https://www.traditionrolex.com/27 Tenun ATBM di Pejeng Kangin Bangkit Lagi - FAJAR BALI
 

Tenun ATBM di Pejeng Kangin Bangkit Lagi

(Last Updated On: 05/07/2020)

GIANYAR – fajarbali.com | Desa pejeng Kangin ternyata menyimpan kerajinan yang tersembunyi dan tenggelam hampir selama 25 tahun. Kerajinan ini berupa tenun manual yang memiliki pola atau corak yang khas. Tenun ini sebelumnya dilakoni warga Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin. Karena dampak stay at home, beberapa warga mulai menggerakkan kerajinan ini.

Dari penelusuran Koran ini, Kelihan Dusun, Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Made Astawa menjelaskan bangkitnya tenun di banjar setempat sejak 12 Mei 2020 lalu. Waktu itu beberapa warga memilih belajar tenun karena bingung selama dirumahkan mengambil pekerjaan apa. “Mereka berinisiatif saat kami di banjar membagikan sembako secara selektif. Sehingga yang tidak mendapatkan sembako mereka memilih membangkitkan tenun ini,” jelasnya Made Astawa, Minggu (5/7/2020). 

 

Dikatakannya, tenun di Banjar Pesalakan itu sempat jaya di era Presiden Soeharto berkuasa. Karena waktu itu pariwisata mulai berkembang, sehingga banyak pengerajin tenun beralih profesi ke dunia pariwisata. Ada yang bekerja di hotel, restaurant, hingga guide dan supir. “Pariwisata berkembang, kerajinan tenun dirtingalkan. Sukurnya alat tenun masih bisa digunakan lagi,” jelas Astawa. Dkatakannya lagi, tenun ini mati suri sekitar 25 tahun, ketika pariwisata booming. Yang masih menenun hanya sebagian kecil, satu dua orang, itupun sebagai sambilan setelah pekerjaan ibu rumah tangga.

 

Bangkitnya tenun kali ini, satu kelompok dan akan membentuk satu kelompok lagi. Dimana satu kelompok terdiri atas 12 orang. “Kalau saat ini satu kelompok, mereka 90 persen merupakan karyawan di hotel dan restaurant yang saat ini dirumahkan karena pandemi. Sehingga mereka belajar dan mengingat-ngingat kembali untuk membangkitkan tenun ini,” tandasnya. Dari 12 orang tersebut, ia sebutkan terdapat dua orang yang memang dari 25 tahun lalu selalu menjadi pengerajin tenun meski dijadikan sambilan. Sebab dua orang tersebut menenun hanya digunakan untuk dirinya, tanpa mematok untuk dijual belikan. Sehingga saat ini mereka berdua selaku pengajar di kelompok tersebut bagi anggota yang baru bergabung. “Kalau dulu para pengerajin membuat kamben, destar, dan saput. Sementara sekarang sesuai permintaan, bisa digunakan senteng, taplak meja, serta perhiasan kamar sesuai kebutuhan,” bebernya.

 

Alat-alat yang digunakan juga baru bangkit dan biaya perbaikan ada dari salah satu donatur yang bernama David, turis asal Selandia Baru dan dia juga yang membantu memasarkan. Dalam kesempatan itu, Astawa menambahkan untuk penghasilan kelompok tenun saat ini sudah mencapai Rp 5 juta per bulan. Dengan demikian ia berharap warga yang lain mampu berinovasi kembali dalam mengembangkan tenun ciri khas Pejeng Kangin tersebut di tengah pandemi. Tanpa harus menunggu bantuan sembako yang akan didapatkan, membuat inovasi di tengah pandemi dirasakannya lebih bagus. 

 

Salah satu pengerajin tenun, Wayan Suarni mengaku ia kembali mengembangkan tenun sejak dirumahkan dari tempatnya bekerja di salah satu hotel. Perempuan 38 tahun itu pun menyampaikan beberapa tahapan dalam proses tenun. “Pertama ada ngulan, nganyinan, nusuk peserat, nyasah, nusuk buat motif yang panjangnya dua meter dan lebarnya 50 centimeter. Kalau selesainya 15 hari baru dapat satu kain. Dulu sempat belajar pas SMP, sekarang hanya mengingat-mengingat dan belajar motifnya saja,” imbuh dia. Dengan menenun saat ini, dirinya bersama anggota kelompoknya tidak lagi kebingungan mencari pekerjaan dan berusaha membuat tenun cirri khas Pejeng. “Daripada diam, saat ini ada pekerjaan, sehabis urusan dapur kami menenun sampai sore,” tutup Suarni.(gds).

 

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

GTPP Covid 19 Toko Bangunan Ditutup Tiga Hari

Ming Jul 5 , 2020
Dibaca: 3 (Last Updated On: 05/07/2020)GIANYAR – fajarbali.com | Kasus positif covid-19 karyawan toko bangunan di Kota Gianyar beberapa waktu lalu telah meluas menjadi sub-cluster. Tercatat pada 2 Juli 2020, sebanyak 15 orang terkonfirmasi positif yang tertular dari 4 orang karyawan toko bangunan yang telah terinveksi sebelumnya (cluster toko bangunan Harum […]

Berita Lainnya