https://www.traditionrolex.com/27 Purnama Kedasa, Gelar Melasti Ngubeng - FAJAR BALI
 

Purnama Kedasa, Gelar Melasti Ngubeng

(Last Updated On: 17/04/2022)

SINGARAJA – fajarbali.com | Bertepatan dengan Purnama Kedasa, Minggu (28/3/2021), Desa adat Buleleng menggelar upacara melasti di Pura Segara Desa Adat Buleleng. Jika biasanya pelaksanaan melasti diwarnai kemeriahan krama yang mengiringi sarad dan pratima dari 14 Banjar adat menuju ke Pura Segara, kali ini upacara hanya dilakukan di Pura Segara desa adat Buleleng atau dengan kata lain Ngubeng. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerumuman pada suasana Covid-19. 

Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna saat dikonfirmasi disela-sela pelaksanaan melasti menjelaskan pelaksanaan melasti dengan tujuan menyeimbangkan bhuana alit dan bhuana agung dengan prosesi nganyudang malaning gumi, ngamet tirta amerta atau menghanyutkan kotoran alam dan memohon air kehidupan kali ini dilaksanakan secara terpisah pada tiga pura kahyangan tiga.

Baca Juga :
Masyarakat Diharapkan Bantu Capaian Target Vaksinasi di Buleleng
Serahkan LKPD Tahun 2020, Bupati Tamba Siap Tindak Lanjuti Catatan BPK

Untuk menghindari kerumunan warga desa adat telah membagi krama pada tiga pura sesuai amongannya masing-masing meliputi Banjar Adat Liligundi, Bale Agung, Banjar Paketan dan Banjar Tegal  menghadirkan kota ampilan dan mengumpulkan jumputan tanah pekarangan dan parahyangan di Pura Desa.

Sedangkan warga dari banjar adat Penataran, Delod Peken, Petak, Banjar Tengah dan Peguyangan menghadirkan kotak ampilan dan jumputan tanah pekarangan dan parahyangan di Pura Dalem. Dan untuk Banjar adat Kaliuntu, Kampung Anyar, Banjar Jawa dan Kampung Baru serta Banjar Bali melakukan hal yang sama di Pura Segara. Jumputan tanah sebagai symbol kotoran itu selanjutnya dibawa oleh perwakilan pengemong pura ke Pura Segara desa adat Buleleng.

Oleh panitia yang sudah ditunjuk, selanjutnya jumputan tanah itu dibuang ke laut sebagai simbol membuang kotoran serta mengambil air suci  ditengah laut sebagai simbul air kehidupan. Selanjutnya air suci kamandalu dari tengah laut dicampur dengan tirta dari Kahyangan tiga.

Prosesi selanjutnya, tirta itu dibagikan kepada pengemong masing-masing pura  untuk dipercikkan pada masing-masing pekarangan dan parahyangan warga yang telah menunggu pada pura amongannya masing- masing. Melasti seperti diungkapkan Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna, dilakukan setelah pelaksanaan upacara Nyepi  didasarkan pada lontar Sundari Gama dan Aji Swamandala.

”Tujuan melasti adalah Ngiring Prawatek Dewata atau mengingatkan umat untuk meningkatkan bakti kepada Ida sanghyang Widhi Wasa, anganyut aken laraning jagat atau membangun kepedulian untuk mengentaskan penderitaan masyarakat, anganyut aken papa klesa atau menguatkan diri dengan membersihkan diri dari kekotoran rohani serta anganyut aken letuhan bhuwana  atau bersama-sama menjaga kelestarian alam serta ngamet  tirta kamandalu ring telenginh segara, atau mohon air suci kesejahteraan untuk umat manusia,”ungkapnya. (ags)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pemkab Buleleng Serahkan LKPD Unaudited Tahun 2020 kepada BPK RI

Sel Mar 30 , 2021
Dibaca: 16 (Last Updated On: 17/04/2022)SINGARAJA – fajarbali.com | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menyerahkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Buleleng Unaudited Tahun 2020  kepada Badan Pengawasan Keuangan (BPK) RI Perwakilan Bali. Pada kesempatan yang sama, Pemkab Buleleng juga menerima ikhtisar hasil pemeriksaan daerah tahun 2020 oleh BPK RI Perwakilan […]

Berita Lainnya