Tekan Angka Kecacingan Sejak Usia Dini

Gejala dan manifestasi klinis pada anak-anak yang terkena infeksi kecacingan berupa malaise yang bisa mempengaruhi kemampuan belajar, serta dapat menyebabkan malnutrisi yang bisa mengganggu pertumbuhan (WHO, 2011).

(Last Updated On: )
Penyuluhan dan edukasi mencegah penyakit kecacingan pada anak-anak SDN 1 Ubud, Gianyar.

GIANYAR-fajarbali.com  | Anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) merupakan golongan masyarakat yang sangat diharapkan dapat  tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik maupun intelektualnya.

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan, bahwa hubungan infeksi kecacingan dengan usia sekolah merupakan golongan yang sering terkena infeksi kecacingan karena sering berhubungan dengan tanah.

Pada anak-anak yang terkena infeksi kecacingan bisa memberikan dampak yaitu malnutrisi, retardasi intelektual, defisit kognitif, dan edukasional. Infeksi Soil Transmitted Helminthes (STH) dapat berdampak pada kemampuan sekolah, kehadiran dan produktivitas ekonomi masa depan pada anak.

Gejala dan manifestasi klinis pada anak-anak yang terkena infeksi kecacingan berupa malaise yang bisa mempengaruhi kemampuan belajar, serta dapat menyebabkan malnutrisi yang bisa mengganggu pertumbuhan (WHO, 2011).

Prevalensi STH di Bali pada tahun 2004 mencapai 58,3%-96,8% pada anak SD, dimana data diambil pada 13 SD yang berada di kawasan Badung, Denpasar dan Gianyar.

Pemeriksaan yang umumnya dilakukan dalam mendiagnosis infeksi nematoda usus adalah dengan mendeteksi keberadaan telur cacing atau larva pada feses. Berdasarkan pemaparan diatas, maka pemeriksaan sangat penting untuk dilakukan guna mencegah secara dini, sehingga dipandang perlu untuk dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang mengarah pada usaha promotif terhadap penyakit kecacingan. 

Berangkat dari fenomena tersebut, tim dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar atau Poltekkes Denpasar yang diketuai Ida Bagus Oka Suyasa, S.Si. M.Si, melakukan Pengabdian kepada Masyarakat, Program Kemitraan Masyarakat (PKM) bertema “Penyuluhan Kesehatan Tentang Kecacingan dan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Ubud-Gianyar”.

Oka Suyasa yang dibantu anggota, Heri Setiyo Bekti, S.ST., M.Biomed., Dr. drg I Gusti Agung Ayu Dharmawati, M. Biomed., serta enam orang mahasiswa tersebut, menyasar 86 peserta didik SDN 1 Ubud Kelas IV. Kegiatan telah dilangsungkan di minggu pertama Juni 2024.

Oka Suyasa dan tim pengabdi berharap, edukasi yang diberikan menambah wawasan tentang pentingnya menjaga kesehatan sejak dini. Menurutnya, jika kebiasaan positif telah tertanam, maka akan melekat sampai mereka dewasa kelak, terlebih untuk menyiapkan Generasi Emas Indonesia.

Kepala SDN 1 Ubud, Ida Ayu Ella Yuanita, S.Pd, sangat mengharapkan kegiatan semacam ini dilanjutkan ke depannya, mengingat penyakit cacingan sangat berbahaya bagi siswa.

Materi PKM diawali dengan pretest, untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa tentang penyakit kecacingan sebelum diberikan penyuluhan. Pada kegiatan ini peserta mengisi lembar pertanyaan yang sudah disusun oleh tim pengabdi.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan dengan metoda ceramah, game dan simulasi dan tanya jawab. Peserta juga di bekali dengan modul “Mencegah Infeksi Kecacingan pada Anak Anak”. Pada kegiatan ini  anak anak tampak antusias mendengarkan ceramah dan mengikuti simulasi cara mencuci tangan yang benar sambil bernyanyi. Siswa juga tampat aktif dalam tanya jawab.

Tim Pengabdi PKM Poltekkes Denpasar bersama guru dan peserta didik SDN 1 Ubud, Gianyar.

Setelah mendapatkan edukasi, siswa kembali diberikan post test untuk dapat dilihat tingkat pengetahuan peserta penyuluhan setelah mendapat penyuluhan. Pada kesempatan itu juga diadakan penguatan kader kesehatan yang sudah dibentuk di SDN 1 Ubud dengan nama “Dokter Kecil”.

Kader kesehatan yang juga mengikuti penyuluhan mendapat penekanan dari sisi metoda menyampaikan materi kepada teman sebaya. Mereka juga di bekali dengan media penyuluhan untuk memudahkan saat melakukan penyuluhan kepada teman sebayanya atau adik adik kelasnya.

Pada kegiatan ini juga diadakan pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) kepada seluruh peserta penyuluhan yang dilaksanakan bersamaan dengan saat penyuluhan dan pemeriksaan telur cacing pada feses peserta penyuluhan. Feses siswa sudah diambil oleh masing masing siswa pagi hari sebelum penyuluhan. Feses yang ditempatkan pada wadah berupa pot feses.  Feses diperiksa di Laboratorium Parasitologi Poltekkes Denpasar.

RTL (Rencana Tindak Lanjut) yang dihasilkan dari kegiatan pengabmas ini adalah kader kesehatan (Dokter Kecil) yang sudah mendapat pelatihan akan melakukan kegiatan penyuluhan pada adik kelasnya pada tahun ajaran baru 2024/2025. Para Dokter Kecil memasukkan kegiatan penyuluhan pada program kerjanya dengan nama program kerja “ASIK atau Anak Sekolah Bebas dari Infeksi Kecacingan”.

 

 

Next Post

Musyawarah Anggota FORKOM DEWI Bali 2024-2029; Fokus Pemberdayaan Potensi Desa Wisata

Jum Jun 28 , 2024
Pemberdayaan Potensi Desa Wisata di Bali, menjadi topik paling hangat dibicarakan dalam Musyawarah Anggota FORKOM DEWI periode III.
DESA WISATA HD

Berita Lainnya