masyarakat hingga ke tingkat desa.
“Dengan mengajak mahasiswa turun langsung, kami harap bukan hanya masyarakat desa yang tercerahkan, tetapi mahasiswa juga tumbuh kesadarannya akan tanggung jawab sosialnya sebagai insan akademik,” tambah Kristrianti.
Ia mengapresiasi Universitas Warmadewa yang untuk pertama kalinya bergabung dalam aliansi KKN-LIK bersama dua universitas negeri. “Ini start yang bagus. Kami di OJK akan terus mendampingi dan memantau program kerja mahasiswa selama satu bulan ke depan,” pungkasnya.
Program ini tidak hanya menjadi ajang pengabdian, tetapi juga langkah nyata membangun ketahanan masyarakat terhadap risiko keuangan. Dengan sinergi antara dunia akademik dan regulator keuangan, diharapkan terbentuk generasi muda yang peduli, tanggap, dan bertanggung jawab dalam mendukung ekosistem keuangan yang sehat dan inklusif.
Rektor Unwar, Prof. Dr. Ir. I Gde Suranaya Pandit, MP., menyambut antusias program ini. Menurutnya, ini merupakan kesempatan emas bagi mahasiswa, khususnya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, untuk terjun langsung ke masyarakat dalam bidang jasa keuangan.
“Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, termasuk di sektor jasa keuangan. Namun masih banyak masyarakat yang belum paham betul tentang layanan keuangan ini. Karena itu, mahasiswa diharapkan bisa menjadi jembatan pengetahuan agar masyarakat desa memahami manfaat dan risiko produk keuangan,” jelas Prof. Pandit.
Ia juga menegaskan bahwa keberadaan mahasiswa di desa akan memberikan kontribusi nyata dalam membangun kepercayaan terhadap sistem jasa keuangan nasional, serta mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis pemahaman finansial yang baik.