Pengerjaan stage atau panggung di Gedung Kesenian Bung Karno mendapat sorotan dari Ketua DPRD Jembrana, Ketut Sugiasa saat sidak, Senin (20/11/2017).
NEGARA-fajarbali.com | Sugiasa setelah masih dalam tahap pengerjaan ternyata tidak bernuasa Bali. “Sekarang bisa dilihat, mana nuasa Balinya,” ujar Sugiasa kemarin. Sebelumnya, DPRD Jembrana setuju dengan pembangunan stage tersebut, tetapi ternyata setengah tahap pengerjaan stage dengan anggaran Rp 2 milyar lebih itu, rupanya tidak bernuansa Bali.
Sugiasa yang didampingi dua anggota dewan, Wayan Suardika dan Komang Adiasa tersebut, merasa kecewa terhadap pembangunan stage ini. Sebelumnya, Sugiasa pernah protes terhadap atap gedung kesenian itu yang tidak bernuasa Bali dan akhirnya dirubah. Sekarang kembali lagi, pembangunan stagenya tidak bernuasa Bali. “Dulu atapnya tidak bernuansa Bali, saya protes sehingga dirubahlah atapnya, sekarang lagi pengerjaan stagenya malah tak bernuansa Bali. Sebenarnya saya setuju dengan pembanguanan stage ini, cuma hasil pengerjaannya tidak bernuansa Bal. Saya tidak mengerti, ini stile mana,” ujar Sugiasa.
Harapannya pembangunan stage di gedung kesenian ini harusnya bernuansa atau stile Bali. Jika orang datang ke Jembrana, akan merasa di Jembrana atau di Bali, karena nuasanya masih Bali, karena stile Bali itu sudah terpatri oleh masyarakat Bali. “Sekarang dapat dilihat gambarnya, dimana ada stile Balinya,” jelas Sugiasa.
Tidak hanya masalah stage gedung kesenian yang jadi sorotan, tetapi juga patung mirip singa yang berada di depan halaman gedung kesenian sejak lama tidak bernuasa seni budaya di Jembrana. Sugiasa dengan tegas, patung mirip singa itu diganti dengan yang bercirikan seni di Jembrana. “Saya ingin patungnya itu diganti, dan harus memperlihatkan budaya seni di Jembrana, budaya kita ya Mekepung, Kendang Mebarung sebaiknya itu yang dibangun,” ujar politisi PDI-P Jembrana ini. Sugiasa dengan tegas juga mengatakan bila hendak mempromosikan Jembrana, mestinya juga mempromisikan budaya yang ada di Jembrana.
Selain itu, Sugiasa dengan tegas mengatakan sebelum dilakukan pembangunan stage ini, pihaknya tak diperlihatkan gambar rencananya, namun hanya anggarannya saja. “Saya setuju sekali dengan pembangunan stage ini, karena hal ini juga merupakan cita-cita semuanya, “ ujarnya. Dia malah baru tahu, ketika kap dari stage ini berdiri. “Sekarang terserah, jika ingin memajukan serta mempertahankan budaya Bali, ya harus, bila tidak yang ya silakan. Saya disini hanya sebagai pengawas dibidang anggaran dan Saya tahunya setelah kapnya didirikan (berdiri). Saya nggak ngerti gimana. Ya terserah sekarang. Kalau memang ingin memajukan dan mempertahankan budaya Bali, ya harus. Kalau tidak ya silahkan. Saya sebagai pengawasan terutama masalah penganggaran,” pungkas Sugiasa. (prm)