ACHJARRRR

Tuberkulosis Bisa Disembuhkan, Akademisi Minta Setop Stigma Negatif terhadap Penderita TBC

Pemerdayaan Kelompok Swabantu dan Keluarga dalam Pengelolaan TBC di Desa Tibubeneng dipusatkan di Puskesmas Kuta Utara, Minggu (7/7/2024).

MANGUPURA-fajarbali.com | Kasus tuberkulosis atau TBC masuk ke dalam daftar penyakit menular yang banyak terjadi di wilayah Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, berdasarkan hasil riset akademisi/dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes (Poltekkes) Denpasar.

Sejak tiga tahun belakangan, dosen Poltekkes Kemenkes Denpasar yang diketuai Dr. Ns. Komang Ayu Henny Achjar. SKM. M.Kep.Sp.Kom., beranggotakan Dr. Agus Sri Lestari. Skep. Ns.MErg., I Ketut Gama. SKM. Mkes., serta dibantu sejumlah mahasiswa keperawatan, secara rutin melakukan pengabdian guna mengendalikan TB bekerja sama dengan desa Tibubeneng dan Puskesmas Kuta Utara.

Seperti pada Minggu (7/7/2024), Pengabdian kepada Masyarakat (Pengabmas) kembali dilakukan dengan tema “Pemerdayaan Kelompok Swabantu dan Keluarga dalam Pengelolaan TBC di Desa Tibubeneng””

Pengabmas program pengembangan desa mitra (PPDM) kali ini menghadirkan kelompok swabantu TBC,  penderita TBC dan keluarga, yang diberikan penyuluhan kesehatan tentang TBC, demo cara batuk efektif, demo pembuangan sputum, pemeriksaan kesehatan serta pembagian makanan tambahan bagi penderita TBC dan keluarga.

Henny Achjar dan tim terus memotivasi penderita bahwa TBC dijamin sembuh, asalkan disiplin mengonsumsi obat dan taat terhadap aturan pegawai puskesmas. “Saat pandemi covid-19, sekitar 25 penderita TB kami dampingi melalui edukasi daring dan luring. Dan syukur semuanya sudah sembuh. Sudah lepas obat,” jelas Henny Achjar.

Dalam kasus yang mereka dampingi, rata-rata pasien rutin mengonsumsi obat selama enam bulan. Setelah itu kembali normal. Di sini sangat dibutuhkan dukungan sosial dari keluarga dan masyarakat dengan cara menyetop stigma negatif pada penderita.

Henny Achjar mengingatkan, bahwa TBC ditularkan melalui droplet”. Data WHO menyebut 1,5 juta nyawa melayang akibat TB tahun 2020. Meski nyawa yang bisa diselamatkan jauh lebih banyak dari itu. Uniknya, TB akhir-akhir ini terjadi pada kalangan masyarakat menengah ke atas.

“Kalau dulu kan dominan masyarakat ekonomi menengah ke bawah karena mereka kurang asupan makanan tinggi kalori tinggi protein dengan lingkungan rumah yang kurang higienes dan berisiko menularkan TBC,” jelasnya.

Kesuksesan timnya mengendalikan kasus TBC sebelumnya, menurut Henny Achjar, tidak terlepas dari semangat kelompok swabantu TBC (self help group)  yang dibentuk berdasarkan SK Kepala Puskesmas Kuta utara serta dukungankeluarga penderita. Pihaknya juga sempat memodifikasi kamar penderita TBC agar sirkulasi, pencahayaan lingkungan membantu risiko penularan.

Penderita TBC memerlukan kamar tidur khusus dengan sirkulasi udara dan cahaya matahari yang bagus. Demikian pula tempat meludah (pembuangan sputum) perlu diajarkan kepada keluarga TBC, selain penggunaan masker tetap dianjurkan, terutama saat batuk dan bersin, karena penularan dapat terjadi saat penderita TBC tidak menggunakaan masker.

Pada kesempatan yang sama,  Ketua kelompok Swabantu TBC, Endang Wahyu mengaku saat ini telah sembuh total dan lepas dari obat-obatan setelah sembilan bulan rutin mengikuti anjuran petugas rumah sakit dan dosen Poltekkes Denpasar. Berat badannya yang menurun hingga 13 kg, kini kembali seperti semula.

Saat menderita TBC, wanita yang berprofesi sebagai guru ini bahkan seperti mayat hidup. Hanya tulang ditutupi kulit. “Ternyata kalau kita semangat dan rajin minum obat bisa sembuh kembali. Awalnya saya ingin operasi asam urat, setelah dilakukan pemeriksaan, malah yang muncul TBC. Saya sempat kaget. Di sini lah pentingnya cek kesehatan rutin bagi siapa saja,” sarannya.

Ayu Tuti Suryaningsih, Staf Puskesmas Kuta Utara yang khusus menangani penyakit TBC, mengungkapkan bahwa di tahun 2024 pihaknya telah memeriksa lebih dari 400 pasien dengan gejala TBC. Dari jumlah itu, 35 orang positif menderita TBC, yang mana 18 di antaranya berupa temuan langsung, sisanya rujukan dari rumah sakit.

Kabar baiknya, dari tahun 2023 ke 2024, tingkat kesembuhan pasien mencapai 100 persen. Ini disebabkan karena pasien sangat disiplin mengikuti anjuran petugas. Tuti meminta bagi siapa saja yang merasa batuk seminggu beruntun disertai dahak, badan agak panas, sedkit sesak dan nafsu makan berkurang agar segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat.

Pelayanan dan obat-obatan pasien TBC dilakukan secara gratis bagi siapa saja, karena menurutnya, sesuai arahan Presiden di tahun 2030 Indonesia bebas TB. “Ini merupakan program nasional. Meski tida punya BPJS Kesehatan, pelayanan prima tetap kami berikan bagi pasien TBC. Jangan ragu, pasti sembuh,” kata Tuti sembari menyarankan agar masyarakat tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat meski pandemi telah berlalu. W-009

 

Scroll to Top