BANGLI - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Diduga terjangkit wabah Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF), puluhan ekor babi di banjar/desa Dausa, Kintamani, Bangli dikabarkan mengalami mati mendadak sejak sekitar awal bulan Februari 2020 lalu. Kondisi ini, terang saja membuat para peternak babi di wilayah setempat was-was. Terlebih, hingga saat ini warga belum mengetahui upaya penanggulangannya.
Putu Eka Diana Putra (28) salah seoarang peternak babi asal desa Dausa, menuturkan adanya kematian babi secara mendadak terjadi sekitar awal bulan Februari lalu. “Saat itu, ternak babi tetangga saya sebanyak 16 ekor mati mendadak. Kemungkinan saat itu, disebabkan dari pemotongan babi sakit yang dibeli didaerah Denpasar,” ungkapnya.
Was-was kematian babi tersebut disebabkan ASF dan akan menulari ternaknya, Eka Diana Putra langsung melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan SOP pencegahan ASF. “Penyemprotan dengan menggunakan disinfectant telah rutin dua kali sehari saya lakukan, pokoknya sesuai SOP yang diarahkan oleh dinas dan teman-teman sesama peternak. Dari sana, saya kira aman. Namun tanggal 16 Februani lalu, ada indukan babi saya yang justru mengalami sakit,” sesalnya.
Apesnya setelah dilakukan penelusuran informasi melalui internet, ciri-cirinya penyakit babinya disebutkan cocok dengan gejala wabah flu babi afrika yang sekarang melanda disejumlah daerah di Bali. “Mengetahui itu, saya sudah lapor melalui group WA, kebetulan disana juga ada Ibu Kabid Keswan. Rencananya akan ada investigasi. Tapi saya tunggu-tunggu tidak ada sampai sekarang,” sebut pria yang telah bergelut dibidang peternakan babi ini sejak tiga tahun terakhir.
Disampaikan Eka Diana Putra, gejala sakit babinya dimulai dari demam, tidak mau makan, lemas dan tidak mau bangun. “Tyang juga sudah konsulkan ke dokter hewan, dan sudah dilakukan pengobatan dengan cara disuntik termasuk kepada babi yang sehat. Namun itu, tidak mempan. Di tempat saya saja, lima babi sudah mati dan sudah tyang kuburkan,” sesalnya.
Selain lima ekor babinya yang telah mati, ada dua indukan babinya juga mengalami keguguran diduga karena penyebaran virus tersebut. “Sedangkan yang lainnya, juga dalam kondisi sakit, tidak mau makan. Itu dalam satu kandang. Tyang punya 18 ekor indukan babi, sekarang hanya tinggal beberapa saja,” ujarnya, sembari menegaskan kembali lima ekor babinya telah mati mendadak. “Untuk sisanya kondisinya sakit, kemungkinan sih akan mati juga. Kalau dikubur dalam kondisi hidup saya juga tidak tega, sehingga tak biarin saja dulu,” imbuhnya pesimis.
Atas kematian puluhan babi yang terjadi diwilayahnya tersebut, pihaknya curiga selain disebabkan karena adanya pemotongan babi sakit dari Denpasar, juga akibat lalu lintas saudagar luar Bangli ke daerahnya yang cukup marak. “Kecurigaan didaerah saya, saudagarnya banyak. Di rumah saya saja, ada lima saudaga. Pastinya karena saudagar ingin cari untung besar, banyak nyari yang murah. Karena itu, kemungkinan juga penyebaran virus ini disebabkan karena lalu lintas saudara luar Bangli ke daerah saya,” bebernya.
Sementara untuk penyebaran dari pakan, tidak dimungkinan. Lantaran yang bersangkutan mengaku hanya memberikan pakan berupa dedak bali ditambah tepung jagung dan konsentrat yang dicampur sendiri. “Tujuan saya melapor ke dinas, supaya saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk penanggulanginya. Saya tidak berharap dapat bantuan. Cuma berharap kejelasan agar kami peternak tidak resah. Meski saya ketahui, kalau yang sudah kena, tidak mungkin selamat lagi. Tapi yang belum kena, apa yang harus saya lakukan dan bagaimana penangananya. Walapun beritanya tidak berpengaruh kepada manusia, tapi kita tetap was-was,” tegasnya.
Sementara Kadis Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli I Wayan Sarma saat dikonfirmasi awak media, mengakui belum menerima secara resmi laporan adanya kematian puluhan ekor babi yang baru secara mendadak di desa Dausa tersebut. “Ini belum masuk ke kita. Padahal tiga hari yang lalu kita merespons juga ke Dausa. Katanya ini laporan sudah disampaikan ke GUPBI. Namun dari GUPBi juga belum menyampaikan kepada kita. Kalau ada pasti kita respon cepat,” ungkapnya via WA. (arw)