Unit Usaha Pariwisata Merugi, Paksebali Beralih, Fokus Kelola Usaha PA

SEMARAPURA-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Setahun lebih pandemi Covid-19 melanda, selama itu pula sektor pariwisata khususnya di Kabupaten Klungkung terpuruk. Salah satunya, Desa wisata Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung yang sempat terkenal dengan objek wisata Kali Undanya.

Unit usaha pariwisata yang sempat menjadi penyumbang tertinggi PAD Paksebali tersebut kini justru merugi. Bahkan salah satu unit usaha yakni berupa rumah makan sempat ditutup.

Perbekel Paksebali, Putu Ariadi mengungkap, sejak pandemi Covid-19 menyebar, kunjungan wisatawan ke objek wisata Kali Unda mulai menurun. Kemudian seiring memburuknya penyebaran corona, semakin sepi pula kunjungan wisatawan. Padahal sebelumnya, objek wisata tersebut selalu ramai dikunjungi, utamanya bagi pasangan yang hendak melakukan foto prewedding.

Baca Juga :
Andalkan Kucuran APBN, Tahun Ini Empat Ruas Jalan di Nusa Penida Tergarap
Covid-19 di Klungkung Melandai, Masih Temukan Pelanggar Prokes, Satgas Ingatkan Masyarakat Jangan Lengah


Lantaran jumlah wisatawan yang terus menyusut, pihak desapun akhirnya memutuskan untuk menutup unit usaha rumah makan yang terletak di objek wisata tersebut. Penutupan dilakukan sejak April 2020 hingga akhir 2020.

Menurut Ariadi, pengelola rumah makan tidak bisa menutupi biaya operasional yang mencapai Rp30 juta per bulan. Atas kondisi tersebut, unit usaha pariwisata yang sempat menjadi penyumbang PAD Paksebali sebesar Rp40 Juta di tahun 2019 justru merugi sebesar Rp40 Juta di tahun 2020. Tak hanya itu, di tahun 2018 lalu, keuntungan unit usaha pariwisata bahkan sempat mencapai Rp70 juta dan menjadi penyumbang tertinggi dalam PAD Paksebali.

"Karena sepinya kunjungan, membuat tidak ada pemasukan rumah makan. Sehingga hanya menimbulkan biaya operasional saja, dan menyebabkan kerugian," ujarnya.

Kini karena sektor pariwisata terpuruk, Ariadi mengatakan pihaknya sedang fokus mengelola unit usaha PAM (Perusahaan Air Minum). Tak seperti tahun-tahun sebelumnya (1984 – 2019) unit usaha PAM yang biasanya merugi, sejak pandemi Covid-19 ini justru bangkit. Saat ini unit PAM yang memiliki 712 pelanggan tersebut menjadi penyumbang PAD Paksebali tertinggi.

"Tahun 2019 unit usaha PAM ini sempat merugi sebesar Rp10 juta. Tapi tahun 2020 justru mencatatkan keuntungan sebesar Rp 41 juta," ungkapnya.

Menurut Ariadi hal ini disebabkan meningkatnya pemanfaatan air oleh masyarakat. Mengingat sejak pandemi Covid-19 banyak warga Desa Paksebali yang sebelumnya bekerja dan merantau di Denpasar dan Badung kembali ke kampung halamannya. Sehingga konsumsi air meningkat.

Melihat peluang tersebut, kini jajaran unit usaha PAM juga terus berupaya melakukan peningkatan pelayanan. Yakni dengan memperbaiki layanan pencatatan water meter dan juga penanganan kebocoran. (dia)