Juru pemantau jentik (Jumantik) cilik yang merupakan siswa kelas V SDN 2 Panjer, memantau jentik nyamuk di lingkungan sekolah.
DENPASAR-fajarbali.com | Tim dosen Pengabdian kepada Masyarakat (Pengabmas) Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yakni Drs. I Made Bulda Mahayana, SKM.,M.Si, Ni Ketut Rusminingsih, SKM.,M.Si dan I Wayan Sali, SKM.,M.Si memberikan edukasi dan pembentukan juru pemantau jentik cilik di SDN 2 Panjer Denpasar.
Bulda Mahayana, selaku ketua tim menjelaskan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit pemicu kematian.
Salah satu penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk karena tersedianya tempat perindukan nyamuk aedes aegypti betina yang menempatkan telurnya pada bejana yang berisi air jernih.
“Adanya faktor-faktor tersebut maka perlu dilakukan upaya pencegahan salah satunya dengan pembentukan juru pemantau jentik (Jumantik) cilik,” jelas Bulda, di Denpasar, Rabu (28/8/2024).
Menurut Bulda, pencegahan DBD tidak hanya dilakukan oleh kalangan dewasa saja, namun dibutuhkan pemberdayaan sejak dini pada siswa sekolah dasar. Sekolah sebagai institusi pendidikan, memiliki peranan dan kedudukan strategis dalam promosi kesehatan.
Bulda melanjutkan, pengabmas bertujuan memberdayakan siswa sekolah dasar di Kelurahan Panjer sebagai Jumantik cilik dan ikut berperan aktif program pemerintah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M Plus.
Dimana kegiatan 3M yaitu menguras atau membersihkan bak mandi, menutup rapat bejana penampung air dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang sampah anorganik yang berpotensi menampung air hujan.
Sedangkan Plusnya merupakan kegiatan pencegahan penyakit DBD seperti 1) menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, 2) menggunakan obat nyamuk, 3) menggunakan kelambu, 4) memelihara ikan cupang, 5) menanam tanaman pengusir nyamuk.
6) mengatur pencahayaan, 7) mengatur ventilasi rumah, 8) menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk. Kegiatan ini dilaksanakan pada siswa kelas V berjumlah 30 orang.
Metode dalam kegiatan ini adalah pre-test diawal kegiatan, selanjutkan memberikan edukasi dan pendampingan tentang penyakit bemam berdarah dengue, menjelaskan ciri-ciri nyamuk dewasa dan jentiknya, morfologi, siklus hidup dan perilaku nyamuk Aedes aegypti.
Ia menerangkan, ciri-ciri nyamuk aedes aegypty yaitu tubuhnya yang memiliki ciri yang khas adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam.
Sedangkan ciri-ciri jentiknya seperti memiliki panjang 0,5-1 cm, jentik selalu bergerak aktif dalam air dari bawah ke atas untuk bernapas, saat istirahat posisi tegak lurus dengan permukaan air dan setelah 5-7 hari jentik akan berubah menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Pupa akan tumbuh baik pada suhu optimal sekitar 28°C-32°C.
Pertumbuhan pupa nyamuk jantan memerlukan waktu 2 hari, sedangkan nyamuk betina selama lebih dari 2 hari. Morfologi dari Aedes aegypti dapat dilihat dari tahapan perubahan bentuk dalam siklus hidupnya, meliputi tahap telur, tahap larva, tahap pupa, serta tahap dewasa, dan setiap tahap akan memiliki morfologi yang berbeda-beda.
Tim Jumantik Cilik SDN 2 Panjer Denpasar.
Perilaku makan nyamuk betina aedes aegypti lebih menyukai makan darah manusia dibandingkan dengan darah hewan, sehingga nyamuk ini termasuk ke dalam antropofilik. Setidaknya 1-3 hari Nyamuk betina akan menghisap darah setelah terjadinya perkawinan sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah melainkan nektar bunga.
Waktu mengigit nyamuk Aedes aegypti lebih banyak pada siang hari dari pada malam hari, yaitu antara jam 08.00-12.00 dan jam 15.00-17.00.
Perilaku istirahat nyamuk aedes aegepty setelah mengisap darah, hinggap (beristirahat) di dalam rumah atau di luar rumah yang berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Selama proses pematangan telur nyamuk biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.
Perilaku berkembang biak, pada saat awal musim penghujan kelimpahan nyamuk tersebut mulai meningkat karena nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembangbiak di tempat-tempat yang ada air (genangan) jernih seperti di bak mandi, genangan air dalam pot, air dalam botol, drum, baskom, ember, vas bunga, batang atau daun tanaman, ban bekas dan lain-lain.
Indikator keberhasilan program dilihat melalui aktivitas seluruh siswa untuk melakukan PSN baik di sekolah maupun di rumah.
Metode evaluasi meliputi pengisian kartu hasil pemantauan jentik yang terdapat pada buku saku jumantik cilik dan wajib melaporkan hasil pemantauan jentik tersebut pada guru wali kelas dan peserta memperoleh nilai post-test lebih besar daripada nilai pre-test.