Tradisi Budaya Makepung Lampit, Ajang Berlumpur dan Menarik

makepung

Lomba Makepung Lampit berlangsung seru dan menarik, di Subak Tegal Wani Desa Kaliakah,Kecamatan Negara, Minggu (26/11/2023).  

NEGARA – sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Jika tradisi makepung pada umumnya dilaksanakan usai panen padi di sawah, namun berbeda dengan tradisi makepung lampit. Olahraga tradisional yang diperkirakan sudah muncul sejak lama, ternyata memiliki keunikan, seperti makepung pada umumnya atau disebut dengan makepung darat. Makepung Lampit dilakukan sebelum musim tanam padi atau berlaga di lahan basah persawahan.

 

Mekepung kini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik lokal maupun asing. Tradisi ini mengundang banyak warga. Bahkan setiap event makepung lampit, dapat mengundang wisatawan serta sejumlah juru foto atau fotografer. Makepung jenis ini, dilakukan di tengah persawahan yang berlumpur dan berair.   

 

Sebagai daya tarik pariwisata di Jembrana, Lomba Makepung Lampit kembali di gelar di akhir tahun 2023. Lomba Mekepung di lahan sawah berlumpur digelar di Subak Tegal Wani Desa Kaliakah Kecamatan Negara, Minggu, (26/11/2023).  Bentuk pelestarian budaya Makepung yang jadi kekhasan Kabupaten Jembrana ini, diselenggarakan  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana.

 

Koordinator Makepung Jembrana, Made Mara mengatakan makepung Lampit sudah mulai dikenal dan diminati masyarakat, termasuk juga para wisatawan domestik maupun asing.  “Diakhir kalender tahun 2023, kita menggelar Makepung Lampit yang diiikuti sebanyak 40 peserta,” ujar Made Mara.

 

Disebutkan untuk makepung darat direncanakan anggarannya akan ditingkatkan dan sama halnya dengan Mekepung Lampit. “Semoga ke depan lomba mekepung lampit  akan bertambah pesertanya,” harapnya.  Makepung itu katanya, tetap berkaitan dengan pertanian, baik itu makepung lampit maupun makepung darat. Tetapi makepung lampit, hingga kini belum mempunyai kalangan sirkuit untuk dipergunakan perlombaan. Karena itu,  lembaga pemerintahan atau lainnya berharap agar memperhatikan. Makepung ini harus mempunyai kalangan untuk sirkuit. “Paling tidak Makepung lampit, harus punya sawah untuk dijadikan  sirkuit,’ harapnya.  Tradisi makepung semacam ini sudah banyak digemari masyarakat Jembrana termasuk juga para fotografer dari mancanegara. Bila sudah menjadi agenda, maka makepung lampit ini katanya harus jadi kalender khusus, atau semacam paket pariwisata dan menjdi agenda tahunan.

BACA JUGA:  Loloan Jaman Lama, Pelestarian dan Kerinduan Tradisi Tempo Dulu

 

Masih pada bentuk pelestarian  tradisi budaya makepung lampit, Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna ( Ipat) pada kesempatan kemarin mengatakan  olahraga tradisional ini harus dan patut dilestarikan. “Sudah menjadi kewajiban Pemkab Jembrana, untuk melestarikan budaya semacam ini. Selain Seni Jegog, Makepung adalah merupakan olahraga tradisional yang ada di Kabupaten Jembrana ini,” ujar Wabup Ipat. Pihaknya terus mendorong agar olah raga tradisional ini harus tetap lestari. “Ketika tidak didorong, maka olahraga ini akan terus berkurang. Karena apabila tidak ada perlombaan, maka peminatnya  akan menurun,” ujarnya. Wabup Ipat selanjutnya membuka lomba makepung lampit ditandai dengan membunyikan kroncongan. Tak hanya itu, Wabup Ipat, bersama Koordinator Makepung, Made Mare  serta  Kadis Pariwisata dan Kebudayaan, AA Komang Sapta Negara, selain menyaksikan perlombaan makepung lampit juga ikut berpartisipasi sebagai joki menjajal sirkuit sepanjang 50 meter tersebut.

 

Hal yang sama disampaikan Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana AA. Komang Sapta Negara  mengatakan pelestarian budaya dilakukan dari berbagi sektor dan salah satu bentuk pelestarian budaya itu adalah makepung lampit. “Inilah tugas kami dipemerintahan, bahwa tradisi budaya termasuk kegiatan-kegitaannya harus kita lestarikan,” tegasnya. W-003*

 

Scroll to Top