BANGLI-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Pengerjaan proyek pembangunan jembatan penghubung antara Banjar Metra, Desa Yangapi dan Banjar Kedui, Desa Tembuku di Kecamatan Tembuku kini menjadi polemik di masyarakat.
Pasalnya, proyek yang dibangun tahun 2018 dengan menyedot anggaran Rp 5 miliar lebih, selain pengerjaanya sempat molor, kondisinya kini justru terkesan mangkrak.
Sesuai informasi yang dihimpun, Senin (22/04), gejala-gejala mangkraknya pengerjaan proyek yang dikabarkan dikawalTim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D) pada Kejaksaan Negeri Bangli ini, mulai terlihat pada akhir tahun 2018. Saat itu, pemborong tidak mampu menuntaskan pekerjaanya sesuai waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja.
Namun demikian, Pemkab Bangli masih memberikan perpanjangan waktu untuk pemborong menuntaskan pekerjaannya hingga tanggal 26 Maret 2019. Hanya saja, realisasinya hingga kini juga tak kunjung tuntas.
Berdasarkan pantauan, memasuki jalanan menurun menuju proyek jembatan dari jalur dusun Kedui, tampak kondisi jalan masih berupa tanah mulai tergerus hujan sehingga sangat membahayakan. Saat itu, tidak tampak ada para pekerja satupun di lokasi. Hanya terlihat sejumlah material yang dibiarkan menumpuk seperti pasir, koral dan tumpukan semen yang sudah membatu. Beberapa peralatan proyek seperti dua unit molen pencampur adonan semen juga masih nangkring di dekat lokasi tumpukan material.
Kondisi jembatan yang dibangun, baru sebatas pembuatan struktur/pondasi kepala jembatan di kedua sisi serta pemasangan besi yang melintang di antara kedua kepala jembatan. Jika dibandingkan dengan realisasi pembangunan saat akhir tahun lalu, tak banyak progress/kemajuan dari pengerjaan proyek itu.
Mangkraknya kondisi jembatan tersebut, diakui Camat Tembuku Dewa Agung Purnama saat dikonfirmasi awak media. Disebutkan, sesuai undang-undang perpanjangan waktu kerja kepada pemborong memang dibolehkan. Akan tetapi hingga mendekati 26 Maret proyek itu tak juga kunjung tuntas dikerjakan. Atas kondisi tersebut, Dewa Purnama mengaku tidak mengetahui secara pasti apa penyebab/kendala tak tuntasnya proyek itu.
Tindak lanjut dari itu, disebutkan, sekitar dua hari jelang tanggal 26 Maret, Pemkab Bangli dipimpin Sekda Bangli sempat melaksanakan rapat dengan masyarakat. “Dalam rapat itu, masyarakat mengusulkan kepada Pemkab Bangli agar proyek jembatan tersebut tetap dilanjutkan hingga tuntas. Sebab keberadaan jembatan itu sangat diidam-idamkan masyarakat sejak lama,” ungkapnya.
Terkait dengan itu, Dinas PUTRPerkim disebutkan, langsung menjawab akan memfasilitasi usulan masyarakat untuk disampaikan ke Bupati. “Jawaban PU saat itu akan memfasilitasi dan mengawal. Akan disampaikan kepada pimpinan, selanjutnya pimpinan akan berkoordinasi dengan TP4D. Jadi seperti itu,” tegasnya.
Secara terpisah, hal yang sama juga disampaikan Perbekel Tembuku Ketut Mudiarsa. Disampaikan, pertemuan dilakukan Pemkab Bangli untuk mengatasi keresahan masyarakat terkait mangkraknya pembangunan jembatan itu. “Tidak tuntasnya pembangunan jembatan itu, memang sempat mengundang polemic di masyarakat. Wajar saja sih. Sebab, masyarakat menginginkan pembangunannya bisa cepat selesai,” terangnya.
Soal kendala tak tuntasnya pembangunan jembatan itu, pihaknya menduga karena lokasi pembangunan jembatan yang curam dan kondisi cuaca yang selama ini kurang mendukung akibat musim penghujan. Tindak lanjut dari itu, dari informasi yang didapatnya, rencananya pembangunan jembatan akan dilanjutkan kembali pada Juni mendatang.
Untuk diketahui, sejatinya pada tahun 2018 Pemkab Bangli membangun empat buah jembatan. Selain proyek jembatan Metra-Kedui, tiga jembatan lainnya yang juga dibangun saat itu yakni jembatan Batur-Gunung Kunyit dengan anggaran Rp 6,1 miliar. Jembatan Gunung Bau-Binyan dengan anggaran Rp 6,5 miliar dan jembatan Belancan-Bukih dengan anggaran Rp 5,1 miliar lebih. Ironisnya, dari informasi yang dihimpun di Dinas PU Bangli, semua pembangunan jembatan tersebut gagal dituntaskan tahun 2018. (ard)