Pengenalan kursi sebagai alat bantu penderita diabetes melitus dan hipertensi yang cukup parah, mengarah ke stroke.
MANGUPURA-fajarbali.com | Pengabdian Masyarakat (Pengabmas) Nasional Program Pengembangan Desa Sehat (PDDS) di Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, yang dilakukan oleh Poltekkes Kemenkes Denpasar berkolaborasi dengan Poltekkes Kemenkes Semarang, berlanjut pada tahap terapi dengan bahan-bahan herbal serta pembuatan alat bantu berupa kursi khusus bagi penderita penyakit tidak menular (PTM), khususnya diabetes melitus hipertensi yang mengalami ketergantungan.
Lanjutan kegiatan berlangsung Minggu (28/7/2024) di Kantor Perbekel Tibubeneng, dihadiri para pengabdi dosen/mahasiswa, perbekel, Camat Kuta Utara, keluarga penderita, Kader PKK, Seka Teruna Teruni, Pecalang dan organisasi kemasyarakatan berbasis desa adat.
Materi terkait “Pembuatan Terapi Herbal Bagi Penderita Hipertensi dan Diabetes Melitus, Sebagai Produk Ekonomi Desa” disampaikan oleh narasumber Ni Nyoman Ariani, S.Kep. Ners. M.Kes. Praktisi herbal sekaligus perawat ini meyakinkan bahwa setiap penyakit ada obatnya. “Tuhan sangat baik,” kata Ariani.
Ariani mencontohkan, banyak bahan obat yang tumbuh di sekitar bahkan ada yang dianggap tanaman liar namun tidak disadari bermanfaat menjadi obat mujarab. Misalnya daun ‘piduh’ atau pegagan. Bahan obat herbal lainnya juga telah sangat familiar, seperti sereh, bunga talang, sirih, lidah buanya dan sebagainya.
Ariani membawa sejumlah produk herbal siap pakai serta mengajarkan cara pengolahan secara langsung kepada sasaran. Membuat obat-obatan herbal, menurutnya, sangat murah, mudah dan minim efek samping. Untuk itu ia mengajak para Kader PKK khususnya, untuk mulai beralih ke bahan-bahan herbal yang ditemukan di sekitar.
Penyuluhan meracik bahan-bahan herbal untuk obat diabetes melitus dan hipertensi.
Tak kalah menarik, Dr. Djamaluddin Ramlan, SKM, M.Kes dari Poltekkes Kemenkes Semarang, memperkenalkan sekaligus mengajari cara membuat alat bantu bagi penderita patah tulang kaki, lansia serta penderita hipertensi dan diabetes melitus yang parah (stroke). Meski menggunakan bahan sederhana dan botol bekas kemasan air mineral, karya Djamaluddin tergolong lengkap dan canggih.
Dengan kursi bantuan itu, penderita stroke bisa melakukan segala aktivitas secara mandiri di tempat, mulai dari makan, minum, tidur, hingga buang hajat. Sebab, kursi rancangannya ini dilengkapi dengan jamban mengunakan jeriken yang diletakkan di bagian bawah.
Di bagian atas, dilengkapi wadah air dari bekas botol air minum kemasan untuk membersihkan setelah buang hajat. Uniknya, tinja langsung diproses hingga airnya bisa digunakan kembali. Djamaluddin menggunakan menggunakan natrium bikarbonat, kaporit, dan pasir aktif.
“Saya pakai natrium bikarbonat untuk menghancurkn feses sehingga menjadi butiran kecil/ampas. Lalu kaporit untuk membunuh bakteri dan pasir aktif untuk mem-filter, sehingga airnya kembali bersih dan siap digunakan kembali. Jangan jijik, air ini sama seperti kualitas PADM,” kata dia.
Djamaluddin mempersilahkan semua masyarakat untuk meniru karyanya. Jika ada yang ingin membeli, juga siap melayani. Djamaluddin mengaku sengaja tidak mengajukan hak paten agar bisa membantu masyarakat luas. Ketiga alat ciptaannya itu langsung diserahkan ke Perbekel Tibubeneng oleh pengabdi.
Ketua Pengabdi Dr. Komang Ayu Henny Achjar, SKM. M.Kep. Sp.Kom., memaparkan, tahap demi tahap telah dilakukan untuk mewujudkan tujuan desa sahat di Tibubeneng. Rencananya, pengabdi akan meneruskan program bedah toilet khusus untuk penyandang hipertensi.
Sesuai dengan tema Pengabdian Nasional, yakni “Pemanfaatan Kearifan Lokal Bali Menuju Desa Sehat Wisata Bebas Penyakit Tidak Menular”, pihaknya sebisa mungkin menggali semua potensi yang ada di sekitar.
Henny Achjar menjelaskan, pengabmas nasional ini merupakan tindak lanjut dari temuan tingginya kasus diabetes melitus dan hipertensi di Tibubeneng. “Jadi kehadiran kami minimal mengurangi risiko meningkatnya kasus penyakit tersebut,” jelasnya.
Henny, turut dibantu oleh anggota; Dr. Djamaluddin Ramlan, SKM, M.Kes., Dr. Sri Rahayu, SKp Ns, S.Tr.Keb, M.Kes., Dr. Agus Sri Lestari. Skep. Ns.MErg., I Ketut Gama. SKM. Mkes., Dr .Ni Komang Wiardani , SST. M.Kes., Dr. drg I Gusti Agung Ayu Dharmawati, M. Biomed., serta sejumlah mahasiswa.
Camat Kuta Utara I Putu Eka Pramana didampingi Perbekel Tibubeneng I Made Kamajaya, menyambut baik pengabdian ini. Camat mengakui, tingginya mobilitas masyarakat Tibubebeng memengaruhi pola hidup yang kemudian berimbas pada risiko gangguan kesehatan.
“Tibubeneng ini kan daerah sedang berkembang. Dikenal hingga ke manca negara. Sehingga warganya sibuk. Mau cepat makan “fast food” yang belum tentu baik bagi tubuh. Mau olah raga juga tidak sempat. Pola seperti ini lah yang kadang tidak disadari memicu gelaja gangguan penyakit tidak menular,” kata Eka Pramana.
Diabetes dan stroke, lanjut Eka Pramana, tidak boleh dianggap remeh karena bisa menimbulkan komplikasi, stroke bahkan kematian. Untuk itu, ia berharap pengabdian seperti ini oleh Poltekkes terus dilakukan berkelanjutan, bila perlu menyasar desa-desa lain di Kecamatan Kuta Utara.
“Ke depan kami berharap seluruh desa di Kuta Utara menjadi lokasi pengabdian. Pertama harapannya Tibubeneng sebagai percontohan desa sehat,” kata Eka Pramana.