Prana Indonesia Hadirkan Spatial di Canggu, Wujudkan Arsitektur Kayu Bekas dengan Filosofi Tri Hita Karana

Prana Indonesia

CANGGU-fajarbali.com | Di tengah pesatnya pembangunan modern di Bali, Prana Indonesia mengambil langkah berbeda dengan menghadirkan konsep arsitektur regeneratif berbasis kayu bekas. Perusahaan pengembang properti berkelanjutan ini resmi mengumumkan proyek terbarunya, Spatial, yang akan dibuka di kawasan Canggu pada September–Oktober 2025.

Spatial bukan sekadar bangunan, melainkan ruang hidup yang dirancang untuk menerjemahkan filosofi Tri Hita Karana, tiga pilar keharmonisan dalam budaya Bali: Palemahan (hubungan manusia dengan alam), Pawongan (hubungan antar sesama), dan Parahyangan (hubungan dengan spiritualitas).

Kami percaya bahwa masa depan properti bukan soal membangun lebih banyak, tapi membangun dengan lebih bijaksana—lebih sedikit dampak, lebih banyak makna. Setiap bangunan adalah bentuk penghormatan terhadap bumi, budaya, dan generasi berikutnya,” ujar Founder Prana Indonesia, I Nyoman Jatiguna, dalam keterangan tertulisnya.

Filosofi Tri Hita Karana dalam Wujud Fisik

Konsep Tri Hita Karana menjadi dasar setiap proyek Prana Indonesia. Dalam Spatial, nilai itu diwujudkan melalui:

  • Palemahan (Harmoni dengan Alam): penggunaan 70–80% kayu bekas, desain yang menyatu dengan kontur tanah, serta lanskap alami yang mendukung biodiversitas.
  • Pawongan (Harmoni antar Manusia): kolaborasi lintas budaya antara arsitek, pengrajin kayu lokal, dan komunitas kreatif, sekaligus menyediakan ruang bagi seniman muda untuk berkarya.
  • Parahyangan (Harmoni dengan Spiritualitas): setiap elemen bangunan dibuat dengan penghormatan pada “jiwa” kayu bekas, menciptakan ruang yang tenang dan penuh makna.

Sebagai orang Bali, Tri Hita Karana adalah cara hidup. Di Spatial, kami menerjemahkan filosofi itu ke dalam bentuk fisik. Kami membangun ruang di mana orang bisa hidup, bekerja, dan terkoneksi kembali dengan alam, dengan sesama, dan dengan diri mereka sendiri,” tambah Jatiguna.

Ekosistem Hybrid untuk Kreator dan Digital Nomad

Spatial hadir sebagai ekosistem hybrid yang menggabungkan kabin dan coworking space. Dirancang khusus bagi kreator dan digital nomad, proyek ini menawarkan ruang produktif yang tetap menghadirkan suasana tenang serta koneksi dengan komunitas dan lingkungan sekitar.

BACA JUGA:  Tri Hita Karana Road to G20 Dialogue, Budi Sadikin dan Sandiaga Uno Dukung Pusat Kesehatan Bertaraf Internasional di Bali

Sebelumnya, Prana Indonesia telah sukses dengan proyek Nirata dan Calidas di Kintamani. Kini, melalui Spatial, perusahaan memperluas visinya ke kawasan Canggu dengan tetap mengusung DNA teknisnya: penggunaan mayoritas kayu bekas sebagai bentuk penghormatan terhadap bumi dan budaya lokal.

Tantangan kami bukan hanya membangun, tapi membangun dengan hormat, hormat pada alam, hormat pada sesama, dan hormat pada warisan,” kata Jatiguna. (dj/rls)

Scroll to Top