Sarat Makna, Sanggar Laras Manis Tampilkan Gamelan Wayang Bali pada PKB ke-47

1000323046
Sanggar Laras Manis dari Banjar Umahanyar, Desa Darmasaba tampil di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Minggu (6/7) malam.

 

MANGUPURA-Fajarbali.com | Sanggar Laras Manis dari Banjar Umahanyar, Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, mewakili Kabupaten Badung dalam Rekasadana Rekonstruksi Gamelan Tua yang menjadi bagian dari rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. 

 

Pagelaran tersebut digelar di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Minggu (6/7) malam. Meski sempat diguyur hujan deras, acara tetap berlangsung meriah dan penonton tetap antusias. 

 

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha, hadir langsung menyaksikan penampilan bersama koordinator sanggar dan pembina tabuh. Dalam kesempatan itu, Sanggar Laras Manis menampilkan dua komposisi utama, Tabuh Petegak Wayang dan Tabuh Pamungkah Wayang, dua karya klasik yang sarat makna dalam seni pertunjukan Wayang Bali.

 

Koordinator Sanggar, I Made Gatra Astawa, menjelaskan, Tabuh Petegak merupakan bentuk tabuh pembuka yang berfungsi untuk memperkenalkan suasana musikal yang akan ditampilkan. “Biasanya gending ini untuk merangsang atau mengundang penonton untuk menyaksikan pertunjukan yang akan dimulai kemudian dilanjutkan dengan tabuh telu. Tabuh ini berfungsi pada saat dalang menghaturkan sarana prasarana bahwa akan memulai membuka gedog,” jelasnya didampingi Pembina Tabuh, I Made Martha.

 

 Tabuh Pamungkah Wayang dijelaskan sebagai bagian awal dalam pertunjukan wayang kulit Bali. “Gending ini biasanya dimainkan saat dalang membuka keropak atau gedog yang ditandai dengan memukul tutup tempat wayang atau nebah kropak,” ujar Made Martha.

 

Pamungkah sendiri terdiri dari beberapa bagian penting, Bapang Jojor untuk igel kayonan, Tulang Lindung untuk nyejer wayang, Pekaad untuk mencabut kayonan, dan Alas Harum (Candi Rebah) yang menandakan kemunculan wayang utama dalam cerita. “Sebagai penutup, disajikan tabuh gilak yang bernama Gilak Bugari yang menandakan pertunjukan wayang telah berakhir,” tambahnya. Penampilan ini tak hanya menjadi ajang pelestarian seni klasik, tetapi juga bukti semangat anak muda Bali dalam menjaga warisan budaya leluhur.W-004

BERITA TERKINI

TERPOPULER

Scroll to Top