Denpasar-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia, yang terkenal dengan pemandangan alamnya, pantai yang masih asli, budaya lokalnya dan adat istiadatnya, telah menjadi tujuan yang didambakan oleh para pelancong dari seluruh dunia. Selama beberapa dekade sebelumnya, ekonomi beserta infratruktur pariwisata di Bali telah tumbuh secara eksponensial.
Masyarakat Bali pada usia kerja yang sebelumnya tinggal di desa dan mengelola pertanian keluarga telah berbondong-bondong ke tempat-tempat tujuan wisata yang populer seperti Ubud, Kuta, Seminyak, dan Nusa Dua untuk menjadi pekerja hotel, pemandu wisata, koki, sopir travel dan penjual souvenir. Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, pariwisata Bali hancur. Pertengahan tahun 2020, hampir semua hotel-hotel, restoran, penyedia tur dan perjalanan tutup dan para karyawan dirumahkan dan di PHK.
Baca Juga :
Jembrana Berlakukan PPKM Darurat
Hari Pertama PPKM Darurat, Tim Yustisi Jaring 5 Pelanggar Prokes
Selama PPKM dan pembatasan berskala besar, kunjungan pariwisata Internasional ke Bali ditutup sehingga mesin ekonomi Bali relatif tidak aktif. Dijaman Pandemi Covid-19, masyarakat dituntut untuk tetap mencari pendapatan untuk menopang ekonomi keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tidaklah mudah, masyarakat berusaha mencari peluang usaha dengan bermacam-macam cara, salah satunya dengan membuka bisnis kuliner.
Salah satu pelaku pariwisata yang beralih profesi yakni I Made Wijaya. Pemilik warung makan Paon Nagi ini mengungkapkan, sebelum pandemi melanda, dirinya merupakan pekerja pariwisata dibilang pemandu wisata. Pendapatan yang ia peroleh saat bekerja sebagai pemandu untuk wisatawan asing cukup besar. Namun, semenjak pandemi pada tahun 2020, usaha travelnya menjadi sepi bahkan tidak memperoleh pendapatan sama sekali, terlebih adannya kebijakan PPKM dari pemerintah membuatnya semakin tertekan karena tidak adanya pemasukan.
"Saya berusaha bangkit dengan membuat warung makan kecil-kecilan di rumah untuk bertahan hidup. Dengan modal seadanya, kami sekeluarga memutuskan membuka warung makan lawar plek klungah babi dan ayam khas Desa Guwang, Sukawati, Kabupaten Gianyar. Kami buka pada Agustus 2020 lalu, hasilnya cukup memuaskan walaupun baru buka kurang dari setahun. Setiap harinya, kurang lebih 20-30 orang datang untuk makan ke warung kami. Untuk mempertahankan pelanggan, kami patok harga yang cukup terjangkau dan menggunakan bahan yang fresh," ungkap Made Wijaya yang akrab disapa Nang Jaya ini, Minggu (4/7/2021).
Senasib dengan Nang Jaya, pelaku pariwisata lainnya yang beralih profesi yakni I Made Mendra. Mantan chef disalah satu hotel berbintang di daerah Kuta ini mengaku banting setir dengan membuka bisnis kuliner dengan memanfaatkan keahlian yang dimilikinya.
"Bisnis kuliner yang saya lakukan yakni dengan menawarkannya melalui media online. Menu yang saya tawarkan beragam, baik itu balinese food hingga internasional food, sesuai pesanan pelanggan. Dari segi harga tentu disesuaikan dengan pesanan. Pandemi membuat kita harus jeli, kreatif, dan inovatif dalam menjalankan bisnis," jelasnya.
Diakuinya, pilihan bisnis kuliner masih dianggap menghasilkan dimasa Pandemi karena merupakan kebutuhan pokok yang akan tetap dicari oleh masyarakat. (dha)
Masyarakat Bali pada usia kerja yang sebelumnya tinggal di desa dan mengelola pertanian keluarga telah berbondong-bondong ke tempat-tempat tujuan wisata yang populer seperti Ubud, Kuta, Seminyak, dan Nusa Dua untuk menjadi pekerja hotel, pemandu wisata, koki, sopir travel dan penjual souvenir. Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, pariwisata Bali hancur. Pertengahan tahun 2020, hampir semua hotel-hotel, restoran, penyedia tur dan perjalanan tutup dan para karyawan dirumahkan dan di PHK.
Baca Juga :
Jembrana Berlakukan PPKM Darurat
Hari Pertama PPKM Darurat, Tim Yustisi Jaring 5 Pelanggar Prokes
Selama PPKM dan pembatasan berskala besar, kunjungan pariwisata Internasional ke Bali ditutup sehingga mesin ekonomi Bali relatif tidak aktif. Dijaman Pandemi Covid-19, masyarakat dituntut untuk tetap mencari pendapatan untuk menopang ekonomi keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tidaklah mudah, masyarakat berusaha mencari peluang usaha dengan bermacam-macam cara, salah satunya dengan membuka bisnis kuliner.
Salah satu pelaku pariwisata yang beralih profesi yakni I Made Wijaya. Pemilik warung makan Paon Nagi ini mengungkapkan, sebelum pandemi melanda, dirinya merupakan pekerja pariwisata dibilang pemandu wisata. Pendapatan yang ia peroleh saat bekerja sebagai pemandu untuk wisatawan asing cukup besar. Namun, semenjak pandemi pada tahun 2020, usaha travelnya menjadi sepi bahkan tidak memperoleh pendapatan sama sekali, terlebih adannya kebijakan PPKM dari pemerintah membuatnya semakin tertekan karena tidak adanya pemasukan.
"Saya berusaha bangkit dengan membuat warung makan kecil-kecilan di rumah untuk bertahan hidup. Dengan modal seadanya, kami sekeluarga memutuskan membuka warung makan lawar plek klungah babi dan ayam khas Desa Guwang, Sukawati, Kabupaten Gianyar. Kami buka pada Agustus 2020 lalu, hasilnya cukup memuaskan walaupun baru buka kurang dari setahun. Setiap harinya, kurang lebih 20-30 orang datang untuk makan ke warung kami. Untuk mempertahankan pelanggan, kami patok harga yang cukup terjangkau dan menggunakan bahan yang fresh," ungkap Made Wijaya yang akrab disapa Nang Jaya ini, Minggu (4/7/2021).
Senasib dengan Nang Jaya, pelaku pariwisata lainnya yang beralih profesi yakni I Made Mendra. Mantan chef disalah satu hotel berbintang di daerah Kuta ini mengaku banting setir dengan membuka bisnis kuliner dengan memanfaatkan keahlian yang dimilikinya.
"Bisnis kuliner yang saya lakukan yakni dengan menawarkannya melalui media online. Menu yang saya tawarkan beragam, baik itu balinese food hingga internasional food, sesuai pesanan pelanggan. Dari segi harga tentu disesuaikan dengan pesanan. Pandemi membuat kita harus jeli, kreatif, dan inovatif dalam menjalankan bisnis," jelasnya.
Diakuinya, pilihan bisnis kuliner masih dianggap menghasilkan dimasa Pandemi karena merupakan kebutuhan pokok yang akan tetap dicari oleh masyarakat. (dha)