https://www.traditionrolex.com/27  Stunting Masih Menjadi Masalah Serius di Indonesia - FAJAR BALI
 

 Stunting Masih Menjadi Masalah Serius di Indonesia

(Last Updated On: 28/07/2020)

DENPASAR – fajarbali.com | Belakangan stunting sedang hangat diperbincangkan banyak orang, khususnya para ibu. Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.

Ahli Gizi, dr. Erica Lidya Yanti mengatakan, seribu hari pertama kehidupan sangat memengaruhi kesehatan dan kecerdasan anak kedepannya. Stunting atau pendek pada balita menyebabkan kerusakan yang berlangsung seumur hidup. Kerusakan yang terjadi disebabkan karena seorang anak tidak mendapatkan berbagai gizi penting untuk pertumbuhan, sistem kekebalan tubuh yang kuat serta pertumbuhan otak yang optimal.

 

“Beban stunting yang sangat besar di Indonesia merupakan masalah serius. Ini berarti bahwa negara memiliki jutaan anak kurang gizi yang kurang dapat berprestasi di sekolah, kurang mampu mendapatkan cukup penghasilan saat dewasa dan berkontribusi bagi ekonomi bangsa. Oleh sebab itu, stunting menjadi salah satu ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan Indonesia,” jelasnya, Selasa (28/7/2020).

 

Lidya menuturkan, gejala yang diperlihatkan berupa gejala jangka pendek (pada masa anak-anak) dan jangka panjang (saat dewasa). Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

 

Bisakah dicegah? Bisa. Lidya mengungkapkan, penelitia n menunjukkan bahwa konsumsi protein berpengaruh pada pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat protein 15 persen dari total asupan kalori ternyata memiliki badan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang hanya mendapat protein 7,5 persen dari total asupan kalori.

 

“Sumber protein bisa diperoleh dari nabati seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, biji-bijian, dan sayuran. Sementara hewani berupa daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu. Selain itu, tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Kita sarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan,” ujarnya.

 

Lidya juga menambahkan, ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu diminta untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.

 

“Disamping itu orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya,” tungkasnya. (dar).

 

 

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Swab Test Tidak Merusak Otak

Sel Jul 28 , 2020
Dibaca: 20 (Last Updated On: 28/07/2020)DENPASAR – fajarbali.com | Swab test saat ini cukup ramai diperbincangkan karena menjadi salah satu metode dalam mendeteksi keberadaan virus corona penyebab Covid-19 pada manusia. Tes dilakukan dengan mengambil sampel lendir, dahak, atau cairan di daerah nasofaring ataupun orofaring pada pasien yang diduga terinfeksi virus […]

Berita Lainnya