SINGARAJA-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Setelah tiga orang warga masyarakat yang ada di Dusun Ambengan, Desa Banjar, Kecamatan Banjar beberapa hari yang lalu kini anjing liar yang ada di sekitar ditemukannya anjing liar yang suspek rabies dilakukan eliminasi, Jumat (1/3) lalu.
Eliminasi yang dilakukan melibatkan sebanyak enam orang petugas gabungan dari Dinas Peternakan Provinsi dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali bersama Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Saat eksekusi, mereka didampingi oleh Kepala Desa Banjar Ida Bagus Dedy Suyasa, Kepala Dusun Ambengan dan Penyuluh Hewan Kecamatan Banjar drh. Putu Wirawan. Menurut pantauwan dilokasi dilakukan eliminasi dimana proses eliminasi dimulai sekitar pukul 08.00 Wita. Sebanyak enam petugas berpencar mencari anjing liar tak bertuan yang wara-wiri. Mereka berburu menggunakan tulup yang diujungnya diletakkan spait beracun.
Perburuan anjing liar tidak hanya dilakukan di areal permukiaman dan jalan raya. Tetatpi juga dilakukan hingga memasuki perkebunan anggur milik warga. Tak jarang petugas telibat kejar-kejaran dengan anjing tertarget. Hasilnya, hingga pukul 11.00 Wita, sebanyak 20 ekor anjing liar tak bertuan berhasil dieliminasi. Anjing-anjing tersebut selanjutnya akan dikubur di setra Banjar oleh Perbekel Banjar.
Penyuluh Hewan Kecamatan Banjar drh. Putu Wirawan, mengatakan eliminasi tertarget dan selektif ini sudah mendapat persetujuan dari warga setempat setelah sebelumnya dilakukan sosialisasi. Beberapa warga juga meminta anjing peliharaannya untuk dieliminasi, lantaran khawatir tertular rabies."Memang ada beberapa warga yang protes saat dilakukan elimiansi, mungkin saat sosialiasi mereka tidak datang. Tetapi setelah ada jaminan dari Perbekel Banjar, akhirnya diikhlaskan, karena anjingnya diliarkan dan sering mengejar warga yang melintas,” ujar Wirawan saat ditemui seusai eliminasi, sembari menyebut populasi anjing di Desa Banjar mencapai 1.500. Sedangkan khusus di Dusun Ambengan, populasi anjing tembus 250 ekor.
Dari data vaksinasi tahun 2018 lalu, pihaknya sudah memvaksin hampir mendekati 80 persen anjing dari total populasi. Lalu apa setiap kasus gigitan solusinya harus dieliminasi? Wirawan menambahkan semua itu tergantung dari hasil lab. Menurutnya jika anjing yang mengigit pernah divaksin dan dipeliharan dengan baik itu tidak beresiko. Meskipun pernah mengigit di bagian kepala dan jika dilakukan observasi selama dua minggu oleh petugas dokter hewan tidak ditemukan tanda klinis, maka tidak mesti harus dilakukan eliminasi."Seandainya mati setelah mengigit, baru kami lakukan eliminasi tertarget dan selektif,” imbuhnya.
Perbekel Desa Banjar, Ida Bagus Dedy Suyasa tak menampik jika anjing liar hanya ditemukan di Dusun Ambengan saja. Bahkan anjing liar juga banyak ditemukan di enam dusun yang ada di wilayah Desa Banjar. Pihaknya pun mengaku akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Buleleng, agar sekiranya tindakan eliminasi ini juga dapat dilakukan di enam dusun lainnya."Dari laporan warga, disinyalir banyak anjing liar di dusun yang lain, dan itu sudah mengigit anjing-anjing yang lain. Akan kami koordinasikan dengan dinas terkait agar eliminasi dilakukan di semua dusun, berkoordinasi dengan warga lewat paruman,"jelasnya.
Untuk langkah antisipasi pihaknya akan berkordinasi dengan Prajuru Adat Desa Pakraman Banjar untuk membuat perarem pemeliharaan anjing. Dengan harapan anjing liar tak lagi ditemukan di wilayah Banjar."Kami akan segera berkordinasi dengan Desa Adat untuk segera membentuk perarem. Sehingga masyarakat lebih bertanggung jawab saat memelihara anjing. Entah itu dikandangkan, divaksin yang jelas tidak dilepasliarkan,” pungkasnya. (ags)